Daddy -15-

12.9K 1.8K 111
                                    

Saat seseorang menginjakkan kakinya pertama kali pada suatu tempat baru, rasanya walaupun sudah berusaha keras menahan diri tetap saja kepala tertorehkan kesana-kemari.

Melihat bagaimana bentuk bangunan atau orang-orang yang berlalu lalang di dalamnya. Aneh tapi itu suatu hal yang normal juga.

Jaemin berdecak. Ini pertama kalinya menginjakkan kaki di perusahaan milik Jaehyun. Sesering apapun dulu dia ikut Mina ke kantornya ini jelas berbeda.

Jika dulu perusahaan tempat Mina bekerja penuh dengan hal-hal yang berbau musik baik klasik maupun modern sekarang yang dilihatnya malah jenis perkantoran dimana kebanyakan pegawai didalamnya tertelan kubikel yang penuh berkas dan komputer.

"Hyung"

Jungwoo menoleh.

"Iya Jaemin ?? Kenapa ?? Kita harus ke ruangan ayahmu"

Jaemin menggeleng, menyengir lebar kemudian.

"Aku lapar"

Alis Jungwoo terangkat satu. Melirik pada jam dipergelangan tangannya. Dia harus segera kembali ke ruangannya. Itu masalah.

"Tapi aku sedang terburu-buru"

"Aku tidak minta diantar tenang saja Hyung. Aku bisa sendiri. Dimana cafetaria ??"

"Benar ??"

Jaemin berdecak.

"Tentu saja. Aku bukan bayi!"

Jungwoo mengangguk saja. Menunjukkan koridor panjang di sisi utara.

"Baiklah tuan bukan bayi. Koridor ini belok kiri. Jika sudah selesai nanti pergi ke lantai lima disana ruanganku berada. Mengerti ??"

"Siap Hyung"

Setelahnya Jungwoo benar-benar pergi melenggang meninggalkan remaja yang mengaku bukan bayi lagi itu berkeliaran seorang diri.

Tak sulit menemukan cafetaria disini saat ternyata yang harus dilalui benar-benar jalan lurus saja. Tanpa harus masuk ke cabang-cabang koridor membingungkan.

Memesan satu cup es kopi juga dua buah sandwich Jaemin duduk di salah satu kursi disana.

Suasananya cukup tenang. Sebelas dua belas dengan cafetaria sekolahnya. Iya, tapi versi lebih tenangnya.

"Ini pesanan anda"

Mendekat kemudian membayar. Setelahnya dia pergi membiarkan tubuhnya mencerna sambil berjalan. Tolong jangan dicontoh.

Satu sandwich sudah habis saat perhatiannya teralihkan pada begitu banyaknya orang yang berlalu lalang dari suatu ruangan.

Alisnya terangkat. Rasa penasaran tau-tau menyusup dalam hati kecilnya.

Dari kecil dia terbiasa bertanya. Menggali semua rasa keingintahuannya. Jadi begitu saja dia menerobos masuk.

"Wow"

Mulutnya tanpa sadar berdecak. Ini hal baru lainnya. Ruangan penuh dengan peralatan pemotretan.

Kakinya melangkah. Menikmati bagaimana silau kamera membuat matanya berkedip beberapa kali.

Perhatiannya terpusat pada fotografernya disana. Alih-alih melihat modelnya dia justru lebih terpaku pada sang fotografer. Bagaimana dia mengatur jalannya pemotreatan dan bagaimana dia begitu cekatan mengambil gambar entah kenapa tampak begitu mengagumkan.

Sandwichnya sudah habis semua saat kakinya tau-tau melangkah semakin mendekat. Mendekat pada fotografer seumuran ayahnya.

Satu sedotan pada cup kopinya dia lakukan sebelum tangannya dengan lancang malah menarik pelan kemeja sang fotografer.

Daddy ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang