19. Perihal Mandi Pagi

2.7K 417 133
                                    

Kadang ada saatnya dimana para trio jomblo di rumah ini bisa menikmati waktu tenang dan bersantai tanpa harus diganggu dengan eksistensi salah satu—atau semua buntalan-buntalan kecil super menyebalkan, meskipun jarang terjadi. Namun bila ada kesempatan, maka ketiganya tidak akan pernah menyia-nyiakan kesempatan tersebut.

Seperti malam kemarin, tepat setelah si lima cilik terlelap, Changbin langsung mengajak Minho dan Chan untuk menonton film bersama di ruang tengah. Ketiganya bisa menghabiskan malam dengan tenang kemarin, tidak ada buntalan yang terbangun tengah malam, tidak ada yang menangis, tidak ada yang mendadak terbangun dan merengek ingin ikut menonton bersama ketiganya. Benar-benar kejadian langka.

Tapi pernah dengar tidak istilah, 'badai hebat selalu diawali dengan hari yang tenang'?

Mungkin terdengar dramatis, tapi hal itu memang selalu terjadi di keluarga ini.

Ya, sebab berkat kejadian begadang semalam, si trio kakak pun pagi ini berakhir masih terlelap dengan nyenyak di kamarnya masing-masing meskipun suara ribut dari kekacauan di lantai bawah sudah menggema ke seluruh ruangan sejak tadi.

"JIJI-MAN DATAAANG!"

"Aah— Jisungie!" Seungmin memekik kesal ketika Jisung meloncat ke arahnya dan menariknya sampai keduanya jatuh ke genangan air. Namun pada akhirnya Seungmin ikut tertawa dan mengikuti saudaranya meloncat-loncat di atas genangan tersebut. Sementara itu, tiga bocah lainnya juga ada di sana. Wajah dan pakaian kelimanya kotor karena noda lumpur.

Ini semua berawal dari si bungsu Jeongin sebenarnya. Si kecil itu terbangun paling awal dari kakak-kakaknya pagi tadi dan memutuskan untuk turun sendiri menuju lantai bawah.

Kemarin hujan turun dengan deras sejak sore hingga tengah malam—membuat Innie dan yang lainnya pun tidak diperbolehkan untuk bermain di luar oleh Chan. Dan berhubung pagi ini hujannya sudah berhenti, si bungsu itu pun langsung menggeser pintu kaca menuju halaman belakang dan berlari keluar. Jangan heran, untuk anak seusianya, Innie memang cukup cerdas dan bahkan tidak ada yang tahu sejak kapan bocah itu bisa tahu caranya membuka pintu halaman belakang.

Iseng, bocah itu langsung meloncat ke arah genangan air di sana kemudian terkekeh dengan lucu begitu mendapati bajunya mulai basah dan kotor dengan noda lumpur. Tak lama setelah itu satu-persatu buntalan yang lain juga terbangun dan begitu mendapati adik kecilnya sedang bermain di halaman belakang, mereka pun akhirnya ikut-ikutan.

Beberapa saat setelahnya, Felix yang mulai bosan akhirnya beranjak masuk ke dalam rumah dan pergi menuju kamar salah satu abangnya. Dengan tubuh dan pakaian yang masih penuh dengan noda lumpur, si manis menaiki tangga dan masuk ke kamar Minho.

Bisa dibilang, Minho mungkin sedang memimpikan sesuatu yang paling indah baginya—dimana dia dikelilingi oleh kucing-kucing gembul menggemaskan. Lelaki tersebut benar-benar sedang menikmati mimpinya disaat ia tiba-tiba merasakan tubuhnya diguncang dan selimutnya ditarik paksa oleh sepasang tangan mungil. "Kak Ino! Ayo bermain!" terdengar pekikan berisik penuh semangat dari Felix sambil menepuk-nepuk pipi Minho, "Kak Inooo! Bangun!"

Minho mengerang dengan malas, masih enggan membuka matanya namun ia tahu dari suaranya kalau yang sedang menganggunya sekarang adalah Felix, "Tidak mau, Lix. Sana bermain sendiri. Kucingnya jadi kabur gara-gara teriakanmu,"

Felix mengerutkan dahinya, "Kucing? Di mana?"

"Di mimpi kakak. Ajak Jisung untuk bermain saja, kakak ingin bertemu kucing lagi." Minho kembali menutup dirinya dengan selimut. Dasar, menganggu saja, pikirnya. Kalau saja ia tidak takut dengan resiko akan diusir dari rumah oleh Mama dan Papa, Minho mungkin sudah menukar lima adiknya dengan kucing sedari dulu.

Tapi Felix masih memaksa, "Tidak mau!" rengeknya, dan Minho yakin kalau ia tidak segera bangun Felix akan terus merengek sampai menangis. Maka akhirnya dengan terpaksa ia pun membuka kedua kelopak matanya dan langsung terkejut begitu melihat tampang sang adik yang penuh lumpur.

Skijeu FamilyOn viuen les histories. Descobreix ara