Quidditch Game

3.1K 404 62
                                    

"Dan mereka semua mati kecuali kau, ibumu dan Bellatrix yang saat ini berada di Azkaban." Draco menyelesaikan ceritanya. Tidak bisa kupercaya mereka sebegitu bencinya dengan muggle.

"Tapi mengapa Bellatrix ada di Azkaban?" Tanyaku penasaran.

"Karena membunuh. Setelah kejadian itu, dia menjadi orang yang suka membunuh tanpa alasan yang jelas."

"Jadi... ayahku benar mati karena ku ya?" Aku tertunduk sedih mengira-ngira apa yang terjadi bila aku belum ada di rahim ibu saat itu? Ayah pasti akan lebih mudah melepaskan ibu dan masih hidup hingga sekarang.

"Jangan menangis. Maafkan aku telah mengatakan itu dulu. Aku pasti sudah gila." Ucap Draco sambil menangkup pipiku. Menahanku mengeluarkan tangisku karena kelakuan anehnya.

"Hehe... hiks aku hanya sedikit sedih" aku tersenyum dengan kaku. Dengan tidak terduga dia memelukku. Menenggelamkan ku di dada bidangnya. Sekali lagi merasakan detak jantungnya yang entah bagaimana menenangkanku.

"Ini bukan salahmu. Tidak apa-apa." Dia mengelus rambutku sambil menyebutkan kata-kata penenang padaku.

Aku balas memeluknya, tidak ingin cepat beranjak dari pelukannya. Detak jantungnya seperti alunan melodi indah di telingaku dan pelukan hangatnya terasa sangat nyaman.

Deg... deg... deg...

Huhh perasaan ini muncul kembali. Kenapa aku selalu berdebar saat di dekat Draco.

Aku memutuskan untuk melepaskan pelukannya karena ini terasa semakin canggung. Dia terlihat tersenyum padaku dan menghapus bekas air mataku yang membuat pipiku lagi-lagi merona karena tingkah manisnya.

"Sudahlah berhenti menangis. Kau terlihat semakin jelek." Ucapnya tertawa. Sempat-sempat nya dia mengejek ku dasar blonde jelek.

"Mmm aku ingin bertanya sesuatu. Kalau memang keluarga kalian sangat membenci orang yang bukan keturunan darah murni... lalu kenapa kau menyukaiku?"

"Memang siapa yang peduli dengan tradisi bodoh itu? Dan kau tau? Ayah dan ibuku tidak terlalu peduli selagi aku bahagia." Dia berucap senang.

"Apa benar..." Aku berfikir mungkin keluarga Malfoy berbeda dari yang lainnya. Entahlah.

"Sebagai ganti jasaku ini, kau harus menonton pertandingan Quidditch besok lusa dan mendukungku karena aku akan menjadi seeker pada pertandingan besok." Draco tersenyum mengharapkan jawaban dariku.

"Tentu saja Draco. Lagipula aku memang berniat mendukung Slytherin."


~🌸~


Pertandingan Quidditch yang telah dinanti-nanti akan dilaksanakan hari ini. Pertandingan Gryffindor melawan Slytherin. Saat ini aku sedang berada di balik panggung mengantarkan Harry yang sedang bersiap-siap.

"Bersiap untuk kalah, Potter." Draco datang entah dari mana untuk memanas-manasi Harry sebelum pertandingan.

"Kau harap, Malfoy." Harry balik menatap Draco dan terjadilah adu tatap diantara keduanya.

"Huft... mulai lagi. Kalian berdua berhenti bertengkar!" Aku menjewer telinga keduanya.

"Akh. beraninya kau menjewer telingaku." Ucap Draco protes.

"Lepaskan aku (Name) kau membuatku malu." Timpal Harry lagi.

"Dan kalian membuatku malu karena terus bertengkar. Tak bisakah kalian akur saja?" Aku melepaskan tanganku dari telinga mereka yang nampak memerah. Semua menatap kami namun aku tidak menghiraukan mereka.

"Apa kau lihat-lihat! Pergi sana." Ketus Draco pada orang-orang itu. Seperti biasa, Draco yang menyeramkan tapi aku sudah mulai terbiasa.

"Tapi sedang apa kau disini (Name)? Kau seharusnya mendukungku sekarang." Ucap Draco ingat pada janjiku tempo hari.

"Apa maksudmu? (Name) datang untuk mendukungku." Kata Harry dengan percaya diri.

"Aku akan mendukung kalian berdua." Tentu saja aku harus mendukung sahabatku juga, Harry.

"Apa? Tidak tidak. Kau ikut denganku." Draco menarik tanganku menjauh namun Harry dengan cepat menahan tanganku yang satunya membuat ku berada di tengah-tengah pertengkaran keduanya yang ke 1.325.299 kalinya. Baiklah aku sedikit berlebihan.

"Berhenti bertengkar aku akan pergi sendiri." Aku memutuskan untuk pergi meninggalkan keduanya menuju Ron dan Hermione yang nampak sedang membeli popcorn.
.
.
.

Aku duduk di bangku paling depan bersama mereka menyemangati Draco dan Harry. Pertandingan pun dimulai dan tim Slytherin langsung memimpin jalannya pertandingan.

Aku berseru semangat kecuali Ron dan Harmione yang tampak kecewa karena poin Gryffindor yang tertinggal jauh.

"Sepuluh poin lagi untuk Slytherin!" MC berucap semangat sembari mengomentari jalannya pertandingan.

Kulihat Harry dan Draco mulai mengejar bola Golden Snitch yang terbang sangat cepat di dekat mereka. Harry mencoba menggapai bola itu namun tidak berhasil.

Mereka berdua terbang mengejar bola yang bernilai 150 poin itu dengan kecepatan penuh hingga hampir menabrak beberapa tiang yang terpasang disana. Rasa khawatir ku mulai mengusai takut-takut kalau mereka jatuh atau terluka saat pertandingan.

Dan benar saja, Draco terjatuh dari sapunya sesaat setelah aku memikirkan tentang hal itu.

"Draco!" Teriakku khawatir. Aku hendak berlari dari tempat dudukku namun ditahan oleh Hermione.

"Tenanglah (Name)! Dia pasti baik-baik saja." Ucap Hermione menenangkanku. Namun tetap saja aku khawatir padanya dan langsung berlari menuju ruang kesehatan sesegera mungkin.


~🌸~


-Ruang Kesehatan-

"Draco, apa kau baik-baik saja?" Tanya Crabbe pada Draco yang tangannya sudah terbalut dengan perban.

"Ya aku baik-baik saja. Jatuhku tidak terlalu keras dan Prof. Snape sudah memberiku obat tadi." Ucap Draco santai.




BRAKK!!

"Draco! Apa kau baik-baik saja?!" Aku datang dengan terburu-buru dan langsung menghampiri Draco yang tengah dikerumuni oleh teman-temannya.

"Aku tidak baik-baik saja. Tanganku sakit sekali (Name) kupikir tanganku hampir putus tadi." Ucap Draco kesakitan.

"Apa benar-benar sesakit itu? Kau sudah minum obat?"

"Sudah. Tadi kalau tadi aku terlambat sedikit saja aku bisa mati." Draco merengek padaku. Kasihan sekali dia.

"Sepertinya nanti aku tidak bisa melakukan aktifitas dengan benar. Tanganku terluka." Adu Draco. Tentu saja aku akan membantunya.

"Aku akan membantumu nanti. Kau istirahat saja."

"Kau temani aku disini. Aku tidak bisa memakan makananku sendiri." Pout Draco.

"Dan kalian pergilah. Aku ingin istirahat." Draco mengusir teman-temannya dan meninggalkan hanya kami berdua disini.

"Dasar licik." Gerutu temannya.

Aku mulai menyuapi Draco dengan hati-hati sampai makanan yang ada di mangkuk itu habis. Setelah itu aku menyuruh nya beristirahat dan menunggunya sampai ia tertidur.

















Jangan lupa vote dan komen💜

I (don't) HATE YOU | Draco x ReaderWhere stories live. Discover now