33. K u i t a n s i

26.3K 3.6K 66
                                    

Bukan main. Kita memanjat tagar lagi, kawan. Sekarang cerita ini nomor 1 dalam tagar ragu. Yuhuuu 😭😭😍😍 Vielen dank!

Yu bisa yuu. Kalian semangat tekan bintang dan nulis komennya. Saya juga jadi semangat nulis ending cerita ini 😏 hahaha. Tenang, masih ada belasan part lagi kok sebelum epilog. Itu pun belum rampung semua.

Selamat menikmati :)

***

Setelah beberapa menit mencoba memeras pakaian mereka sebisa mungkin agar air tidak terlalu banyak berjatuhan ke lantai, mereka berdua kini telah bertelanjang kaki dan memasuki kediaman Damian.

Zelina merasa kikuk sendiri di dalam rumah megah ini. Ia tidak mengira Damian datang dari keluarga yang kaya raya. Damian yang selama ini Zelina lihat adalah Damian yang rapih dan sederhana, bukan Damian yang mewah dan kaya.

"Erika, minta handuk dua!"

Lamunan Zelina pecah ketika suara Damian terdengar cukup nyaring pada seorang gadis yang sedang tiduran di sofa ruang tamu sambil memainkan ponselnya. Gadis itu mendongak malas, tiba-tiba saja matanya membulat ketika melihat Zelina.

"Itu ... siapa, Bang? Kok, kayaknya pernah liat, ya?"

"Temen," jawab Damian singkat. Zelina melambaikan tangan dan tersenyum malu. "Hai.."

"Serius?! Pacar kali...," goda gadis yang bernama Erika itu sambil bangkit dari sofa dan menatap Damian jahil. "Uhh.... Pake basah-basahan berdua lagi. Macem film romantis aja."

Pipi Zelina merona sedangkan Erika terkikik jahil. "Erika, tolong ambilin handuk sekarang. Jangan menggoda terus, gak sopan!" Damian menekankan.

Erika hanya tersenyum jahil sambil berjalan pergi. "Mama! Bang Damian bawa pulang perempuan!" teriaknya, menggelegar di rumah. Langsung terdengar suara benda metal terjatuh ke lantai.

Damian dan Zelina membulatkan mata, menatap satu sama lain, saling salah tingkah. "Maaf, adik saya memang heboh," bisik Damian sementara dua pasang langkah kaki terdengar terburu-buru menghampiri.

"Impossible...." gumam Erlangga tidak percaya saat menatap Zelina. Sejak kapan abangnya yang satu ini gaul dengan perempuan? Di belakangnya, menyusul Tita yang masih lengkap memakai celemek. Pandangan wajahnya menyidik untuk beberapa saat sebelum sebuah senyuman lebar menggantikan ekspresi itu.

"Zelina, kan?"

"Buna Tita?" Zelina sumringah, saling menyapa dan bercipika-cipiki ria dengan Tita, berbanding terbalik dengan ekspresi Damian dan Erlangga yang menjatuhkan rahang tidak percaya. Zelina kenal dengan Tita? Dari mana? Sejak kapan?

"Ada apa, sih? Kok, pada cengo gini?" Erika bergabung dengan dua buah handuk di tangannya.

"Mama kenal Zelina?" tanya Damian tidak percaya.

Tita mengangguk. "Mama dulu wali dosen Zelina, sekaligus pembimbing skripsinya. Bahkan, dia pernah ikut Mama penelitian ... yang ke Amerika itu.

"Dulu waktu pernikahannya Dokter Ali, Mama sempat lihat Zelina. Tapi, gak yakin. Kamu anaknya istri dokter Ali, kan?" Sekarang Erika ikut menjatuhkan rahang. Betapa sempitnya dunia. "Ya, ampun. Kalian berdua udah kayak kucing kena kubangan. Kenapa hujan-hujanan?"

Zelina hanya mengangguk sopan dan berterimakasih saat sebuah handuk diberikan kepadanya. "Mobil Damian mogok, Buna. Zelin anter pakai motor."

"Oh, terima kasih sudah mengantar anak Buna pulang. Kalian saling kenal? Damian anak sulung Buna. Tidak pernah cerita kalau dia dekat dengan seorang wanita." Tita terkekeh sementara pipi Zelina merona malu. Dia juga tidak tahu kalau Damian anak dari mantan wali dosennya. Selama Zelina kuliah dulu, Tita tidak pernah mengumbar keluarganya.

ZelianWhere stories live. Discover now