Daddy -27-

10.4K 1.5K 86
                                    

Di dunia ini ada dua jenis orang tua. Yang pertama mereka yang menunjukkan afeksi kasih sayangnya secara terang-terangan dan yang kedua mereka yang lebih memberikan afeksi dalam diam. Tanpa banyak kata tapi langsung melakukan aksi nyata.

Sebenarnya Jaehyun tidak tau dia kategori yang mana karena kadang kala ada perasaan dalam dirinya yang malu jika harus menunjukkan kasih sayang secara terang-terangan pada sang putra tapi di satu sisi lainnya ia ingin menunjukkan betapa berharganya Jaemin bagi hidupnya. Oke mari anggap Jaehyun adalah kombinasi keduanya.

Bagi Jaehyun sendiri menunjukkan kasih sayang itu adalah suatu hal yang sulit. Tapi rasanya memang jiwanya sudah diperbudak dari awal jadi tak kuasa menolak semua keinginan pangeran hatinya.

Buktinya, meskipun Jaehyun benar-benar benci saat apartemennya yang semula tenang dan damai harus rela berganti dengan suara celoteh remaja tanggung yang kebanyakan protes ini dan itu dia tidak masalah.

Buktinya dia bahkan tak masalah jika Jaemin tetap disini untuk sepuluh tahun yang akan datang. Mengganggu tidurnya dengan keluhan lapar atau menggoda masakan yang dia buat untuk sarapan. Atau hal-hal acak yang Jaemin lakukan saat malam hari.

Memikirkan Jaemin, Jaehyun jadi mengingat permintaan anak itu kemarin. Soal mengadopsi hewan peliharaan.

Jaehyun sebenarnya tidak setuju akan semua ini. Maksudnya untuk apa menambah beban mengurus makhluk yang bahkan suka buang air sembarangan ??? Apa manfaatnya ??

Tapi sekali lagi, pinta Jaemin seperti perintah baginya. Dia tidak bisa menolak. Jadi dengan kekuasaannya Jaehyun menyuruh sang sekertaris untuk mengurus hal itu.

"Tolong pilih anak anjing yang putih dan berbulu lebat ya"

"Baik tuan, saya pastikan paling tidak nanti sore proses adopsinya selesai"

Jaehyun mendesah lega.

"Terima kasih Jungwoo"

"Tentu tuan"

Iya. Semudah itu.

🐣🐣🐣

Setelah kegiatan club ditutup rasanya Jaemin begitu malas ke sekolah. Hanya belajar teori membosankan lalu pulang. Hah benar-benar membosankan.

Jadi dari pada langsung pulang ke apartemen sepi dia lebih memilih pulang ke rumah Jeno yang ramai. Ramai oleh kucing.

"Yang ini Bongshik kan Jen ??"

"Bukan itu Nal"

Jaemin mengernyit.

"Kemarin kamu bilang namanya Bongshik ihh"

Satu jitakan pelan diterima Jaemin dikepalanya.

"Beda. Itu Bongshik ada di dapur"

"Sama saja ih"

Jeno hanya mendesah lanjut mengganti pakaiannya. Ngomong-ngomong saat ini mereka ada di dalam kamar Jeno. Tidak sebesar kamar Chenle tapi masih bisa di jadikan tempat berguling kesana-kemari.

"Lapar tidak ?? Jean noona sepertinya sudah memasak"

Jaemin bangkit begitu saja.

"Eh ?? Noona ada di rumah ??"

"Hmm. Kegiatannya di kampus tidak terlalu banyak hingga dia memilih pulang padahal aku tau dia pulang karena merindukan adiknya yang tampan ini"

Jaemin bergidik. Kadang masih belum terbiasa jika Jeno mulai bertingkah terlalu percaya diri seperti ini.

"Euw percaya diri sekali"

Namun pada akhirnya mereka berdua berakhir juga di dapur. Mengobrak abrik lemari dan juga kulkas untuk mencari cemilan.

Daddy ✓Where stories live. Discover now