Careful-08

415 177 32
                                    

Sudah 2 jam dia menahan kesal, kenapa sih lampu di komplek perumahannya secara tiba-tiba mati dalam jangka waktu yang lama? Apalagi ini dimalam hari. Sudah gelap, panas, banyak nyamuk pula. Bagaimana bisa tidur dengan nyenyak?

Karena kelelahan misuh-misuh tidak jelas akan kondisi di rumahnya, dia memilih tidur terlentang dilantai yang dingin.

Dia merasa bosan dan beralih serius dalam lamunannya, "Siapa lagi ya?"

Kata-kata itu terus terngiang-ngiang dikepalanya—sesaat terlintas seseorang dipikirannya tiba-tiba lampu menyala, penerangan di rumahnya terang kembali.

Langsung saja bergegas bangkit menuju ruangan rahasianya.












































































Banyak foto-foto yang tertempel didinding lebih tepatnya itu semua foto semua teman-temannya, 2 foto diantaranya terdapat silang berwarna merah sehingga menutupi wajah didalam foto itu.

Dua foto itu adalah temannya, sudah tenang diatas sana. Tidak tau benar-benar tenang atau tidak. Toh lagi pula dia juga tidak peduli lagi.

Dia kembali serius, sungguh banyak teka-teki yang hinggap di otaknya dan itu membuatnya sakit, sakit fisik maupun batin. Menyaksikan teman terdekatnya mati persatu, entah lah apa ada korban selanjutnya atau cukup sampai sini.

Ahh, gue harus mulai dari mana?

Hatinya sudah tidak sanggup menahan rasa perih, kesal dan kecewa. Mungkin sebentar lagi akan timbul rasa benci yang ditujukan pada sang pelaku.

Dia sudah memegang beberapa bukti namun masih bimbang antara ingin dilaporkan atau tidak.

Sekarang dia sudah memutuskan untuk menggunakan caranya sendiri. Semoga saja berjalan lancar tanpa hambatan.









































































Semoga lo gak buat rencana gue berantakan

Ucapnya didalam hati dengan sudut bibir yang tertarik.





















































"Woi!"

"Hm?"

"Lo ngapain sih?"

"Buta mata lo?''

Orang yang bertanya mencibir kesal, kan dia nanya juga karena bingung apa yang dilakukan temannya ini.

Masalahnya dia itu sedang berjongkok disebelah selokan—melihat kedalamnya dan terlihat serius. Mau apa dia kayak gitu?

"Jangan aneh-aneh deh"

Orang itu berdecak dan berdiri berkaca pinggang menghadap lawan bicaranya "Ck, itu pisau gue jatoh!" ucapnya sembari menunjuk ke arah selokan.

"Cuman pisau!?"

Lawan bicaranya itu sungguh emosi, menarik nafas dan mencoba menetralkan kekesalannya sudah dia lakukan supaya tidak lepas kontrol untuk memukul orang dihadapannya ini.

"Kan bisa dibeli lagi, kayak orang miskin aja lo"

"Itu pisau kesayangan gue, enak aja main buang. Kalo bukan karena itu, gue juga sanggup beli semua organ badan lo!"

"Ngapain beli organ badan gue ogeb?"

"Mau gue makan" jawabnya asal lalu kedua kakinya masuk kedalam selokan, tidak peduli dengan aroma busuk didalamnya dan tetap mengambil pisau itu tanpa ada rasa jijik padahal temannya itu sudah memasang wajah ingin muntah karena bau menyengatnya itu.


































































"Astaga! Itu kotor, hidung lo terbuat dari apa sih sampe biasa aja nyium baunya?"

"Berisik"

Orang yang memegang pisau itu melirik lawan bicaranya, tertarik pada sebuah luka dilengan kirinya.

"Tangan lo kenapa?"

"Oh ini, cakaran tempo hari"

Orang itu hanya menganggukan kepalanya mengerti apa yang dimaksud.

Careful | 00 & 01 LineWhere stories live. Discover now