Happy Ending

3.8K 252 36
                                    

🎶Nyalakan audio yang sudah disediakan🎶



"Sebuah keajaiban akan datang kepada mereka yang percaya."



Itulah kata-kata yang selalu diajarkan ibuku kepadaku. Dan sungguh, aku tidak menyangka mempercayai satu kalimat itu benar-benar dapat mengubah hidupku di dunia yang ajaib ini.



~🌸~



-Draco POV-

"Kumohon... datanglah sebuah keajaiban, aku selalu mempercayaimu jadi kumohon, kumohon bantu aku sekali ini saja... hiks..." Aku menangis frustasi memeluk tubuh dinginnya.
.
.
.

Secara tiba-tiba, sebuah cahaya misterius bersinar terang membutakan mata. Cahaya itu menyelimuti tubuh (Name) yang tak bernyawa di pelukanku. Cahaya yang menyembuhkan tubuh (Name) yang semula rusak, mengembalikan lagi nafas yang tadinya menghilang.

Tanpa disangka, Tuhan telah mendengar semua doa-doaku. Ia memutuskan untuk memberikan kesempatan kedua bagi sang pendosa.

"A-apa yang terjadi?" Aku menghapus air mataku kasar. Merasa terkejut mengira ini hanyalah sebuah halusinasi.

Cahaya itu berasal dari sebuah kalung liontin yang selalu di bawa-bawa (Name). Kalung liontin hijau pemberian dari ayah (Name) John Grindelwald, yang ternyata menyimpan sejuta rahasia di dalamnya. (Kalung liontin hijau di eps 1)

(Name) membuka matanya pelan, mengerjap-ngerjap kan matanya pusing karena belum terbiasa dengan cahaya yang memasuki retina nya.

"Draco..." (Name) berkata lemah memanggilku. Mengejutkan semua orang yang sebelumnya menangis dalam diam.

"(N-Name)? K-kau kembali?!" Aku menatap mata coklatnya yang membuka layu.

"Tunggu... a-aku masih hidup?" (Name) bertanya bingung.

Sedangkan aku, aku sekali lagi mencoba untuk menahan tangisku. Namun kali ini bukan karena kesedihan, ini adalah air mata kebahagiaan.

"(Name)..." aku menatapnya tak percaya.

"Tapi apa yang terjadi... aku yakin aku sudah mati tadi." (Name) berkata lemah.

"Aku sangat bersyukur... Terima kasih keajaiban, terima kasih telah mengembalikan (Name) padaku." Aku memeluk (Name) sangat erat, menangis. Merasakan detak jantungnya yang berdetak normal menandakan dia telah kembali dari kematiannya.

"(Name)!!!" The Golden Trio berlari ke arah kami dan kami semua berpelukan sangat lama.

Prof. Dumbledore juga tersenyum lega menatap kami. Dia benar-benar tidak mengetahui apapun tentang kejadian ajaib ini.

"Aku tidak tau apa yang telah terjadi tapi kau benar-benar hidup!!" Ron menghapus air matanya kasar.

"Aku juga tidak percaya ini. Hiks... hiks..." (Name) menangis bahagia menjawab. Kami semua berpelukan sangat lama.

Merasa cukup ku lepaskan semua pelukan itu dari (Name) dan menarik tengkuknya cepat. Aku menciumnya dalam, menyalurkan semua rasa kekhawatiran serta kerinduan akan dirinya.

"Mmhhh..."

"Draco... apa kau serius?!" Hermione menatapku malas. Aku lupa dia juga menyukai (Name). Tapi kali ini aku hanya menginginkan (Name) untuk diriku sendiri.

"Kalau kau tidak suka kau bisa pergi." Aku menjulurkan lidahku mengejek pada Hermione sedangkan dia hanya menatapku tajam.

"Astaga... hentikan. Mengapa kalian bertengkar?" (Name) terkekeh mendamaikan kami.

"Oh benar, kau tidak tau fakta bahwa Hermione menyukaimu. Dia benar-benar menyukaimu secara romantis." Ucap Ron menyeletuk tiba-tiba.

"Ron... apa kau gila?! Kau ingin membuat suasana ini menjadi canggung?!" Hermione mendelik tajam menatap Ron. Sedangkan (Name), ia benar-benar tidak mengerti sama sekali dengan pembicaraan ini.

"Apa..."

"Sudah bukan apa-apa!!" Hermione memerah malu. Dia sendiri yang akan mengatakan itu kepada (Name) nanti, dan ini bukanlah saat yang tepat!

"Haha... a-aku sangat merindukanmu (Name)." Hermione tertawa canggung mengalihkan pembicaraan.

"Aku juga sangat merindukan kalian."

"Tapi sungguh, sebenarnya apa yang terjadi? Sebuah cahaya tiba-tiba keluar dari kalungmu dan luka itu seketika sembuh begitu saja." Harry menggaruk kepalanya yang tak gatal. Mengisyaratkan bahwa dia sedang merasa bingung.

"Apa mungkin liontin pemberian ayahmu itu adalah sebuah Horcrux? Hanya itu satu-satunya penjelasan logis yang bisa membawamu kembali dari kematian." Hermione berkata menebak masih dengan senyuman yang tidak bisa luntur dari wajahnya.

"Apapun itu aku sangat bersyukur. Aku tidak percaya Tuhan masih memberikan sebuah kesempatan padaku. Seharusnya itu adalah makamku. Seharusnya itu adalah karma untukku." (Name) menunduk sedih. Menyesali segala perbuatannya selama ini. Dia berfikir dia benar-benar tidak pantas untuk hidup.

"Apa kau gila?! Itu yang kau katakan setelah bangkit dari kematian?" Harry menatap (Name) tak percaya.

(Name) menatap kami bergantian. Merasa terharu karena teman-teman yang selalu mengkhawatirkannya.

"Benar, kesempatan ini diberikan kepadamu karena kau pantas. Kau bisa memperbaiki semua ini dan menjadi orang yang lebih baik. Dan sampai hari itu tiba, kami akan selalu berada di sisimu." Aku berucap menyemangatinya.

"Benarkah itu? Terima kasih semuanya. Aku mencintai kalian... Hueee..." (Name) kembali menangis memeluk kami.

Tidak perlu merasa buruk akan dirimu. Semua orang pernah melakukan kesalahan besar setidaknya sekali dalam hidupnya. Dan suatu saat kalian akan menyadari bahwa setiap kesalahan itu berarti. Kesalahan-kesalahan itulah yang nantinya akan mengubah mu menjadi orang yang lebih baik di masa depan.

Kami menghela nafas lega. Lega karena semua masalah ini telah berakhir. Kami rebahkan tubuh lelah kami di atas rerumputan. Sungguh, aku benar-benar berhutang banyak padamu keajaiban.











Tamat.

Maaf semua cerita ini harus berakhir disini. Saya ucapkan terima kasih banyak kepada pembaca yang sudah membaca cerita ini sampai akhir. I love you all💜💜

I (don't) HATE YOU | Draco x ReaderWhere stories live. Discover now