Donghae melirik handphone yang ia letakkan di meja tampak handphonenya beberapa kali berbunyi menandakan adanya pesan masuk.

Donghae meraih handphonenya melihat siapa yang bau saja mengirimnya pesan. Donghae sendiri sedikit heran dengannya biasanya ia akan mengabaikan pesan atau bahkan panggilan masuk saat ia sedang rapat seperti saat ini, namun entah untuk saat ini naluri Donghae mengatakan untuk melihat pesan itu.

Setelah membuka handphonenya terlihat ada dua pesan masuk dari nomor tak dikenal berupa audio.

Jemarinya bergerak untuk memutar audio tersebut, entahlah mungkin Donghae sudah lupa jika saat ini dirinya sedang berada di ruang rapat.

Audio berdurasi 48 detik dan 1 menit itu selesai ia dengarkan tubuhnya berasa kaku macem kanebo kering saat selesai mendengarnya.

Donghae paham betul suara siapa yang berada dalam pesan itu. Tanpa pikir panjang lagi Donghae segera meraih jasnya dan mengenakannya asal lalu keluar dari ruangan rapatnya tentunya dengan mengabaikan panggilan-panggilan dari orang-orang yang berada di dalam ruangan itu.





***





Minhee berjalan hingga menimbulkan suara berdentum-dentum menandakan jika dirinya sedang dilanda amarah. Terlebih lagi dirinya terus saja memikirkan perkataan yang Jaemin ucapakan padanya barusan, iya, tadi Minhee sempat datang ke ruangan Jaemin namun tak lama ia kembali keluar, dia harus mencari seseorang.

Tepat sekali baru beberapa langkah Minhee melangkahkan kakinya kini langkahnya kembali terhenti saat melihat seseorang baru keluar dari salah satu kedai di seberang jalan.

Dengan nafas menggebu Minhee berjalan kearah pria tesebut.

BUAGH!

Minhee melayangkan satu tinjuan di rahang orang itu, membuat sang empunya yang tak siap akan pukulan itu pun terhuyung kebelakang.

BUAGH!

Pria itu balas membalas pukulan Minhee agaknya dia tidak terima jika tiba-tiba di pukul begitu aja.

"Lo apa-apaan hah?!" Ucap pria tersebut tak terima.

Buagh!

Tidak menjawab Minhee kembali meninjunya.

"Lo harus sadar bang Jae!"

Tampak Jaehyun menyeka darah yang keluar dari sudut bibirnya sebegitu kerasnya pukulan Minhee hingga membuat bibirnya robek.

"Harusnya lo ikutin kata hati lo jangan nurutin ego yang nggak jelas itu."

"Kalo emang lo abangnya harusnya lo sadar kalo dia itu nggak salah dan nggak pernah salah!" Bentaknya hingga urat-urat lehernya menonjol.

Dia, yang dimaksud Minhee adalah orang yang kini terbaring di bangsal rumah sakit, iya, dia Na Jaemin.

"Lo ngomong apa sih?" Tanya Jaehyun tak mengerti karena menurutnya Minhee berbicara terlalu terbelit-belit.

Minhee diam sejenak, mungkin ini memang sudah saatnya untuk memberitahukan semuanya dia sudah tidak peduli lagi, tentang kesalahpahaman di masa lalu yang membuat kacau kebahagiaan seseorang di masa kini.

Intinya ia harus mengatakannya, meskipun ia tahu bahwa pengakuannya akan di tolak mentah-mentah.

"Bang gue ada pertanyaan buat lo tapi harus jawab jujur," ucap Minhee kini terdenger lebih tenang.

"Apa?" Tanya Jaehyun dengan nada ketus.

"Masih benci sama Jaemin?"

Jaehyun tak menjawab ia hanya menatap Minhee seakan menandakan bahwa ia tak menyukai pertanyaan yang di lontarkan.

NA DAY'S | Na Jaemin [END]Where stories live. Discover now