Persidangan

30 2 0
                                    

"A.. Apa.. Kamu baik-baik saja. Sudah makan? A.. Apa.. Disana ada selimut? Ibu bawakan besok ya.. " Bianca tergagap gagap saat bicara, raut mukanya nampak kebahagiaan yang tersembunyi di balik air mata yang turun.

"Aku baik-baik saja, Bu. Polisi-polisi disini semuanya memperlakukan aku dengan baik..Ibu jangan khawatir.. "
"Ada yang bisa ibu bantu buat kamu?"
"Ibu, Om Heru kesini. Aku tidak mau didampingi dia di pengadilan. Aku mau ibu carikan aku pengacara lain yang netral. Aku tidak mau perlakuan khusus, karena...karena...bagaimanapun, aku mau bertanggung jawab atas kesalahanku.." suara Dika terdengar bergetar seolah menahan emosinya.
"Ibu besok akan kesana dengan tante Vena, jangan khawatir.. Tante Vena akan bantu kamu.."
"Terimakasih ibu.. Maaf.. "
Sambungan telepon tertutup dan Bianca berpaling pada Devi yang masih berdiri di belakangnya.
"Saya akan pastikan Didi bertanggung jawab atas kesalahannya.." ujar Bianca seraya pergi.

Tiba-tiba beberapa reporter acara infotaiment masuk ke tempat syuting dan menghadang langkah Bianca.
"Bu Bianca.. Tolong komentarnya dong tentang kasus penganiayaan yang dilakukan Dika terhadap Devi Maharani"
"Tolong bersabar ya.." ujar Bianca berusaha menanggapinya dengan santai.
"Bu Bianca gak ada rencana main film lagi nih.. Sudah lama vakum.. " celetuk seorang reporter perempuan bertubuh mungil. Bianca tersenyum seraya menggeleng "Tidak untuk saat ini, saya sibuk dengan bisnis garmen saya"

Seorang reporter laki-laki yang bertubuh besar menyerobot reporter tersebut dan memberondong Bianca dengan banyak pertanyaan.
"Sebenarnya motif penganiayaan itu apa ya bu? Apa benar gosip soal perselisihan antara ibu dan Dika Rivaldi hingga Dika Rivaldi pun sebelumnya tidak pernah menyebut kalau dia anak dari keluarga Pangestu?"
"Apa?? " Bianca mulai gusar. Devi memperhatikannya dengan senyuman penuh arti.
"Apa yang anda bicarakan dengan Devi barusan? Apa ada hubungannya dengan kasus tersebut? Dengar-dengar Devi mencabut tuntutannya? Apa benar ini hanya gimmick saja untuk promo film? Apa tanggapan anda? Bukannya kebetulan film ini produsernya Wisnu Dewantara, dulu anda digosipkan... "
"Heiii.. Siapa kamu, dari kantor mana? Bisa tunjukkan tanda pengenalnya?" bentak Bianca pada reporter cerewet tersebut. Devi tertawa kecil di belakang Bianca.

"Maa.. Maaf bu.."
"Dengar ya! Sabar semua, nanti semua akan dilihat di persidangan. Jangan seenaknya kamu membuat kesimpulan ya! Orang seperti kamu ini yang membuat malu dunia jurnalisme. Seenaknya buat berita dari sumber tidak jelas apalagi opini pribadi, harusnya kamu menggali fakta terlebih dulu. Pantas, kamu cuma laku kerja di media gosip murahan!!" bentak Bianca dengan ekspresi menakutkan.

Dia tak lagi terlihat seperti perempuan rapuh, dia berdiri anggun sekaligus angkuh. Tatapannya begitu tajam hingga para pemburu gosip itu beralih mengejar Devi... Devi hanya tersenyum sembari melambaikan tangan.

"Devi.. Devi.. Sudah mulai syuting saja? Beneran gimmick ya? Buat promo film baru.. Bener ya?" Gak kapok juga reporter tersebut. Devi melewatinya seraya berbisik di telinganya.. "Diem lo bacottt!!"
Devi berlalu diikuti Rexy yang berlari dengan gayanya meledeki reporter tersebut yang terbengong-bengong di tempatnya.

Pagi itu, Dika merapikan dirinya dan menemui ibunya untuk pertama kalinya setelah berbulan-bulan menyembunyikan dirinya. Bianca menantikan hari ini begitu lama namun saat hari itu tiba tidak banyak yang bisa dia lakukan, rasa canggung muncul di antara mereka berdua. Bianca hanya bisa menatap buah hatinya itu dengan seksama, menilai apakah buah hatinya benar baik-baik saja.

"Ini tante Vena yang ibu bilang.." ujar Bianca mengenalkan temannya.
"Haii, Didi.. "
"Halo, tante.."
"Tenang, tante akan bantu kamu. Devi memang sudah mencabut tuntutannya tapi sidang akan tetap berjalan, tante hanya akan mengupayakan supaya hukuman kamu diringankan.. "
"Iya tante, terimakasih..." Dika menundukkan kepala dengan ekspresi tak terbaca.
"Kamu gak apa-apa kan?" tanya Bianca seraya mengulurkan tangan mengenggam tangan Dika. Dika menggelengkan kepalanya.
"Tante akan kembali besok. Sekarang silahkan kamu bicara dengan ibumu.. Bi, gue tinggal ya.. "
Vena pergi meninggalkan keduanya.

Red LipsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang