TWENTY ONE

923 234 31
                                    

Pernah percaya namun dikecewakan, untuk percaya kembali rasanya sulit🥀

🌼🌼🌼🌼🌼

"Nin gue boleh jujur nggak sama lo?"

"Boleh lah kenapa nggak boleh?"

"Gue pengen pulang Nin gue pengen tidur selamanya"

"Ma-maksud lo?"

"Gue cape Nin masalah keluarga gue belum selesai ditambah lagi gue bikin masalah dikeluarga bunda, dan sekarang masalah sahabat dan pacar Nin. Gue nggak ngerti lagi gue capek, gue boleh egois nggak sih Nin? Kalo boleh gue mau Rey sama Dinda nggak usah setujuin perjodohan sialan itu. Jujur Nin tempat bersandar gue cuman satu cuman sama Rey, gue nggak punya sandaran lain Nin. Meskipun gue punya lo tapi rasanya beda Nin, gue punya bunda buat cerita buat minta kasih sayang seorang ibu dan orang tua. Tapi gue bikin kesalahan yang membuat gue nggak bisa lagi dekat sama bunda Nin. Gue punya Rey tapi sebentar lagi Rey bakal jadi milik Dinda, kalo gue egois gue pasti kejam banget Nin sama sahabat sendiri. Lo tau kan kalo tingkat tertinggi dalam mencintai seseorang itu mengikhlaskan? Gue akan coba Nin asal Rey bahagia dengan pilihannya. Gue punya lo sama Alvan, tapi gue nggak bisa terus-terusan jadi beban dan benalu dihubungan kalian berdua. Gue bingung Nin Sekarang gue harus cari sandaran ke siapa? Gue pengen dapet orang baru yang slalu bisa bikin gue tenang selalu bisa dengar cerita gue. Tapi nggak semudah itu Nin nyarinya" Syamilla Menjeda sebentar ucapannya untuk sekedar mengambil nafas yang terasa berat dan sesak.

"Gue boleh egois nggak kali ini? Kali ini aja Nin please boleh ya?" Syamilla memohon kepada Nina yang sudah menangis sejak Syamilla mulai bercerita. Sedangkan dirinya? Sama sekali tidak menangis malah menunjukkan senyuman cantik di bibir mungilnya.

"Rey sama Dinda nikah kapan Nin? Lo diundang kan? Pastinya lah kan kalian sahabatan, paling gue sama Vino yang nggak diundang karena kita..........mantan.. hahahhaha ya kan?" Tanya Syamilla dengan kekehan yang terdengar menyayat hati Nina.

Cukup sudah cukup Nina tidak kuat lagi menahan semua ini. Dengan paksa Nina menarik tangan Syamilla membawa gadis itu kedalam pelukannya. Dipeluknya gadis rapuh itu yang kini menumpahkan segala beban dan masalah yang dia rasakan. Tangan Nina dengan lembut mengusap punggung Syamilla membuat gadis itu semakin histeris untuk menangis. Dia merasa benar-benar capek menghadapi semua masalah yang datang.

Keenan yang tadinya akan menawari Syamilla dan temannya ingin makan apa ia urungkan. Melihat Syamilla yang mulai bercerita kepada sahabatnya, menceritakan apa yang terjadi dalam diri gadis itu membuat mata Keenan memanas. Baru pertama kali bertemu dengan adik sepapa itu langsung berhasil membuat dirinya menangis untuk pertama kalinya. Dulu ia pernah menangis bahkan selalu menangis jika menyangkut ibunya. Tapi lihat sekarang dia menangis melihat adik sebapak dengan dirinya itu rapuh. Bahkan lebih rapuh dari yang ia pikirkan. Dia kira hanya dirinya saja yang tidak mendapat kasih sayang orang tua lengkap. Ternyata adik sebapak dengan dirinya juga merasakan hal yang sama meski tinggal bersama.

"Lo pulang deh Nin udah malem banget ini, besok gue bolos aja dulu males kesekolah. Kalo ditanya bilang aja gue bolos beneran gamau sekolah. Oke? Udah Sono pulang"

"Yakin lo mau gue pulang? Apa gue minta bokap buat bikinin lo surat?"

"Iya yakin udah Sono pulang, nggak usah gue pengen bolos beneran besok"

"Yaudah gue pulang ya?"

"Iyaa, sana sendiri gue mager"

"Dasar lo, bye gue pulang assalamualaikum sampein salam gue ke Abang lo yang cakep"

"Iyeiyeee wa'alaikumsalam, ntar Alvan marah mampus"

"Bodoamat"

Syamilla hanya menggelengkan kepalanya setelah sadar atas apa yang dia ucapkan dengan Nina. Memang jika bersama Nina dia tidak bisa lama-lama bersedih. Pasti dia akan kembali ke tingkah bar-bar nya. Baru saja ingin beranjak menghampiri Keenan yang berada di dapur, tapi notif ponselnya membuat dia mengurungkan niatnya.

KECEWA [End]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang