|4| [aquila or lyra]

713 111 50
                                    

Happy Reading

SUMMER TRIANGLE

- Aquila or Lyra -

KABAR keributan di kantin utama Universitas, dalam kurun waktu kurang dari lima menit sudah mendapatkan aksi penindaklanjutan dari bagian kepala keamanan universitas.

Dua mahasiswa yang terlibat perkelahian itu segera dipanggil untuk mendapatkan surat peringatan, sedangkan satu mahasiswa yang menjadi korban, kini sedang mendekam di ruang kesehatan.

"Pelan-pelan woy! Perih!!" pekiknya.

Altair Ravianus. Si korban dari perkelahian dua kentang Universitas itu, kini harus menderita luka menganga di punggungnya, akibat gigitan hydries sang adik.

Alpharda (ah lebih enaknya, kita panggil Arda) dengan witchcraft ularnya sedang berusaha mengeluarkan bisa ular dari tubuh Ravian, dengan cara menghisap darah dari tempat lukanya.

"Ugh. Ar, sumva, gue gak kuat lagi, kalau lo masih terus ambil darah gue," ujar Ravian yang tengkurap dengan telanjang dada di atas bedrest ruang kesehatan.

Mantik Arda yang semula berwarna jingga serupa mata ular itu, seketika berubah hitam kembali, berbarengan dengan hydries kecilnya yang perlahan menarik diri dari luka punggung Ravian.

"Rav! Rav! Lo masih sadar kan?" Arda mengguncang lengan Ravian.

"Hust! Diam, masih nyeri ini!" sembur Ravian, menyentak tangan Arda.

Arda bernapas lega, mendapati sahabatnya masih bisa menyemburnya dengan ganas.

"Sorry ya, Rav. Gue khilaf, jadi kebablasan hisap darah lo, padahal racunnya udah keluar semua."

"Hmm. Gue mau tiduran, lo bisa keluar dulu enggak?"

"Lo marah sama gue? Sorry Rav, habis darah lo beda sama hydra lain. Agak manis gitu, jadi ketagihan hydries gue. Emang darah keturunan Czar Hydra, seenak ini ya?"

"Ar, tolong lo keluar ya. Berisik."

Arda menutupi punggung Ravian dengan selimut, lantas menggeplak lengan Ravian sebelum bergegas keluar memenuhi permintaan sahabatnya itu.

Keluar dari ruang kesehatan, Arda dikejutkan dengan kehadiran mahasiswa baru yang terlibat dalam keributan di kantin universitas.

"Kak Altair ada di dalam kan?"

"Iya."

"Makasih," katanya langsung menyerobot masuk tanpa mengindahkan gelagat Arda yang hendak menyampaikan sesuatu.

"Baru mau bilang, jangan masuk, udah main nyelonong aja tuh bocah." Gerutu Arda diiringi gelengan kepala.

Pintu ruang kesehatan kembali ditutup, setelah seorang masuk ke dalamnya.

"Lo budeg apa gimana sih? Gue bilang keluar, jangan ganggu, gue mau istirahat." Sembur Ravian tanpa mengubah posisi tengkurapnya membelakangi pintu.

Hening, tak ada sahutan. Ravian jadi jengkel sendiri.

"Serah lo dah. Badan gue lemes, mau tidur." Ravian menyamankan posisi berbaringnya.

Suara langkah kaki mendekat, berhenti tepat di samping kiri bedrest Ravian.

"Maaf ya Kak."
Suara serak penuh tekanan itu bukan suara Arda. Dan apa, Kak, orang itu memanggilnya 'kak', jelas sekali dia bukan Arda. Ravian mencoba memiringkan tubuhnya.

SUMMER TRIANGLE [Republish]Where stories live. Discover now