Pt 20. Selisih

47 34 9
                                    

Gimana? Udah tuntas? Atau beloom?

❝Sudah ku katakan sejak dulu, bahwa kelemahan Denny adalah diriku

Oops! Ang larawang ito ay hindi sumusunod sa aming mga alituntunin sa nilalaman. Upang magpatuloy sa pag-publish, subukan itong alisin o mag-upload ng bago.

❝Sudah ku katakan sejak dulu, bahwa kelemahan Denny adalah diriku.❞-Sellia.

••༶◇༶••

Dea masih belum sadar, Damian masih setia di sisinya. Dengan Tyo dan Lidya menemani, usapan lembut yang tak pernah terlepaskan dari tangan Dea. Berita mengenai adik Dea yang kembali kini terdengar oleh anggota Das dan Lungle, di tambah kasus matinya sang master di tangan Lungel membuat kedua perkumpulan itu makin mengibarkan bendera perang.

"Gue nyesek sih," komentar Lidya setelah Damian bercerita yang di sambung oleh cerita masa kecil Dea dari mulut Tyo.

"Anak itu sejak kecil telah mendapatkan banyak masalah," ujar suara bariton yang sangat Damian kenali. Roda yang di putar kedepan itu mengantarkan Kakek tua itu pada mereka, bersama gadis berambut coklat yang menemaninya.

"Biarkan dia istirahat, jiwa dan raganya terlalu lelah." Dia Lintang, tangannya mengelus lembut puncak kepala Dea.

"Kakek Lintang apa Dea setelah ini akan tetap sama?" tanya Lidya pendek.

"Sepertinya tidak, tapi itu bukan berarti dia akan cepat memaafkan mereka berdua." Jawaban Lintang membuat cucunya, Clarita menghela napasnya lesu.

Clarita mendekat pada Dea, "gue tau kalau gue cuek banget ke Elo De, tapi sumpah demi apapun gue sayang banget sama lo. Gue lebih suka Lo tenang seperti ini tapi bukan berarti gue suka saat Lo gak ada di sisi gue. Gue mohon saat Lo merasa sudah siap, bangun dan lawan dengan gue di sisi Lo!" Gadis itu terisak. Mengingat bagaimana sahabatnya yang selalu dan akan di kunjungi masalah, walaupun ia tahu kehidupan memang penuh masalah. Tumbuh bersama dalam pengawasan Lintang sangat Clarita syukuri, tapi ia tetap tidak suka kepergian kedua orang tuanya dan Dea.

Sudut mata Lidya terusap lembut oleh Tyo. Membuat pipi gadis itu merah, dengan Tyo yang meraih tangannya dan mengelusnya lembut. "Jangan nangis, Dea gak suka orang yang dia sayang menjatuhkan air mata karena dirinya." Perkataan Tyo ada benarnya. Maka dari itu kedua gadis yang tengah terisak itu kini mengelap kasar sudut matanya.

"Hwwaaa!" Bukannya berhenti Lidya kini tangisan Lidya makin kencang, membuat Tyo bingung.

"Jangan nangis Lid!" omel Clarita dengan mata yang masih memerah.

"Gak bisaa! Pengennya nangis, huhu. Gimana ini gak bisa berhenti!" jawabnya cepat, cairan bening itu kini mengalir deras dari pelupuk mata Lidya.

Tyo memeluknya lembut, "udah Lidya."

Gadis itu menggeleng, "aku yakin, kalau aku di posisi Dea aku gak akan sanggup!" cicitan kecil itu terdengar oleh kakaknya, dengan Tyo yang tersenyum lembut menyadari perkataan Lidya yang mulai lembut.

↜※↝

Sepasang suami-istri itu kini saling melayangkan tatapan tajam, obrolan mereka berdua benar-benar mengundang bara api di sekitar kamarnya. AC di kamarnya sama sekali tidak memberikan efek sedikitpun.

Zarch Dealin Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon