XII

182 31 0
                                    

Harry melangkah menjauhi jalan dan menuju semak-semak. Suara musik mengalun dari stereo tak begitu jauh dari situ. Cahaya bulan menyinari sekeliling Harry. Melingkupi segala hal di bawahnya dengan kilau keperakan pucat.

Sesuatu tengah mengais kotoran, namun itu tidaklah terlalu mengusiknya. Seekor binatang kecil yang berlari menjauh dari aroma kehadirannya tidaklah menarik bagi Harry. Ia mengejar sesuatu yang lebih besar.

Harry kembali menghirup aroma udara. Memejamkan mata untuk berkonsentrasi. Mencari jejak yang mungkin ditinggalkan oleh si iblis dan vampir atau salah satu diantara keduanya. Saat ia menemukannya, matanya terbuka. Ia menyipitkan matanya saat ia berjalan perlahan menaiki bukit seperti hantu. Ia menutupi diri dengan cara yang hanya mampu dilakukan oleh para Hunter. Ia bergerak dengan tak kasat mata. Menaiki perbukitan berbatu yang terjal itu. Menapaki semak dan batu. Setiap langkah senyap yang diambilnya membawanya semakin dekat pada kedua mangsanya.

Jejak energi yang ditinggalkan sang iblis itu sangat tebal di sini. Seakan jejak itu sudah menetap cukup lama. Memikirkan gerakan selanjutnya. Anehnya, Harry tidak bisa mencium maupun melihat jejak milik sang vampir. Apakah mereka sekarang bekerja secara terpisah? Ataukah sang vampir punya kemampuan untuk menghilangkan jejak energinya? Harry sudah tidak punya waktu lagi untuk membiarkan kedua makhluk itu berkeliaran bebas. Ia harus segera mengakhiri semua ini.

Saat ia kembali bergerak, para jangkrik terdiam. Hewan-hewan malam tak bergerak. Seolah malam pun menahan napas dan menunggu aksi kekerasan kembali terjadi. Angin berhembus dan membuat elemen jejak energi sang iblis yang dia ikuti berputar di sekitarnya dengan pola berubah secara konstan. Namun Harry telah melewati ratusan tahun untuk mengasah kemampuannya dalam melacak jejak. Ia tidak akan dapat dihentikan lagi.

Sepatu bootnya menapak pada batu yang bertabur kotoran hewan yang sudah kering. Kaki panjangnya membawanya ke atas bukit dengan cepat. Napasnya stabil. Detak jantungnya lambat. Meskipun adrenalin bergejolak dalam tubuhnya. Perburuan adalah segalanya bagi Harry. Perburuan telah membawanya melewati ratusan tahun keabadian tanpa masalah yang berarti.

Hanya itu yang ia tahu. Perburuan. Ia menempatkan diri untuk bertempur dengan kemauannya sendiri. Ia dilahirkan dan dibesarkan untuk bertempur. Saat hidup, ia mengabdikan dirinya pada Kerajaan. Kini setelah ia mati dan terlahir sebagai sosok Abadi, ia mengabdi pada manusia. Entah mereka mengetahuinya atau tidak. Ia bertanggung jawab atas dirinya sendiri. Ialah yang menciptakan takdirnya sendiri.

Tatapan Harry menyipit. Memeriksa setiap bayangan, tiap-tiap lembah di perbukitan itu. Ia berhenti untuk menahan napas dan mendengarkan dengan penuh konsentrasi pada tiap suara sehalus apapun yang dapat mengarahkannya pada mangsa buruannya. Sialnya, tidak terdengar apapun kecuali hembusan angin malam.

Harry menggertakkan gigi. Menarik napas dalam-dalam. Ia merasakan jejak itu mendingin. Harry menghunuskan pedangnya ke tanah. Membiarkan matanya menyapu perbukitan saat mengikuti jejak iblis yang semakin tipis. Jejak itu benar-benar telah menipis seperti pita yang teruari. Semakin jejak itu kehilangan kekuatan, semakin tinggi pula Harry mendaki.

Di sekeliling Harry, rumah-rumah tinggi menjulang dari daerah perbukitan. Teras-teras bermandikan cahaya. Kolam kecil memendarkan cahaya yang memperlihatkan genangan biru kehijauan. Pintu dibanting, mesin mobil dinyalakan, dan seekor anjing menggonggong.

Harry melawan gelombang rasa pahit saat ia mendekati puncak bukit. Ia tidak akan menemukan iblis itu di sini. Ia menyadari hal itu sekarang. Makhluk brengsek itu sudah pergi. Hilang di keramaian malam. Namun... ada sesuatu. Sesuatu yang janggal.

"Brengsek." umpat Harry.

Ia membiarkan tangannya yang menggenggam pedang terjuntai ketika matanya menemukan sesosok tubuh terbaring di tanah yang ada dihadapannya.

Seorang pemuda. Harry menebak usianya tidak lebih dari 20 tahun. Pemuda itu terbaring hampa dan mati di puncak bukit. Matanya terbuka lebar menatap langit malam yang tak lagi bisa ditatapnya. Ekspresi kaget terpatri selamanya di wajah pemuda malang itu. Harry tidak dapat memahami kenapa wajah-wajah itu tampak sangat terkejut. Mengundang iblis untuk menempati tubuhmu atau hasrat untuk bersenang-senang dengan kedua makhluk itu tidak akan pernah berakhir menyenangkan. Namun, ada antusias yang menjanjikan untuk mendapatkan pengalaman itu.

Harry berjongkok di samping tubuh itu. mencari-cari dalam kegelapan. Akhirnya ia pun menemukan garis warna tipis di sekitar mayat itu. Sapuan warna lembayung yang mengerikan seperti kabut warna yang tidak terlalu jelas tersisa di tubuh buangan iblis ketika iblis itu memutuskan untuk meninggalkan tubuh itu. Dan, karena tanda energi iblis itu masih bependar di sekitar tubuh itu, hanya berarti satu hal. Iblis itu belum pergi terlalu jauh.

Itu artinya, pikir Harry sambil berdiri dan tatapannya menyapu area tanah terbuka di sekitarnya, ia kehilangan iblis itu hanya dalam beberapa saat. Makhluk nista itu pasti bisa merasakan hawa kehadirannya dan memutuskan untuk segera meninggalkan tubuh yang kini tak lagi bernyawa itu.

Dan begitulah awalnya. Seperti yang pernah terjadi dulu. Iblis itu beranjak dari satu tubuh ke tubuh lainnya. Mengoyak dan merusak selama perjalannya menuju kota. Dia akan mengubur dirinya pada jiwa dan pikiran mereka yang bersedia dan berjiwa gelap. Dia menggunakan mereka untuk melakukan pembunuhan keji yang merupakan kebutuhan alamiahnya.

Namun, ada satu hal yang janggal yang Harry temukan. Ia merasakan kehadiran jiwa yang terasa tidak asing. Biasanya iblis selalu mencari jiwa baru. Tapi yang satu ini sama sekali tidak terasa baru. Hanya saja jiwa ini juga bukanlah jiwa vampir yang bersamanya. Lalu, jiwa siapakah ini?

Harry menyelipkan pedang ke sarungnya yang tergantung di samping tubuh dengan bunyi dentingan besi bertemu besi. Tidak ada lagi yang perlu diamati di sini. Tubuh yang tergeletak itu tak lebih dari sekedar mayat dengan pembuluh-pembuluh kosong, sedangkan pemiliknya sedang dalam perjalanan menuju neraka.

Iblis dan vampir terkutuk itu bisa berada di mana saja dan Harry harus menunggu untuk bisa kembali menelusuri jejaknya. Menunggu hingga pembunuhan selanjutnya. Menunggu hingga kekejian berikutnya dan mendapatkan kembali petunjuk. Tanda energi selanjutnya, yang akan mengembang di udara. Kedengarannya memang menyebalkan, tapi Harry tidak punya pilihan lainnya sebab ia kini tidak punya banyak petunjuk yang berarti.

Ia menatap kembali mayat yang pernah dirasuki si iblis dan menggeleng.

"Kau bodoh. Dan sekarang kau membayar kebodohanmu. Andai kau tahu mana yang baik untukmu. Akhirnya kau akan kembali ke neraka tempat di mana kau seharusnya berada."

Immortal [Revised Version] [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang