15 »»› Tangisan Hujan

93 5 25
                                    

|ʜᴀᴘᴘʏ ʀᴇᴀᴅɪɴɢ|

×××××××

"Kisah kita diambang usai, konfigurasi lajur narasi tercerai berai. Padahal hatimu belum sempat ku gapai."

««--------------------»»

Tak ada semburat jingga diatas sana, begitupula mega gemilang yang seharusnya berarak-arak memenuhi langit dikala senja. Cahaya lembut beberapa saat lalu masih meraba bentala kini padam dirajam awan hitam.

Beban kondensasi uap air di atmosfer membasahi ibu Pertiwi. Lagi dan lagi hujan menyapa tanpa berembuk dengan seisi jagat raya.

"Pulang,"

Raizel menoleh, sekonyong-konyong dibuat terkesiap kala menatap netra Nayara yang sembab.

"Lo kenapa?" Rokok yang semula ia isap dijatuhkan dan diinjak begitu saja. Terlihat jelas luapan panik dari nada bicara pula raut tampannya.

"Mau pulang.." Rengekan itu diikuti tarikan pelan diujung jaket Raizel, memaksa pemuda tersebut guna menuruti kemauannya. Nayara tak peduli jika ia terlihat menyebalkan dihadapan teman-teman pria itu. Yang ia inginkan sekarang hanyalah menjauh dari tempatnya berdiri saat ini.

"Jawab dulu lo kenapa? Baru boleh pulang," Nayara diam bibirnya bungkam.

"Lo diganggu Piyan? Digodain dia? Atau sama yang lain? Bilang sini sama gue!" Ketua Adler tersebut mendesak sampai tidak menyadari bahwa rentetan pertanyaan yang diajukannya membuat Nayara kembali sesak.

"Mau pulang, Rai," lirihnya dengan mata berkaca-kaca.

"Oke, biar gue cari tahu sendiri." Tandas pemuda tersebut hendak masuk kedalam markas namun lengannya segera ditahan.

"Aku. Mau. Pulang. Sekarang!"

"Ya tapi kenapa lo nangis gini?! Siapa yang bikin lo nangis, hah? Lo diapain?" Gadis manis tersebut menggeleng pelan.

"Aku nggak papa,"

"Nggak papa dari mana? Orang buta aja tau lo gak baik-baik aja!" Raizel benar-benar tidak bisa mengontrol emosinya kala mengetahui Nayara menangis. Ia merasa sangat bertanggungjawab sebab dirinyalah yang membawa gadis itu kemari.

Karena bentakan itu Nayara tersentak sampai terisak dan menutup wajahnya dengan telapak tangan. Raizel dibuat terpukul kala menyadari hal itu, ia sudah kelewatan. Dengan nada suara yang merendah Raizel berujar, "Masih hujan, pulangnya tunggu reda dulu," lalu menarik gadis itu agar duduk ditempat yang semula ia tempati.

"Sekarang aja.."

Raizel dibuat heran. Sebenernya apa yang membuat Nayara kekeuh pergi dari sana? "Lo baru aja sembuh, Naya. Kalau kena ujan ntar sakir lagi, mau emang?" Nayara diam, menunduk dalam-dalam.

"Gak pake nangis gini," imbuhnya seraya menyentuh pelan dagu Nayara agar mendongak kemudian menyeka air mata di pipi gadis itu.

Nayara masih saja menangis hingga membuat Raizel pasrah dan mau tak mau menyetujui keinginan gadis dihadapannya.

"Ada yang bawa jas hujan gak?"

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 05, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

I'm A MessWhere stories live. Discover now