Heaven Higher Favian. Namanya berartikan surga, tampangnya juga sangat surgawi. Tapi sial, kelakuannya tak mencerminkan sebagai penghuni surga.
Cowok itu terkenal berandal, pemaksa dan tidak bisa dikalahkan. Disisi lagi dia sangat cerdas dan berwib...
Galang dengan seragam SMA nya merasa bangga berkacak pinggang menatap Heaven yang tengah membesihkan darah diujung bibirnya dengan ibu jarinya.
"Kroyok!"
Sebuah motor tiba tiba menghadangnya, memberi sekat bagi keduanya.
"Galang!" Teriak Vivian yang berada diatas KLX nya, tak pernah menyangka kalau temannya menjadi urakan begitu.
Semuanya menoleh, menatap Vivian yang membonceng Shaka.
"Gak nyangka gue," Vivian tak habis pikir, turun kemudian mendekat kearah Heaven. Tentunya bersama Shaka.
"Lo harusnya gak perlu deket deket sama geng pembunuh Vi," ucap Galang kemudian meninggalkan keempat orang itu. Dia mulai tidak nyaman karena ada Vivian dan Shaka. Kedua orang itu jago berkelahi.
Heaven mengepalkan jarinya, "Bangsat" gumamnya.
"Lo gak papa Heav?" tanya Shaka khawatir.
Heaven mengangguk lalu menyahut jaketnya. "Balik, mau magrib. Mau lo, jadi tumbal penghuni sini," tunjuknya pada gedung tua itu.
Shaka yang penakut jelas langsung gelisah.
"Njir, gue jadi takut juga." Shaka langsung diberi tatapan mematikan oleh Vivian.
"Gue iket mampus lo," bisik Vivian lalu meninggalkan shaka sendirian.
"Gue masukin, mampus lo," balas Shaka lalu menyahut kontak motor yang dipengang kekasihnya.
•Heaven•
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Alzelvin jingga wijaya
"SETOP!!!"
"Heh!" Heaven mengerem motornya tiba tiba. Untungnya motor yang dikendarainya tidak ngebut. Mengingat perkataan Mutia kalau komplek perumahannya memang banyak bocil seliweran, demi keselamatan bersama Heaven begitu pelan meskipun tangannya gatal ingin ngegas.
Itulah betapa pentingnya program KB.
"Om, Al mau ikut!" anak itu petentengan ditengah jalan didepan rumahnya.
