12 ›»» Percuma

190 74 293
                                    

|ʜᴀᴘᴘʏ ʀᴇᴀᴅɪɴɢ|

Ups! Tento obrázek porušuje naše pokyny k obsahu. Před publikováním ho, prosím, buď odstraň, nebo nahraď jiným.

|ʜᴀᴘᴘʏ ʀᴇᴀᴅɪɴɢ|

   Malam semakin larut namun pikiran Nayara masih karut-marut. Sedari tadi dirinya mondar-mandir di ruang tengah sembari menggigit jari, salah satu kebiasaan kala dilanda frustrasi.

   Lelah melakukan hal tidak berguna ia menghentikan kegiatannya. Kali ini gadis yang senantiasa mengurai rambut panjangnya itu memilih duduk di single sofa tapi fokusnya masih sama yakni, menatap kearah pintu yang dari tadi tertutup rapat. Nayara sangat berharap Alta keluar dari sana dan mau menerima permintaan maafnya.

   Sial, semakin lama Nayara makin mengingat dengan jelas bentakan kasar yang Alta layangkan, aura dingin serta raut wajah tak bersahabat itu mampu membuat perasaannya memburuk. Ia kembali menangis dalam diam.

   Nayara itu gadis rapuh. Dia juga punya rasa percaya diri yang rendah sehingga sulit punya teman. Selama ini ia mengasingkan diri karena tidak pandai bersosialisasi. Tapi entah mengapa, saat bertemu Aqilla, Raizel dan Alta, Nayara mudah menaruh percaya. Disisi mereka Nayara merasa nyaman. Gadis itu yakin jika keberadaan mereka adalah definisi nyata dari kata teman.

   Mungkin karena Nayara sudah benar-benar lelah ditambah kondisi fisiknya yang belum stabil akhirnya gadis itu jatuh tertidur. Bahkan ia masih sempat-sempatnya bergumam lirih, "Maafin aku, Alta."

««--------------------»»

   Asap mengepul menari digerakkan angin lantas hilang sepersekian detik menyatu dengan langit malam bertabur bintang. Alta menghela nafas berat. Ini sudah puntung rokok ke-5 yang ia hisap sebagai pelarian.

   Dinginnya angin malam tak cukup mampu mengusir lelaki itu dari balkon kamar Mamanya. Pikiran Alta kacau saat mengingat kembali masalah yang datang bertubi-tubi sepanjang hari.

   Kecelakaan yang ia alami, kondisi Mamanya yang sempat kritis dan pertengkarannya dengan Nayara. Alta mau mati saja rasanya. Terlalu banyak beban yang harus ia tanggung sendirian.

   Mengingat Nayara, hati kecilnya menyisipkan rasa bersalah luar biasa. Bukannya meminta maaf karena telah membuat Nayara celaka Alta malah mengusir dan menghardik gadis itu. Lagi-lagi dirinya menghela nafas gusar.

   Merasa tidak nyaman dengan tubuhnya karena belum sempat berganti pakaian, Alta berjalan keluar kamar. Matanya terpaku pada gadis yang meringkuk tidak nyaman di sofa.

   Mencoba abai, Alta meneruskan langkah memasuki kamar pribadinya. Belum sempat ia masuk kamar mandi, kakinya sudah berputar mendekat pada Nayara. Alta duduk di meja yang membuatnya berhadapan langsung dengan Nayara.

I'm A MessKde žijí příběhy. Začni objevovat