5 ›»» 1:1

257 147 302
                                    

|ʜᴀᴘᴘʏ ʀᴇᴀᴅɪɴɢ|

binaaamy,
2020.11.26

×××××××

“Orang yang sering tertawa terbahak-bahak adalah orang yang menyembunyikan luka paling banyak. Siangnya tergelak malamnya terisak.”

««--------------------»»

   Suara surga dunia mengalun dengan nyaring di indera pendengar para siswa. Bel istirahat yang ditunggu sejak lama akhirnya bergema juga.

   Entah ini suatu kebetulan atau bukan Nayara, Aqilla, Raizel juga Alta menjadi teman satu kelas. Mereka berkenalan lebih jelas dan kini topik seputar kejadian semalam yang sedang mereka bahas.

   “Kalau gue jadi lo, Nay udah gue bogem tuh si Deanjing! Gue pretelin ususnya kasih ke kandang macan!” Aqilla terus saja mengoceh bagai orang aneh saat membahas Dean, sang pelaku pelecehan.

   “Kayak yang berani aja lo! Liat kucing aja ngibrit!” Semprot Raizel yang jengah.

   “Ssst!! Aib itu! Mulut lo mah lémés!” Wajah Aqilla menukik berang. Ia memepetkan tubuh pada Nayara lalu merangkul sebelah tangannya.

   “Tapi serius, Nay, gue bisa boxing. Iya ’kan Al?”

   Pria jangkung yang mempunyai garis wajah tegas, tatapan mata yang tajam, hidung mancung bak perosotan, tubuh putih dan selalu wangi, serta raut yang senantiasa datar itu sedang berjalan di samping Nayara. Membuat perbedaan tinggi mereka sangat kentara. Lihat saja bahkan kepala Nayara hanya sebatas dada Alta.

   “Hm” Gumamnya singkat tanpa menoleh. Kedua tangan yang tenggelam disaku celana membuat Alta semakin mempesona.

   “Tuh ’kan, nanti kapan-kapan gue ajarin boxing deh!”

   Nayara meringis dalam hati. Apa katanya? Boxing? Pelajaran olahraga saja ia paling anti.

   “Iya,” Kata Nayara tanpa niat dan minat.

   Mereka berempat berjalan beriringan menuju kantin. Kehadiran Nayara ditengah 3 serangkai-nya SMA EDELWEISS menjadi pergunjingan panas para fans garis keras Raizel dan Alta. Rival mereka bertambah satu lagi, pikirnya.

   Nayara yang merasa tak enak hati mendapat tatapan sinis dari para siswi hanya bisa menundukkan kepala. Pergi bersama ketiga teman barunya ternyata bukan hal bagus.

   Nayara tak menutup mata, sebelum kenal dengan Aqilla, Raizel dan Alta ia juga sering mendapat pandangan mencela dari beberapa siswa. Mereka tak suka karena Nayara sering diagung-agungkan guru, dipuja-puja karena kepintarannya yang istimewa.

   Itu sebabnya jika jam istirahat Nayara lebih memilih menghabiskan waktu di kelas atau perpustakaan. Mendengarkan musik atau membaca novel sastra kesukaannya.

   Singkatnya, kini mereka tengah berkumpul di kantin, duduk berhadapan di tengah riuh suara cempreng siswa-siswi yang kelaparan.

   “Pesan?”

   "Biasalah." ujar Raizel yang diangguki Aqilla. Maksud biasa bagi Raizel adalah nasi kuning plus lauk-pauk dengan minum teh hangat, sedangkan Aqilla bakso tanpa sayur dan segelas jus alpukat.

   Kini fokus Alta beralih menuju manik mata yang sedari tadi terus-terusan meliriknya secara diam-diam, tentu saja Alta sadar akan hal itu namun ia enggan memikirkan lebih jauh.

I'm A MessWhere stories live. Discover now