"Sepertinya lama-lama saya semakin sibuk dikampus ini dan saya membutuhkan seorang asisten. Jadi, sebagai hukumannya kamu saya tunjuk sebagai Asdos saya. Saya tidak menerima penolakan," tegasnya.

"APA???! Jadi Asdos Pak Esgal? Gk, gk, gk, saya gk mau!" ucap Ara sedikit terkejut dengan yang dikatakan oleh sidosen galak itu.

"Sudah saya bilang, nama saya bukan 'Esgal'!" kata Pak Raffa

"Ya saya tau, tapi saya memang pengen manggil bapak gitu karena namanya cocok sama bapak yang dingin kek es batu dan galak," jelas Ara panjang kali lebar yang dibalas tatapan datar dari sang dosen

Kurang asem emang

"Terserah kamu, bisa naik darah saya kalau terus debat sama kamu."

"Tapi saya tidak mau jadi Asdos, Pak!!" teriak Ara

"Saya tidak peduli! Mau atau tidak kamu harus jadi Asdos saya. Jika tidak nilai kamu akan saya buat E dimatkul saya," kata Pak Raffa tegas dan dingin

"Dasar pemaksa, dingin, kejam, gk punya perasaan, pelit lagi tuh. Mainnya sama nilai doang," sindir Ara kepada Raffa yang sudah mulai masuk ke kelas.

"Saya dengar itu," kata Pak Raffa dengan tenang

"Saya sengaja!!!" kata Ara yang sambil teriak

Dasar kulkas berjalan

Merasa tenggorokannya kering akibat terlalu banyak teriak, Ara pun pergi kekantin tanpa berpamitan dengan Pak Raffa. Ara tau kalau peraturan sang dosen galaknya itu sangat ketat. Jika saja mereka sedang tidak dikampus, sudah dipastikan Ara akan mencakar habis-habisan wajah dosennya yang tampan itu.

"Dasar gadis cerewet! Pagi-pagi udah bikin tensi gw naik," kata Pak Raffa dalam hati sambil mengelus dadanya

"Perhatian! Waktu sudah habis, jadi kumpulkan semua lembar kerja kalian." Raffa bersiap-siap dan mulai mengambil lembar kerja mahasiswa karena ia mulai sadar waktu mengajarnya sudah habis bahkan dia tidak sempat mengawasi muridnya yang lain akibat mengurusi satu orang murid yang bikin naik darah itu.

"Baik, Pak"

"Oh ya! Siapa nama teman kalian yang terlambat tadi," tanya Raffa mengingat dia belum tau nama gadis itu

"Namanya Attalea Arasya Veronika Lovandra, Pak." Seseorang bernama Kila menjawab pertanyaan Pak Raffa sambil mengacungkan tangan.

"Kalau begitu, tugas akan saya kirimkan kepada teman kalian itu, deadline lusa. Jangan sampai ada yang tidak mengerjakan. Paham!!"

"Paham, Pak."

"Untuk kamu, tolong berikan nomor Attalea ke saya" katanya kepada Kila

"Baik, Pak."

"Saya permisi, selamat siang."

"Siang, Pak."


~~0~~

"Dasar dosen nyebelin!! Kalau tau gini, mending gw gk datang aja tadi." ucap Ara kesal mengingat kejadian tadi didepan kelasnya. Saat ini Ara berada dikantin bersama 2 temannya yaitu Kila dan Rena

"Harusnya lo senang ra. Banyak mahasiswi yang mau jadi Asdos Pak Raffa, secara kan Pak Raffa ini dosen termuda dan tertampan dikampus ini setelah Pak Adi," ujar Rena sambil memuji-muji ketampanan seorang Raffa Arendra

"Ho'oh, apalagi kalau tau Pak Raffa masih belum punya. Tinggal lo gebet aja." Kila ikut manambahkan.

"Ihh...siapa juga yang mau sama dosen kek dia, beraninya ngancam nilai doang, galak lagi tuh. Baru satu hari ketemu dia aja bawaannya marah mulu apalagi ketemu tiap hari. Lama-lama pengen gw cakar tu mukanya."

"Lo ngomong gitu nanti kena karmanya lho," kata Rena, mengingat sedari tadi temannya itu menjelek-jelekan dosen yang membuat para mahasiswi meleleh dengan ketampanannya tetapi tidak berlaku dengan Ara.

"Gk mungkin!!" ucap Ara yang sudah terlalu kesal dan tidak memedulikan perkataan Rena yang mungkin saja suatu saat akan terjadi padanya.

"Benar kata Rena, ra. Nggak ada yang gak mungkin didunia ini. Bisa aja Pak Raffa itu jodoh lo," ujar Kila yang setuju apa yang dikatakan Rena.

"Nggak mungkinlah. Kalau pun berjodoh, yang ada gw malah jadi babunya bukan istrinya." ucap Ara

"Hhaaha... Ara, Ara. Gk mungkinlah kalau lo jadi babunya secara kan lo itu gadis yang cerewet, dan susah diatur pasti lo debat mulu ama tu dosen," ejek Rena

"Iya, apalagi kalau marah, udah mirip singa betina," ucap Kila yang ikutan mengejek Ara juga

"Eh, kalau Ara singa betina, Pak Raffa singa jantan dong, haha ..." ucap Rena menambahkan

"Huft ... ketawain aja gw terus." Ara mulai kesal dengan perkataan temannya

"Oh ya Ra, Pak Raffa minta nomor lo tadi. Katanya dia mau ngirim tugas ke lo, deadlinenya lusa," kata Kila yang baru ingat tugas dari Pak Raffa

"Astaghfirullah, kenapa lo kasih sih," tanya Ara sambil menepuk jidatnya yang dibalas cengiran oleh Kila

"Hhehe..."

"Pasti 5 detik lagi, dia nyuruh gw keruangannya." Ara menatap ponselnya dan mulai menebak. Tiba-tiba datang notifikasi di hpnya Ara yang bertanda ada pesan masuk.

Tring...

0852xxxxxxxx
Attalea, keruangan saya sekarang!

"Anjayyy, lho bener ra. Ini nomornya Pak Raffa," ucap Kila terkejut melihat notifikasi dihp Ara. Ya, yang mengirim pesan itu adalah Pak Raffa alias Pak Esgal bagi si Ara

"Hhaha...lo berbakat jadi cenayang ra," kata Rena sambil menepuk pelan bahu Ara

"Gw pergi dulu," kata Ara pada kedua temannya itu.

"Semangat Ara, aku padamu," kata Kila sambil tertawa dengan Rena

"Dasar dosen gila" ucap Ara kesal dalam hati.

Sudah cukup untuk hari ini. Bagi Ara, hari ini adalah hari yang paling sial selama dia kuliah. Dari bangun telat sampai debat dengan dosen galaknya itu. Jika Ara tau ini akan terjadi, dia akan memilih rebahan seharian dirumah dan dia tidak akan menjadi Asisten Dosennya itu. Sungguh Ara ingin sekali memutilasi Dosen itu.

***

To be continued!

RAFFATTA  (On Going)Where stories live. Discover now