13

6 0 0
                                    

Begitu Acen memasukkan dua koin emas ke dalam lubang di permukaan batu warna itu, seketika batu tersebut mengeluarkan cahaya terang yang sama dengan warna batu tersebut.

"WOY!" bidadari tadi berteriak kepada mereka bertiga. "Kalian pada ngapain, hmm?!"

"A--anu, bu," sahut Aden. "Ada senter ketinggalan!"

"Oh, bawa aja ke sekuriti!"

"Iya, bu ... sebentar!" Aden kembali mengamati batu yang bercahaya tersebut.

"Gimana lagi nih, crut?" Acen kebingungan.

"Gak tahu, dah," jawab Adul.

Aden mengulurkan tangannya ke arah batu yang bercahaya tersebut. "Coba kita pegang bareng-bareng!"

Acen dan Adul pun mengikuti apa yang dikatakan oleh Aden.

Begitu telapak tangan mereka menyentuh permukaan batu bercahaya tersebut, seketika mereka merasakan sensasi seperti tersengat listrik. Kemudian segalanya menjadi gelap.

***

Aden terbangun di pagi hari karena suara dering ponselnya. Dia pun menjawab telepon dari Adul.

"Jadi jalan-jalan pagi ke taman, gak?" tanya Adul di ujung telepon.

"Ya ya, jadi!" Aden bangkit dari tempat tidurnya dan menuju ke kamar mandi. "Eh, aku tadi mimpi aneh, dah!"

"Mimpi apaan? Mimpi naik odong-odong? Hahay!"

"Ah, dirimu gak lucu! Aku mimpi kejebak di negeri dongeng."

Beberapa saat tak ada sahutan di ujung telepon.

"Dul?" tanya Aden. "Masih hidup?"

"Ho' oh, masih!" jawab Adul. "Aku juga mimpi yang sama."

Kali ini giliran Aden yang terdiam.

"Crut?" tanya Adul.

"Betewe itu Acen dah di telpon?" tanya Aden kemudian.

Beberapa saat Adul seperti ragu tidak menjawab. "Tadi udah, sih," akhirnya dia berkata. "Tapi dah tiga kali gak diangkat-angkat!"

Sekali lagi Aden membisu. Dia pun akhirnya berkata apa yang dikhawatirkan dalam pikirannya. "Jangan-jangan ..."

"Jangan-jangan dia gak nyentuh batu itu?"

TAMAT

TERJEBAK DI NEGERI DONGENGTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon