Dua lapangan itu dipenuhi anak kelas yang sedang berolahraga. Kini mereka melakukan pemanasan dikelas Damares. Berbeda dengan kelas Auva.

"Ayo, Va, Jen, pimpin pemanasan!" titah Tono dengan semangat.

"Suka kan lo lihat gue pemanasan! Lihat body gue yang aduhai, kaum kelas gue itu otaknya mesum semua!" pekik Jenisha kesal.

"Jangan nyalahin laki-laki, perempuan juga suka kali yang besar besar!" goda Syahrul mesum.

"Gue gampar lo!" teriak siswi kelas yang tak terima.

"SUDAH! SUDAH! MULAI PEMANASAN!!" teriak Pak Joshua.

Kini mereka mulai berbaris dan melakukan pemanasan yang dipimpin Jenisha, Auva, Tono, dan Syahrul.

Sesekali kaum hawa dan adam adu bacot. Tak sah kalo kelas Auva saat pemanasan tidak berdebat hal kecil.

"MIPA EMPAT PAK FADLI ADA URUSAN, GABUNG SINII!" teriak Pak Joshua.

Dengan semangat Gempano pun menghampiri kelas Auva, lebih tepatnya pada Mel yang kini merasa jijik digoda Gempano.

"Panas?" tanya Damares pada Auva.

Gadis itu mengangguk. "Sedikit panas."

Damares pun berdiri didepan Auva. Melindungi gadis itu dari panas, hanya bisa terkekeh pelan. Karena Auva juga termasuk gadis yang tinggi tidak pendek.

Karena matahari lagi terik teriknya juga. Lah ini malah jadi ngebucin, banyak story dikelas Mipa 1 dan Mipa 4 juga.

"BAPAK BUKAN NYURUH NGEBUCIN!! AMBIL NILAI BASKET PERKELAS!!"

Mereka mulai menepi dilapangan. Satu persatu mengambil nilai olahraga. Setelah selesai mereka pun mulai bermain bebas.

"Lo dekat ya sama, Damares," goda Mel menyenggol lengan Auva.

"Gelap!" ketus Auva.

Damares bermain basket sama teman-temannya dan beradu dengan kelas Auva juga. Indri bermain bersama Della. Auva pun ikut nimbrung juga, biarpun pertemanannya sedang tak baik.

Indri senang jika Auva dan yang lain mau berteman padanya. Damares pun memperhatikan dari tadi.

"Oper bolanya!" teriak Jenisha saat mereka sedang bermain basket juga.

Auva mengambil bola ditangan Yuni. Entah darimana datangnya Indri malah menyenggol tubuh Auva hingga tersungkur dan kakinya terkilir.

"Awww," rintih Auva.

"Indriii!!" pekik Damares saat tubuh Indri ambruk dilapangan.

Teriakan Damares membuat pusat perhatian bagi mereka yang sedang olahraga. Laki-laki itu langsung menghampiri Indri dan menggendong perempuan itu membawanya ke UKS.

Auva bisa melihat wajah khawatir lelaki itu. Apa sedikitpun Damares tak melihat Auva. Kakinya terasa sakit karena terkilir.

"Awww."

Gibran pun menggendong tubuh Auva membawanya ke UKS. Kenapa harus Gibran? Ah Auva tak berhak cemburu karena Damares bukan siapa-siapa nya.

🐈

Bahkan saat kakinya diobati saja, matanya tak lepas menatap Damares. Sama sekali mata itu tak menatap dirinya, malah menatap Indri dengan khawatir.

Rasanya sakit melihat itu semua, lebih sakit lagi jika cemburu tanpa status apapun. Kenapa ia harus cemburus sih.

"Aww, pelan pelan, Bu," ringis Auva saat kakinya di urut.

Gibran menarik tirai pembatas, ia sedari tadi melihat Auva menatap nanar Damares yang sama sekali tak melihat dirinya.

P R A G M A ✓ (TERBIT & LENGKAP)Where stories live. Discover now