🍇 33

656 85 18
                                    

Kinta melepas pelukannya dan langsung menggenggam satu tangan Erkan. "Jalan jalan bentar dulu yu Erkan?" ajaknya.

"Mau ke mana?" tanya lelaki itu, bingung. Pasalnya hampir semua sudut sudah mereka pijaki sedaritadi.

"Pamitan sama nenek lampir!" jawab Kinta semangat.

Erkan kemudian mengangguk.

Senyum Kinta tak hilang selama ia berjalan bersama Erkan. Rasanya bahagia menggenggam orang yang akhirnya resmi menjabat sebagai pacarnya. Mual yang semula Kinta rasakan bahkan sekarang sudah hilang. Mungkin cinta memang bisa seajaib itu untuk menyembuhkan sesuatu.

Kinta berjalan dengan sedikit meloncat dan bergerak cukup aktif.

"Pelan-pelan Kin ...," kata Erkan yang ditarik kencang tangannya oleh Kinta. Namun, gadis itu hanya memperlihatkan deretan giginya sambil meneruskan jalan seperti sebelumnya.

Sampai di depan sebuah toko, Kinta membungkuk dan menatap ikan cantik di dalam akuarium bulat.

"Ikan, kamu kenal Erkan?" Kinta bertanya dan sontak membuat Erkan menoleh padanya saat itu juga.

Tentu, ikan itu tak menjawab, hanya berenang mengelilingi ruang dalam aquarium.

Kinta menegakkan kembali tubuhnya. Kemudian kembali bertanya, tapi kali ini dengan nada sedikit songong. "Masa gak tau?!"

"Erkan yang pacarnya Kinta itu loh!" lanjut gadis berponi itu.

Mendengarnya, Erkan langsung tertawa.

Kinta tersenyum lebar, lalu segera melihat ke arah lain. "Hehe, udahan ah malu," katanya sebelum kembali melangkah.

Tatapan Erkan terus tertuju pada Kinta saat mereka berjalan, sedikit mengguratkan senyum di wajah, setelah itu Erkan mengangkat tangan Kinta yang sedang digenggamnya.

Ia mendekatkan punggung tangan gadis itu ke bibirnya, lalu mengecupnya sekilas.

Kinta membelalakkan mata.

Kemudian, perempuan itu pun langsung menoleh pada Erkan.

"Erkan ngapain?" tanyanya sambil menautkan alis.

"Ngapain? Emang gue ngapain tadi?" Erkan malah bertanya balik dengan ekspresi seolah tidak terjadi apa-apa sebelumnya.

"Ta-tadi Erkan nempelin tangan Kinta ke mana?" Gadis itu mulai panik.

"Idung," jawab Erkan santai.

Kinta menggeleng. "Ng-ga!"

"Kinta ngerasanya bukan di idung!"

"Di idung, Kin ...," ulang Erkan yang selanjutnya mengangkat lagi tangan Kinta dan menggosok-gosoknya di hidung dia agar gadis itu percaya.

"ERKAN GELIIII!" teriak Kinta sembari berusaha menurunkan tangannya. Ia pun bahkan tertawa karena perutnya terasa geli.

"AHAHAHA LEPASSS," pinta Kinta.

Namun bukannya melepas, Erkan malah mendiamkan tangan gadis itu di depan mulutnya. "Gue gigit ya?" tanya Erkan.

Kaget, sontak Kinta pun berteriak, "JANGAN!"

Tapi bukan Erkan namanya yang menuruti Kinta begitu saja, cowok itu sekarang bahkan membuka mulutnya sambil berkata, "Aaaaa."

Dengan gerakan cepat, Kinta menarik tangannya dan memasukkan daun yang dicabutnya asal dari pot di dekat mereka ke dalam mulut Erkan.

Menyadari kelakuannya dan melihat ekspresi Erkan yang segera jengkel, Kinta pun jadi berangsur mundur. "Ma-maaf Erkan!"

Blackcurrant ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang