18. Bickering

2.9K 455 138
                                    

Pertengkaran sesama adik-kakak itu memang hal yang biasa, 'kan?

Tentu saja. Bahkan kalau dilihat-lihat, pertengkaran antara si lima buntalan selalu saja disebabkan karena hal sepele. Berebut mainan, kalah dalam bermain perang-perangan, atau merasa kalau jatah es krim yang didapat lebih sedikit dibandingkan yang lainnya, benar-benar hal sepele. Dan disaat itu terjadi, tentunya ada orang dewasa yang akan melerai mereka. Kalau bukan Mama dan Papa, tentu saja para kakak sulung di keluarga ini yang harus melerai adik-adiknya saat sedang ribut.

Tapi bagaimana kalau pertengkaran tersebut bukan pertengkaran yang sepele? Bahkan bukan permasalahan yang melibatkan si lima bungsu?

Seungmin hanya bisa diam membeku saat ia mendengar ketiga kakaknya terlibat perdebatan sengit sore itu. Bocah itu bahkan sedikit tersentak begitu mendengar Chan meninggikan suaranya dan memarahi kedua kakaknya yang lain. Chan memang sering menegur adik-adiknya kalau ada yang membuat kesalahan, tapi dia jarang sekali membentak. Bahkan rasanya tidak pernah.

Awalnya Seungmin hanya ingin masuk ke dalam rumah setelah bermain dengan saudaranya yang lain di halaman belakang. Niatnya ingin mengajak salah satu dari kakak paling tuanya untuk ikut bermain, tapi begitu mendengar suara Chan yang sedang marah, bocah itu pun langsung terdiam di ambang pintu dan hanya bisa menguping sambil sembunyi-sembunyi.

Bagaimanapun juga, Seungmin takut. Apalagi setelahnya ia melihat Chan langsung pergi ke kamarnya dan meninggalkan Minho dan Changbin di sofa, kakak sulungnya itu juga langsung menutup rapat pintu kamarnya.

"Lihat, 'kan? Sekarang kakak juga jadi ikut dimarahi. Kau ini kenapa membuat masalah terus, sih?"

Seungmin tersadar dari lamunannya begitu mendengar Minho mulai bersuara. Kemudian Changbin membalas ketus, "Memang apa salahnya pulang larut? Biasanya juga 'kan sering? Changbin juga tidak pergi kemana-mana, kok. Hanya ke studio seperti biasa. Kak Chan dan Kak Ino terlalu berlebihan,"

Minho mendecak kesal, "Pulang larut tapi tidak memberi kabar apapun? Bagaimana kakak tidak panik? Untung hanya kakak dan Kak Chan yang tahu. Bagaimana kalau Papa atau Mama juga sampai tahu? Pasti kamu tidak akan diperbolehkan pergi ke studio lagi."

Changbin diam tidak membalas, Minho lalu menyahut lagi, "Jangan sampai Kak Chan melihat kamu pulang larut tanpa memberi kabar lagi. Lihat sendiri, 'kan? Kak Chan pasti marah sekali sekarang,"

Kendati membalas perkataan kakaknya, Changbin malah langsung beranjak menuju kamarnya dan membanting pintu, benar-benar tidak mau tahu lagi soal urusan kedua kakaknya. Minho juga hanya bisa menghela napasnya pasrah sambil berlalu ke kamarnya, dan sekarang ruang tengah pun kembali hening.

Seungmin jadi semakin takut. Ia benar-benar tidak mengerti. Kenapa kakaknya itu sampai marah besar? Apakah masalahnya separah itu? Yang jelas, ketiga kakaknya ini jarang sekali bertengkar sampai ada yang meninggikan suara seperti tadi. Biasanya Chan hanya akan mengajak Minho dan Changbin untuk berbicara di kamarnya atau di kursi meja makan setelah makan malam jika ada masalah. Hari ini benar-benar tidak seperti biasanya.

Cukup lama Seungmin terdiam di sana sampai akhirnya Jisung memanggilnya lagi untuk kembali bermain bersama. Tanpa pikir panjang, ia pun langsung berlari menghampiri abang kecilnya. Mungkin nanti malam akan kembali seperti biasa, pikirnya. Sebab setiap kali dia bertengkar dengan Innie atau yang lainnya, pasti tidak pernah berlangsung lama. Ia yakin nanti malam ketiga kakaknya akan akur kembali.

Tapi ternyata tidak. Bahkan saat makan malam pun Changbin tidak turun ke lantai bawah. Chan dan Minho juga hanya diam saat dia bertanya kenapa kakak satu laginya itu tidak ikut makan malam. Satu-satunya yang membuat ribut adalah si kembar yang sempat beradu mulut tadi karena Jisung terus mengganggu Felix sementara Felix hanya bisa berteriak kesal karena itu. Tapi selain itu, semuanya aneh, benar-benar aneh.

Skijeu FamilyKde žijí příběhy. Začni objevovat