🍇 34

467 77 8
                                    

Guysss maap baru update, authornya kemaren-kemaren dilanda kemalasan 😭✊

Jangan lupa vote sama vomment yaaa

Selamat membaca! ☺️

🍇🍇🍇

Seseorang menyalakan keran di wastafel yang ada di salah satu area WC perempuan SMA Canopus. Orang itu kemudian mencuci tangannya dengan pandangan turun yang redup dan sedu.

Seusainya, keran dimatikan lalu gadis itu pun mengeringkan tangannya dengan alat di sana. Masih belum beranjak, gadis dengan pakaian bebas itu memilih untuk memandang pantulan dirinya di cermin. Kinta, turut ke sekolah di hari libur ini untuk menjalankan tugasnya sebagai anggota eskul jurnalistik--mendokumentasikan pengangkatan petinggi basket angkatan sekarang. Mungkin benar kata orang, kelas 11 memang waktu tersibuk untuk berorganisasi, dan Kinta tak ingin menyia-nyiakan ini karena 1 tahun yang sekarang sedang ia jalani belum tentu terulang lagi di masa depan. Sebelum ia disibukkan oleh tugas dan ujian di tingkat berikutnya, Kinta dengan senang hati melakukan hobinya sekarang-sekarang ini.

Menghela napas, satu tangan Kinta tergerak untuk memegang perutnya. Kemudian, hal buruk berputar kembali dalam pikirannya berkat sakit di perutnya yang semakin hari semakin bertambah kadarnya. Kinta semakin cemas. Dan Kinta tidak akan tahu akan separah apa lagi rasa sakit itu ke depannya. Padahal, bekas luka yang ada di perutnya benar-benar tidak muncul kembali setelah Kinta cek ke sekian kalinya beberapa saat yang lalu.

Suara ketukan sepatu terdengar. Kinta kemudian menengokkan kepalanya ke samping saat seorang cewek datang kemari. Sesaat, cewek itu melemparkan senyum pada Kinta sebelum masuk ke dalam bilik. Yang Kinta tahu, dia Vallen, orang yang bahkan mendapat Juara 1 Putri SMA se-Kota Bandung. Dan yang Kinta tahu juga ... Vallen hidup di keluarga cukup 'berada' yang keadaannya harmonis. Senang ya jadi dia? Cantik, kaya, bahkan orangtuanya baik-baik saja.

Kadang Kinta suka berpikir, apa orang-orang seperti Vallen tak pernah merasa sedih? Lagipula, Kinta tak mendapat jawaban juga tentang apa yang harus disedihkan oleh orang-orang semacam Vallen. Kinta jadi bertanya pula, kenapa rasanya orang lain bisa mendapatkan hidup yang sebahagia itu, sedangkan dirinya? Ah, sudahlah.

Baru beberapa detik Kinta masih berdiri sejak masuknya Vallen ke bilik WC, tapi tiba-tiba cewek itu sudah keluar lagi.

"Hai," sapa Vallen ramah.

"H-hai ...." Kinta menjawab dengan ragu, pula dengan tatapan yang masih belum sepenuhnya fokus pada Vallen.

"Anggota PMR?"

Kinta menggeleng.

"Oh ... hehe, sorry sok tau, soalnya biasanya yang suka ada pas acara tuh ..." Vallen menghentikan omongannya saat ia melihat kamera di pinggir wastafel. "Ah ... anak jurnalistik ya?"

"Iya."

"Semangattt!" Vallen mengangkat satu kepal tangannya ke udara.

Melihat itu, Kinta jadi tersenyum lebar dan mengikuti gerakan Vallen. "Semangat!" ucapnya.

"Balik ke lapang?" tanya Vallen sekaligus sebagai kode ajakan untuk jalan bersama ke lapangan.

Kinta mengangguk.

Kemudian, keduanya pun berjalan keluar area WC. Vallen berjalan lebih depan sembari melihat-lihat pemandangan di SMA Canopus, sedangkan Kinta yang sedikit tertinggal di belakang berjalan cukup lesu sambil mengarahkan pandangannya ke arah ramainya orang-orang di lapang.

"Taaaa, sini cepetan! Rame banget!" Vina berteriak sambil melambaikan tangan. Karenanya, Kinta pun berlari menjumpai gadis itu.

"Canopus masih unggul nih," lapor Vina.

Blackcurrant ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang