8

5 0 0
                                    

Bebatuan warna itu tiba-tiba berpijar mengeluarkan cahaya terang yang menyilaukan, sehingga memaksa Aden, Acen, dan Adul untuk menutup mata.

Selanjutnya setelah mereka bertiga membuka matanya, mereka pun terkejut karena mereka telah berada di tempat yang berbeda.

Aden melihat sekeliling dengan mengerjab-ngerjab berusaha untuk melihat lebih jelas.

Acen dan Adul pun melakukan hal yang sama.

"Di mana ini, ces?" tanya Aden. "Kaya di taman kota kita, deh?"

Acen mengucek-ucek matanya. "Iya, ya?" katanya kemudian setelah dapat melihat lebih jelas.

Adul melihat kolam di tengah taman. "Itu kolamnya ..." tunjuknya. "Plakat emasnya dah gak ada!"

Aden dan Acen pun ikut mengamati pinggiran dinding kolam tersebut.

"Kayaknya kita udah pulang," kata Aden kemudian.

Acen mendudukkan dirinya di kursi taman. "Sukurlah!" Dia mengusap-usap dadanya sendiri.

Aden melihat ke jalan raya. "Tapi kok jalanannya sepi, ya?"

Adul mengikuti pandangan Aden. "Iya ... mobilnya pada kemana?" Dia meraih ponselnya. "Emang ini jam berapa?" Adul berusaha menyalakan ponselnya tetapi tak bisa. "Hapeku mati!"

Aden dan Acen pun segera meraih ponsel mereka masing-masing.

"Lah, sama juga!" keluh Aden.

"Ho' oh," Acen mengangguk mengiyakan. "Aku juga!"

Mereka bertiga akhirnya berusaha mengamati keadaan di beberapa bagian jalan dan perbatasan taman. Mereka pun lebih terkejut lagi ketika tak menemui seorang manusia pun sejauh mata mereka memandang.

"G--ges?" Acen gemetaran. "A--ada yang gak beres, kayaknya?"

Aden dan Adul mengangguk setuju, tetapi mereka berdua tidak mampu berkata apa-apa.

JEDDER! Tiba-tiba terdengar suara ledakan keras dari langit. Kemudian langit mulai memudar.

"Kayaknya mau hujan, cuy," ujar Aden. "Cari tempat berteduh dulu dah."

Hujan pun kemudian turun, mereka bertiga pun segera berhamburan ke arah sebuah kedai kopi di sebelah taman. Kedai kopi itu pun kosong tanpa ada seorang manusia pun penghuninya. Mungkin bukan hanya manusia saja, tetapi semua makhluk hidup kecuali mereka bertiga, seperti kecoa, nyamuk, burung, dan semacamnya.

Aden, Acen, dan Adul duduk di kursi pembeli.

Adul melihat ke wajah Aden dengan cemas. "Kita kenapa lagi, nih?"

Aden hanya memandang nanar ke arah rintik hujan di luar kedai. "Gak tahu dah, ces."

"Apa kita kebawa ke dunia yang lain lagi?" Acen berasumsi.

Sebelum ada yang menyahuti ucapan Acen, sebuah suara tiba-tiba menggema di dalam kepala mereka bertiga, menjawab pertanyaan Acen. "Enggak juga sih!"

Aden, Acen, dan Adul pun tertegun ketakutan.

"Si--siapa, ya?" Aden memberanikan diri bertanya.
"Ini editor!" sahut suara itu.

"Ooh ..." Serempak Aden, Acen, dan Adul membulatkan bibirnya mengerti. "Mas Edi!"

"Kayaknya ini salah tulis, deh!" lanjut editor. "Gak ada di naskah soalnya!"

"Lah, terus gimana, mas?" protes Aden. "Kita akan selamanya terkatung-katung di sini?"

"Sebentar ..." jawab editor.

Beberapa saat tempat itu hening tanpa suara.

"Aku akan kembaliin kalian ke tempat sebelumnya!"

"Ke tempat sebelumnya?" Aden bingung. "Kembaliin aja kami ke ..."

Sebelum Aden sempat meneruskan perkataannya, tiba-tiba mereka bertiga telah terlempar kembali ke pinggiran danau tempat bebatuan warna-warni berada.

"Mas?" keluh Aden. "Mas Edi?"

Tak ada sahutan.

"Orangnya lagi ee', kali?" sahut Acen.

"Yang jelas, jangan nyentuh lagi ini batu!" tegas Adul. Kemudian dia pun menjauh dari tempat itu.

Aden dan Acen pun mengikuti Adul.

Pada suatu tempat dekat pinggiran danau di antara dua pohon belimbing, mata Acen menjumpai sesuatu. "Eh, itu ges!"

"Hmm?" sahut Aden. "Ho' oh, asik tuh belimbing seger!"

"Bukan!" bantah Acen. "Itu!" Dia menunjuk sebuah lampu bohlam yang tergeletak di antara dua pohon belimbing.

"Lampu ajaib!" pekik Adul girang.

"Hah?" Aden menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal kebingungan. "Lampu ajaib?'

"Ho' oh!" Acen mengangguk mengiyakan. Kemudian dia mengambil secarik kertas di sebelah lampu bohlam tersebut. "Nih, tulisannya!"

"Oh, iya!" Aden membaca tulisan "LAMPU AJAIB" di atas permukaan kertas yang ditunjukkan Acen tersebut. "Kok gak kelihatan ya, tadi?"

"Coba digosok-gosok lampunya?" perintah Adul kepada Acen.

Acen meraih lampu bohlam tersebut. "Ada kuncinya, ges!"

*buka kunci, buka halaman jawabannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*buka kunci, buka halaman jawabannya.
*menggosok-gosok lampunya saja, buka halaman 25.

Note : pilih halaman dari menu daftar isi.

TERJEBAK DI NEGERI DONGENGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang