Daddy -28-

10.6K 1.5K 142
                                    

Waktu berlalu dengan cepat pekan ujian telah di depan mata. Berbagai persiapan pun sudah dilakukan. Tidak apa-apa, prinsipnya datang kerjakan lalu lupakan.

Sebenarnya Jaemin bukan anak rajin yang akan mempersiapkan ujian dari jauh-jauh hari seperti Renjun. Tapi dia juga bukan Jeno yang akan santai membaca materi beberapa menit sebelum ujian di mulai. Bukan pula Haechan yang sudah dari kemarin merancang siasat licik bersama anak kelas lain.

Dia hanya Jaemin yang belajar cukup satu malam ditemani anak anjing yang menjilat kakinya. Oh terdengar ambigu, maaf. Yah intinya dia hanya belajar secukupnya.

Ujian akhir dilaksanakan seminggu lamanya, dengan dua mata pelajaran yang diujikan setiap harinya.

Beberapa orang akan dengan niat melaksanakannya. Tapi beberapa yang lain malah santai cenderung berpasrah akan apa yang mereka akan dapat.

"Wah hari terakhir malah matematika. Bukankah mereka niat sekali ingin membunuh kita ??"

Haechan bersuara sesaat setelah keluar dari ruang ujian. Bersungut-sungut sambil menggerutu melihat soal matematika tadi.

"Loh ?? Padahal soalnya cukup mudah"

Haechan memicing pada sosok yang menjawabnya, paling sebal saat ada orang yang begitu disaat dia seperti susah payah mengerjakannya.

"Ouhhh tuan Huang hamba dan anda berbeda, mohon maaf" sinisnya.

"Aku hanya memberi pendapat ??"

"Ya ya terserah" kata Haechan kemudian turut duduk berjejer dengan Jaemin dan Jeno di bangku panjang depan kelas.

"Setelah ini langsung pulang ??"

Haechan dan Jaemin kompak menggeleng.

"Jangan!! Ayo pergi main. Tidak usah ajak dia" tunjuknya pada Renjun.

"Heh!!"

Jaemin terkekeh. Dimanapun, apapun pembahasannya Haechan dan Renjun memang tak pernah berada di kubu yang sama. Benar-benar suatu hiburan yang menarik.

"Ayo habiskan waktu di sungai Han. Lagipula masih terlalu awal untuk pulang"

Ketiga lainnya mengangguk.

"Ayo!!"

🐣🐣🐣

Dengan berbekal beberapa lembar uang mereka berempat menyewa tikar sebagai alas juga membeli banyak camilan di toko klontong yang ada didekat sana.

Renjun selaku yang tertua diantara mereka menggelar tikar dan menata camilan diatasnya dibantu oleh si baik hati Jeno.

Sedangkan dua lainnya malah seperti anak kecil berlari kesana-kemari untuk mengambil gambar dan lainnya. Mengabaikan angin musim gugur yang begitu dingin.

Jeno heran padahal biasanya Jaemin adalah anak yang tenang. Tapi kenapa jika disatukan dengan Haechan menjadi anarkis begitu.

"Haechan Jaemin!! Makan!!"

Jeno tertawa melihat Renjun berkacak pinggang dan suara menggelegar memanggil dua anak yang sedang menatap air sungai sambil tertawa.

"Kamu tampak seperti ibuku, hahaha"

"Jangan kurang ajar!!" Kata Renjun sambil menggeplak punggung Jeno.

Dua anak yang yang dipanggil namanya mendekat sedikit antusias melihat hasil patungan uang mereka yang tak seberapa menjadi banyak makanan lezat.

"Bukankah jika sedang dingin begini lebih enak makan cup ramyun ??"

Haechan berkata sambil membuka satu buah kripik kentang.

Daddy ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang