"Enak, Kak?" tanya Mutia semangat. Puas rasanya melihat Heaven kelabakan.

"Argh, udahan. Gue nggak tahan ini," rintih Heaven.

"Oh, mau lagi. Mutia tekan lagi biar makin kerasa."

"Pelan dikit Mut, lo napsu banget sama gue," ringis Heaven lalu menggigit bibir bawahnya kuat.

"Katanya enak, katanya mau lagi. Ya udah Mutia tambahin, awas tangan kamu nggak usah megang megang," Mutia mengeplak telapak tangan Heaven yang berada diatas pahanya.

"Bangsat, sakit Bee..."  Heaven menggeleng pelan, dan kembali menggigit bibir bawahnya.

"Nihh..."

"ARGH!"

"Jangan lo tarik!"

"Argh bangsat!" teriak Heaven terengah- engah.

Mutia menekan luka yang berada dipundak Heaven sembari mengganti perbannya.

"ANJING!" pekiknya setelah perban yang menepel di luka itu tarik paksa oleh Mutia.

"Sakit bego!" teriaknya begitu kesal.

Mutia tertawa kecil, malah kesenangan. Seperti menyalurkan perasaan kesalnya yang ia pendam dari tadi, bayangkan saja Heaven 24 jam minta ditemani Mutia. Bukan hanya menemani ngobrol, tapi juga melayaninya dengan baik. Dari makan sampai mandi segala. Untungnya mandi hanya sampai depan kamar mandi, tidak ikut sekalian. Kalau ikut bagaimana? emang kaum rendah iman bisa nahan.

Lima belas menit berlalu, akhirnya selesai juga membereskan luka yang ada dipundak cowok itu.

Masih dengan manjanya cowok itu mendongak "Ambilin baju Bee," perintah Heaven dengan menunjuk lemarinya.

"Pake ini aja kenapa sih, kan masih bersih," tawar Mutia sambil memberikan kaos yang tadi dilepaskan.

"Males," jawab Heaven asal, masih setia meletakkan kepalanya di paha gadis itu.

Mutia menghembuskan napasnya kasar, "Awas makanya, minta diambailin tapi nggak mau lepas," oceh gadis itu cemberut.

Heaven terkekeh pelan, "jadi kepikiran,"

"Kepikiran apa!?" Mutia menoleh saat mencarikan baju dilemari.

Heaven menggeleng pelan lalu beranjak dari ranjangnya. Tentunya kepikiran tidak jauh jauh dari proyek anak kembar lah.

"Hoodie item," pintanya, kemudian diambilkan Mutia.

"Masih sakit. Mau kelayapan kemana!?" lagi lagi Mutia tak di buat tenang dengan tingkah polah Heaven.

"Masih sakit,"

"Sama lo,"  ucapnya sambil memakaikan hoodienya ke Mutia. Gadis itu malah mengikutinya.

"Mau kemana dulu?"

"Kumpul sama anak Trackers lah,"

"Iya udah, tapi nggak pulang subuh, Mutia ngantuk kalo lewat jam 10," putusnya.

"Siapin sepatu futsal gue sekian ya, baju ganti udah siap di ransel," ucapnya menunjuk ransel hitam diatas meja.

"Terus?" tanya Mutia berkacak pinggang.

"Ya bawain lah sayang," dengusnya sambil melenggang begitu saja.

"Sabar, yuk. Sabar ya Mutia," gumam cewek itu menangkan diri sendiri.

"Kan bisa besok lagi futsalnya Kak, nggak inget luka kamu masih basah," omelnya sambil nuruti tangga.

"Nggak, jadwalnya sekarang."

HEAVENWhere stories live. Discover now