[19] |war|

580 110 44
                                    

SUMMER TRIANGLE
- war -

TAK kuasa Gimmy menyaksikan adik kecilnya terkapar dengan bekas-bekas memar di sekujur tubuhnya. Terlebih semenjak dimasukkan ke ruangan pengap bersamanya, Victory terus meringkuk di tempatnya, menangis tergugu, mengabaikan panggilan Gimmy.

"Vic, lo diapain sama mereka Dek? Victory!!"

Anak itu masih bergumam dalam tangisnya, tidur meringkuk membelakangi Gimyandra.

"Vic, cerita sama gue!! Gue ada di sini!! Gue kakak lo Vic, sini Dek!"

Tangis Victory mereda, perlahan bisa Gimmy lihat, pemuda tanpa kaos atasan itu mulai bangkit, duduk membelakanginya.

"Lo peduli sama gue?" tanya Victory bernada serak nan dalam. Persis seperti orang depresi.

Meskipun sempat merinding, tapi Gimy berusaha tegar.
"Iya, lo adik gue, sudah sepatutnya gue peduli sama lo, Vic."

Victory tiba-tiba meledakkan tawanya, tawa yang menyeramkan bagi Gimyandra yang tak bisa berbuat apa-apa.

Victory berdiri, ia membalikkan badan, dan mata merahnya bertemu tatap dengan mata Gimy.
Bisa dilihat dengan jelas oleh Gimy, lelehan air mata itu membanjiri pipi Victory.

Dengan langkah sempoyongan, Victory meraih sebuah besi runcing di lantai, ia bawa benda tajam itu mendekat ke Gimy.

"Vic, lo kenapa? lo mau apa?" tanya Gimy panik sendiri.

Victory menyunggingkan senyum miringnya. Dia menyeret langkah, lalu duduk bersimpuh di hadapan Gimy.

"Vic, sadar. Gue kakak lo!!" ujar Gimy.
Victory tertawa, sumbang kedengarannya. Kurang dari satu detik dia mengankat besi runcing itu, dan Gimy hanya bisa pasrah bila benda tajam itu menembus tubuhnya.

Srak!!

Tali perak itu putus, Gimy terbebas.
"Vic?"

Victory melempar asal benda runcing itu, lalu kembali menangis tergugu.

"Gue benci Kak!! Gue benci semuanya!!" teriaknya memukuli kedua pahanya.

Gimy tak bisa membiarkan Victory seperti ini. Dia segera merengkuh tubuh kurus Victory, berusaha memberikannya kekuatan.

"Sst! Apa yang mereka lakukan sama lo, Vic? Bilang sama kakak!"

Victory mendorong kasar tubuh Gimy. Mata merah pemuda itu menatap rapuh kedua netra Gimyandra.

"Kak, lo sayang sama gue?"

"Iyalah, gue sayang sama lo. Sayang banget Vic. Lo adik gue, sama seperti Arjuna."

Victory membuang muka.
"Sayang lo sama gue itu ada batasnya,kan. Sebatas karena Aquila?"

Gimy tertegun.
"Bagaimana kalau gue bukan Aquila? Bagaimana kalau gue bukan rare klan? Bagaimana kalu gue seorang hydra? Makhluk menjijikkan yang sangat lo benci, masih sanggup lo sayang sama gue, kak?"

Pertanyaan Victory, membuat Gimy terdiam. Ia mencoba menelaah segala kemungkinan yang ingin dikatakan Victory, hingga premis kesimpulan ia dapatkan. Gimy menggeleng spontan.

Kini, Victory kembali mengucurkan air matanya. Pahit, pahit sekali. Tak ada seorang pun yang tulus menyayanginya, tak ada seorang pun yang menginginkannya. Apa dia dilahirkan hanya untuk dijadikan  sebuah tameng, dimanfaatkan lalu dibuang?

Hingga jalan pikiran Victory, menemukan satu nama. Satu nama yang membuatnya harus tetap pada rencana.

"Pergi Kak!! Pergi dari sini!! Tinggalkan gue sendiri!!"

SUMMER TRIANGLE [Republish]Onde as histórias ganham vida. Descobre agora