Cinta Tak Nampak

23 1 0
                                    

"Kamu sudah bangun? Aku membawa bubur ayam jika kamu mau.. " sapa Bianca saat menemui Devi. Devi hanya menoleh sekejab dan kembali menatap ke depan dengan tatapan kosong.
"Terimakasih.. " sahutnya perlahan.
"Maaf, Devi.. Saya tidak menyangka kalau bakalan terjadi seperti ini.. "
"Gue gak apa-apa" potong Devi kemudian.

"Saya gak pernah tahu kalau kamu mengenal Didi.. "
"Gue juga baru tahu kalau Didi dan Dika yang gue kenal itu orang yang sama. Tidak usah dipermasalahkan.. "
"Soal ayah kamu.. " Bianca terbata-bata mengajak Devi bicara. Devi menoleh padanya dengan tatapan penasaran.
"Saya berbohong sama kamu.. Sebenarnya ayah kamu.. "
Devi semakin lekat menatap perempuan paruh baya itu yang nampak kalut dan tertekan..
"Ayah kamu sudah meninggal.. "
Devi tersentak kaget mendengar ucapan Bianca namun beberapa menit kemudian gadis itu mendengus tak perduli.
"Gue sudah gak perduli apapun yang terjadi sama ayah gue.. "
Bianca hendak menjawab sampai sebuah ketukan di pintu membuyarkan percakapan mereka.

Pintu terbuka dan seorang pria tua bertubuh tambun masuk terburu-buru dengan ekspresi cemas.
"Devi.. Kamu.. Gak apa-apa, nak? Maaf om terlambat datang.. "
"Om Tinus.. " mata Devi berkaca-kaca menatap pria tua itu. Pria tua itu duduk dan menggenggam kedua tangan Devi.
"Sudah.. Sudah.. Jangan nangis, sekarang om disini.. Kamu gak perlu nangis.. "
"Om.. " Devi tiba-tiba menangis seperti anak kecil. Semua rasa tertekan yang dialaminya runtuh dalam tangisan saat mata hangat pria tua itu menatapnya penuh kasih sayang.
"Vi.. Om Tinus akan selalu ada buat kamu. Jangan segan menghubungi Om.."
"Maaf, Omm.. Saya.. "
"Saya tahu saya tidak bisa menggantikan kasih sayang orang tua kamu tapi Om Tinus tulus sayang kamu, nak.. Kamu bisa pulang ke rumah kapan saja kamu mau.. "
"Omm.."
"Ya?"
"Boleh tidak saya panggil om Tinus.... Ayah? " jawab Devi yang membuat wajah keriput pria itu mengguratkan senyuman lebar dan mata berkaca-kaca.
"Om Tinus sudah menganggap Devi anak Om sendiri sejak Om menemukan kamu.."
"Ayah.. " ujar Devi terbata-bata.

Pria tua itu menangis sesenggukan, belasan tahun dia menunggu gadis kecil itu membuka hati untuknya. Belasan tahun dia berharap kasih sayang yang dia berikan, cukup untuk membuat gadis itu melupakan rasa sakit tak nampak yang kerap disembunyikannya. Devi mengusap punggung pria tua itu dan keduanya saling menatap, sesekali menangis, sesekali mereka tertawa kecil.

Setelah om Tinus pulang, dunia kembali senyap buat Devi. Bianca masih setia menunggunya, duduk di sofa yang ada di ujung kamar. Bianca tenggelam dalam lamunannya sendiri saat pemandangan hangat barusan lewat di depannya. Sesungguhnya yang diinginkannya adalah memeluk anaknya yang mungkin kini sendirian di balik jeruji penjara. Hatinya sebagai ibu merasa perih namun di sisi lain, dia berusaha untuk tetap tidak menyerah, jika cara ini bisa membuat buah hatinya kembali maka dia harus kuat menjalaninya.

"Pulang saja, gue gak apa-apa sendiri.. "
gumam Devi kemudian.

"Saya pernah di posisi kamu. Pernah merasa kesepian seperti kamu.. "

"Jangan sotoy.. Gue gak kenapa-napa. Gue cuma bosen aja disini... "

Bianca tertawa kecil. "Kamu benar-benar seperti cermin buat saya. Sikap saya kadang menyebalkan buat sebagian orang. Tapi sebenarnya itu cara saya buat menutupi rasa sepi yang saya rasakan. Dulu saya berharap bisa membunuh kesepian saya dengan menikahi orang yang saya sukai, rupanya saya salah! Justru hidup saya lebih hancur setelah saya menikah... Dan sialnya saya harus tetap pura-pura bahagia di depan kamera.. "

"Gak usah curcol. Gue sudah pernah dengar gosip pernikahan lo sama Rudi Pangestu! Lo aja yang bego mau ditipu laki macam dia.. "

"Isshhh.. Kamu ya.. Masih saja lo gue sama saya! Saya bisa jadi seumuran sama mama kamu.. " Devi tertawa kecil. Bianca menunjukkan wajah sebal. Lamunannya melayang ke belasan tahun silam, ketika gosip rumah tangganya tercium busuk oleh para pemburu gosip. Dia musti keluar rumah sembunyi-sembunyi bahkan lari dari kejaran mereka. Lebih konyolnya dia sampai memohon agar mereka meninggalkan dirinya sendirian dan mereka malah menertawakannya. Lebih menyakitkan lagi, kedekatannya dengan Wisnu diangkat secara sepihak oleh mereka sebagai gosip hangat seolah dia benar-benar perempuan tukang selingkuh!

Red LipsWhere stories live. Discover now