8. Tak Memiliki Kepemilikan

Start from the beginning
                                    

Mendapat es krim yang diinginkannya, Arnborg segera menjilat kudapan yang mudah meleleh itu. Pilihannya jatuh pada es krim rasa strawberry dengan topping cookies dan taburan kayu manis bubuk di atasnya.

"Thank you, Asgard. Em ... can we sit over there?" Arnborg menunjuk salah satu bangku dengan dagunya, membuat Asgard menoleh pada anak yang sebelah tangannya ia gandeng tersebut.

"Kenapa tidak segera menyusul yang lain?"

Keduanya berhenti sejenak dengan Asgard yang mengerutkan dahi dalam. Ia semakin dibuat heran saat mendapati gelengan dari anak itu.

"Aku lupa. Mommy said kita harus duduk jika makan atau minum. Aku mau menghabiskan es krimku sambil duduk di bangku itu." Arnborg benar-benar menghentikan jilatannya pada es krim. Ia bahkan membiarkan benda itu meleleh dan mengenai tangan.

Di tempatnya, Asgard tertegun. Baru kali ini ia menemui anak seperti Arnborg. Terlebih, ini bukan Indonesia yang masih sangat memperhatikan hal yang terbilang sepele itu. Dia anak yang istimewa.

"Baiklah, ayo. Sebelum es krim itu meleleh tanpa dimakan."

Mereka bergegas dan duduk. Arnborg sibuk dengan es krim di tangannya, sementara Asgard fokus memperhatikan anak itu. Pangkal alisnya sampai tertaut karena memikirkan mode parenting seperti apa yang diterapkan oleh Dario dan Annagret. Anak itu terlampau mengejutkan di usia bermainnya.

Tiga menit serasa belum cukup bagi Asgard untuk berdialog dengan diri sendiri. Namun, titik fokusnya sudah diambil alih oleh anak yang duduk di sampingnya.

"Kamu punya tissue, Asgard? Tanganku kotor dan lengket, aku tidak suka." Diulurkannya kedua tangan kepada Asgard, lantas digerak-gerakkan. Lelaki itu bahkan tak sadar bahwa es krim Arnborg sudah habis.

Asgard menggeleng dengan senyum tipis. "Sayangnya, tidak. Ayo ke orang tuamu, mungkin mereka atau Moana punya."

Mata Arnborg kembali membulat, kali ini bibir anak itu tampak cemberut lucu. Ia beranjak dan berdiri di depan Asgard yang masih duduk. "Apa itu artinya aku tidak boleh menggandengmu lagi? Kamu pasti tidak mau kalau tanganmu ikut kotor."

Melongo, begitulah ekspresi Asgard saat ini. Anak itu bisa sepolos ini memang. Mau tak mau, ia tersenyum lebar. "Tidak apa-apa, kamu boleh menggandengku. Aku bisa membersihkannya nanti."

Arnborg berjingkrak sambil bersorak. Tampak sekali bahwa anak itu sangat senang mendengar ucapan Asgard. Tak lama, lelaki itu berdiri dan langsung menggandeng sebelah tangan Arnborg.

Sampai di tengah-tengah Dario, Annagret, dan Moana, keduanya segera meminta yang dibutuhkan. Mereka mendapat tissue basah dari Moana.

"Lama sekali," cibir Moana.

Asgard membalas dengan tawa kecil. Ia jadi teringat tingkah Arnborg. "Maaf."

Tentu Dario dan Annagret paham, pasti itu ulah putra mereka.

"I am sorry, Moana." Arnborg memiringkan kepala saat melihat perempuan itu. Di bibirnya tersungging senyum lebar serta tampak polos. "I wouldn't kidnap your Asgard. So, be calm."

Siapa pun, tolong ajari anak ini untuk tidak membuat orang lain tersedak ludahnya sendiri. Lisannya tak frontal memang, tetapi cukup untuk membuat lawannya tersudut dengan cara yang begitu elegan.

Annagret dan Dario melotot ke arah Arnborg, memberi peringatan. Namun, tidak begitu dengan Asgard. Lelaki itu justru terbahak mendengar sindiran anak tersebut kepada Moana. Sementara si korban, hanya memasang wajah datar sambil menahan malu. Ia tampak seperti orang cemburu yang tertangkap basah.

Catatan sang Musafir (Completed)Where stories live. Discover now