11- Senja, dibalik jendela

801 147 107
                                    

Assalamualaikum apa kabar? Kalian pasti sehat dong iya donggg...
Aku up lagi nih, jangan bosen-bosen yahhh..

Yukk,,, bismillah semoga kalian semua suka.

Maaf ya jika typo nya dimana-mana.

Jangan lupa vote komen sama follow juga.

Enjoy!!!

Happy Reading!!!!

*************

Seorang lelaki menggerakkan pelan tangannya, terasa nyeri. Ahh mungkin karena infus yang menancap di pergelangan tangannya. Sagara, lelaki itu baru tersadar setelah beberapa lama pingsan.

Lelaki dengan rahang yang kokoh, dan hidung yang mancung itu melihat sekeliling. Terasa sangat familiar sekali ruangan ini.

Pandangan Gara jatuh kepada seorang wanita yang tertidur dengan posisi terduduk menelungkupkan kepalanya di lengan kanan Gara.

Mami? Sejak kapan Mami disini?

Gara juga menangkap beberapa orang yang juga tertidur di sofa tak jauh dari tempatnya berada. Ruangan ini memang khusus untuk Gara dari kecil selalu dirawat di ruangan ini, ada banyak fasilitas seperti sofa, tv, kulkas, bahkan ps pun ada. Demi kenyamanan Gara, orang tuanya meminta khusus untuk ini semua.

Tapi kalian pasti tau, yang namanya rumah sakit tidak ada yang namanya rasa nyaman, yang ada hanyalah rasa sakit, bukan.

Sorot mata lelaki itu menatap Papinya yang tertidur di sofa, disana juga ada Dewa dan Raja. Teman-temannya menginap disini.

Gara mencoba mengingat kembali kejadian sebelum ia berada disini. Seingatnya, ia tengah berkelahi dengan pasukan Warrior, bersama Nada.

Nada!

Dimana gadis itu?

Gara mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan, tidak ada Nada disini. Pikiran Gara meronta bertanya apakah gadis itu baik-baik saja, bagaimana keadaannya.

"Alhamdulillah, Gara lo udah-" Juna menghentikan ucapannya saat Gara menatapnya tajam sembari meletakkan teluntujuknya di bibir, menyuruh Juna diam.

Lelaki itu nyengir kuda tanpa merasa berdosa. Ia menghampiri Gara.

"Alhamdulillah lo udah siuman Gar. Gue takut banget kalo sampe kehilangan lo." ucap Juna berbisik namun tidak terkesan berbisik, malah berisik.

Gara hanya diam menatap sahabatnya itu malas, ia pikir hanya Dewa dan Raja, namun ternyata ada Arjuna juga.

"Mami kapan pulang?" ucap Gara tanpa suara, hanya menggerakkan bibirnya saja.

"Pas lo di bawa Ketua ke sini, Bima langsung nelpon mamih lo, ya terus mereka langsung ke sinilah, bayangin Jepang-Indonesia coyy... Sesayang itu mereka sama lo!" oceh Juna dengan nada pelannya.

Gara menghiraukan ocehan demi ocehan Juna, pikirannya kembali kepada Nada, Nada baik-baik aja kan? Nada dimana? Dia tidak apa-apa kan? Tidak terluka parah? Terbesit rasa bersalah di benak Gara, mungkin jika Gara mengiyakan Nada untuk pulang lebih awal, pasti kejadian ini tidak akan terjadi.

"Dia aman!" seperti tau apa yang sedang Gara pikirkan, Juna pun berujar.

Mata Gara menatap Juna tanpa ekspresi. Namun, dalam hatinya ingin tau Nada bagaimana.

"Lo tenang aja Gar, bidadari gue, Neng Nada baik-baik aja. Tadi dia pulang sama Bisma." jelas Juna. Tanpak songong selaki wajah lelaki itu, menyebut Nada bidadarinya.

Gara Nada [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang