BAB 10

340 308 50
                                    

🌷🌷🌷
Ramadhan adalah 4 minggu yang penuh rahmat, 30 hari yang bernilai ibadah, 720 jam yang penuh nuansa keagamaan, 43.000 menit yang penuh ampunan, 2.592.000 detik yang penuh kebahagiaan.
🌷🌷🌷

Bintang gemintang telah bertabur di langit angkasa malam ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bintang gemintang telah bertabur di langit angkasa malam ini. Suara gemerisik bahagia menyambut buka puasa sudah terdengar di halaman masjid Adz-Dzikri SMA Atmajaya Liban. Mereka duduk berjejer berhadapan sembari menyantap hidangan buka yang telah disediakan.

Barra meneguk air putih tiga kali "Alhamdulillah"

Nashif meliriknya sekilas dan tersenyum, ia memberikan buah kurma di depannya untuk Barra.
"Thanks Shif" ujar Barra menerima buah kurma dari Nashif, Ia mengangguk.

Nashif beranjak berdiri dari duduknya setelah memakan kurma dan minum air putih.

"Mau ke mana?" tanya Barra.

"Magrib" Barra mengangguk takzim. Nashif memukul pundaknya pelan dan berjalan menuju masjid. Sebagian besar pengurus rohis dan siswa lainnya juga turut beranjak berdiri menuju masjid untuk salat magrib terlebih dahulu setelah membatalkan puasanya.

"Lo gak ikutan magrib dulu?" tanya Abidzar yang kini sedang melahap makanannya di depan Barra. Abidzar juga turut dalam acara ini karena Jhezya yang memintanya. Begitu pula Farehz, ia akan ikut ke mana pun kedua sahabatnya berada.

Barra menggeleng, ia telah memakan hampir separuh dari nasi di piringnya. Farehz menyikut lengan Abidzar kasar "Buset! Si Bos laper apa doyan itu, Dzar?!" celetuknya mengamati Barra yang sangat lahap. Jujur saja seharian berpuasa dan melakukan banyak hal membuat tenaganya terkuras. Wajar saja bila Barra sangat kelaparan.

Abidzar beringas tak peduli. Ia mencekal piringnya dengan kuat berharap campuran nasi dan lauk pauknya tak turut terjungkal akibat keerotisan yang dilakukan oleh sahabatnya. Barra mendongakkan kepalanya melirik kanan kiri depan belakang demi mencari keberadaan sang pujaan hati. Di manakah ia duduk kini?

Matanya nyalang saat melihat Jhezya tengah berjalan gontai menuju masjid ditemani oleh dua orang gadis yang sama tingginya dengan dirinya. Tak urung habis nasi di piring, Barra beringsut mengambil gelas yang berisi air putih lantas meneguknya dengan sangat cepat. Ia mengelap sisa air yang menggenang di sudut bibir.

Beranjak dari duduk yang sedari tadi nyaman untuk menyatap hidangan buka puasa kini ia telah berlari menyusul sang gadis dengan hanya memakai sebelah sendalnya saja. Farehz cekikikan menanggapi lakon sabahatnya yang sangat tolol di matanya. Ini Barra lo? Di mana kearifan lokal yang biasa ia tunjukkan ke semua orang.

Farehz memegangi perutnya, sungguh hampir saja ia tersedak oleh nasi yang masih digilas oleh mesin di mulutnya. Pipinya serasa dicabik-cabik oleh olahan makanan yang hampir dicerna, ia sangat terpingkal hingga akhirnya tangan yang sedari tadi digunakan untuk menahan tawa sekarang telah terbang menuju piring Abidzar.

CAN YOU ? [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang