BAB 6

410 375 50
                                    

🌷🌷🌷
Mengapa engkau bangga saat bermaksiat? Tidakkah engkau lupa bahwa Allah telah melaknat atas perbuatan yang engkau lakukan?
Lebih baik memperbanyak ilmu agama daripada memperbanyak saku ke neraka
🌷🌷🌷

🌷🌷🌷Mengapa engkau bangga saat bermaksiat? Tidakkah engkau lupa bahwa Allah telah melaknat atas perbuatan yang engkau lakukan?Lebih baik memperbanyak ilmu agama daripada memperbanyak saku ke neraka🌷🌷🌷

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Syuro' itu pun akhirnya selesai, bersamaan dengan hujan turun. Mereka yang masih berada di masjid bergegas pulang ke rumah masing-masing karena matahari telah hampir ditelan buana dan telah tertutup sempurna dengan awan pekat. Dan sebentar lagi akan ifthar[3].

Namun ada beberapa anak yang masih berada di sana di antaranya Nashif, Jhezya, Zehra, dan Barra. Jhezya berdiri bersama Zehra di serambi depan. Ia menengadahkan tangannya di bawah rintik hujan "Allahumma shoyyiban nafi'an" ujarnya melafazkan doa ketika hujan turun.

"Udah Jhez, nanti kamu kedinginan lho," ujar Zehra seraya menarik tangan Jhezya yang basah akibat air hujan.

"Ini kapan redanya, keburu ifthar, aku kan harus bantuin ummi masak" gerutu Zehra memandangi langit yang masih deras mengalirkan airnya. Jhezya tersenyum mengelus punggung Zehra. Ia merogoh ponsel yang ada di sakunya, dan mengetikkan nama Abidzar di kolom kontak ponselnya.

"Hallo Kak ... assalamu'alaikum"

"Iya wa'alaikumussalam, ada apa?"

"Jemput Jhezya dong Kak ... ujan nih"
"Emang belum reda?"

"Belum ... makanya jemput, Jhezya gatau mau pulang naik apa. Masa mau ujan-ujan sampe jalan depan sekolah"

"Kasiannya adek abang"

"Kakakkk ihh ... malah becandaaa!"

"Pesen taksi online apa kek gitu apa nebeng siapa gitu, kakak tau di sana ada Barra, dia abis WA"

Jhezya juga baru ingat kalau Barra masih ada di dalam sana bersama Nashif. Sepertinya tidak mungkin jika Jhezya meminta Abidzar untuk menjemput dirinya saat ini.

"Ah tau bodoamat! Jhezya gabawa uang Kakkk!!"

"Ciee adek abang bisa ngambek juga"

"Kakakkkk!!! Jhezya beneran gak bawa uang, mau dibayar pake apa taksinya"

"Suruh bayarin Barra"

Jhezya justru menjadi sebal dengan kakaknya, ia pun mematikan sambungan telepon itu secara sepihak.

"Kenapa Jhez?" tanya Zehra.

Jhezya mengerucutkan bibirnya "Gapapa, sebel aja sama kakakku"

"Eh iya, ga pernah liat kakak kamu, aku ... dia masih SMA juga?" Jhezya mengangguk lesu.

"Kakel kita juga, Kak Ab---" ujarnya lantas menutup mulut. 'Duh hampir aja keceplosan' batin Jhezya.

"Kak Ab---??"
"Hehe ... lupakan lupakan"

CAN YOU ? [TERBIT]Where stories live. Discover now