I Do

38 2 0
                                    

"Ya ampun aku terpesona...aku terpesona, memandang pada kegantengan yang luar biasa dari babang Dika Pangestu. Makin hot aja, bikin mince berkhayal bisa seperti Devi Maharani yang digendong sampai pelaminan.." (Lambe Emezz)
"Gue akui mereka serasi banget ya Tuhan, terpotek hati gue.." (maswahyu)
"Min..mestinya mimin nyanyi 'harusnya aku yang disana'..." (gadismelayu)
"Ini sebenarnya kisah mereka gimana sih, kog sampai omanya si babang ikut masuk penjara.." (yukkitakepo)
"Rumit kayaknya hubungan mereka, kapan lalu si babang masuk penjara karena cemburu sama seseom produser eh rupanya seseom malah nikah sama ibunya si babang. Sekarang omanya masuk penjara gara-gara nyelakain seseartis.
Ah rumit gaes, mending nyemilin seblak nig gaes. Jual seblak pedes mercon, wilayah JakSel... Yuk mari..kepoin" (seblakmercon)

"Lihat nih, aku keliatan ganteng ya.." Dika menunjukkan foto mereka yang sedang marak di halaman media sosial.
"Hisss.. Narsis!!" Devi meledeknya sembari menjulurkan lidah. Mereka sedang dalam perjalanan ke rumah sakit untuk Devi menjalani terapi. Sesampainya mereka disana, rupanya sudah ada Bianca dan Wisnu disana.

"Itu mereka datang.." bisik Bianca.
"Mereka serasi ya.." sambungnya lagi sementara lawan bicaranya cuma berdiri dan berkacak pinggang saja.
"Hon.. Serasi kan?"
"Hmmm.." itu saja ucap Wisnu. Bianca menyubit gemas pada siku lengan Wisnu.
"Kamu cemburu ya?"
"Ha? Apaan sih...kamu kan yang jodoh- jodohin aku sama Devi. Sekarang kena batunya kamu, dia jadi calon menantu kamu.." sahut Wisnu.
"Tapi.. Kamu dulu juga suka sebenernya sama Devi? Ngaku aja..." goda Bianca seraya menarik lengan Wisnu. Wisnu menoleh pada istrinya itu dan menarik pinggang Bianca mendekat kemudian mencium bibir Bianca. Bianca terkekeh dan Wisnu memperdalam ciumannya, tak perduli sepasang mata mengamati mereka.

"Dika, ayo ke ruang dokter duluan.." bisik Devi sembari memberi kode ke Dika untuk segera mendorong kursi rodanya menjauhi Wisnu dan Bianca.
"Hmmm...kadang aku lihat kamu dan bapak, masih berasa gimana gitu.."
"Apa? Cemburu lagi?" jawab Devi sambil memanyunkan mulutnya di depan Dika.
"Iya.. Aku harus membiasakan diri untuk tidak cemburu karena punya kekasih secantik kamu.. Pasti banyak mata yang juga menginginkan kamu.. " bisik Dika.
"Ya pastinya karena kamu menikahi seorang Devi Maharani.. " jawab Devi yang membuat Dika terkekeh.
"Tapi Devi Maharani sekarang punya suami, jadi hatinya hanya milik suaminya" sambungnya sembari mengerlingkan mata.

"Well.. Kalimat itu lebih manis didengar ketimbang teriak teriak di dalam mobil bilang kalau kamu cinta aku.." jawab Dika yang membuat raut wajah Devi memerah menahan malu. "Siapa itu? Yang jelas bukan aku!" bantahnya.
"Udah.. Dokternya sudah datang, jangan berisik" gumam Dika seraya mendorong kursi roda Devi menemui dokter.

6 bulan kemudian setelah terapi berkali-kali, kaki Devi telah sembuh dan Devi bisa beraktifitas seperti semula.
Dika sendiri merangkak kembali dari bawah, mulai dari membuka kedai kopi kecil seperti yang dia katakan pada Devi saat mereka bercanda dulu. Dia tahu, dia harus bekerja lebih giat untuk mendapatkan banyak uang demi melamar gadis impiannya. Devi dan Dika juga telah mengantongi restu dari ayah Devi dan hari ini adalah hari pernikahan mereka.

Devi memakai gaun satin berpotongan rendah dengan sambungan outer brokat bertabur mutiara dan swarozki. Gaun sederhana namun sangat rumit pembuatannya dan itu didesign dan dikerjakan sendiri oleh Bianca bersama staf butiknya. Bianca begitu antusias dengan pernikahan putra pertamanya itu. Pernikahan itu sendiri digelar sederhana di sebuah gereja. Tinus Sudrajat yang belakangan di usia tuanya sedang menderita perkinson, meminta kesediaan Wisnu untuk menggantikannya mengantar Devi menuju altar.

Red LipsHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin