"Udah pake serum, Kak," dumalnya kemudian melepaskan diri.

"Kalau khilaf, ingetin gue ya Ya," jujurnya dengan mengelus pungung Mutia pelan, bertujuan menenangkan sekalian merasakan tali bra yang mengait di punggung cewek itu. Sensasinya ada kali.

Mutia tak sadar, dia hanya mengangguk pelan.

"Eh," Mutia mendongak lagi. " Enak aja, ntar kamu modus ngakunya khilaf," tuduhnya.

Heaven terkekeh lalu menunjukkan smiksnya. Dasar cowok super modus. Kalau saja Trackers geng tahu ketuanya hanya sebatas cowok kang grepe sungguh harga diri Heaven bisa jatuh kedalam palung lautan.

"Ya Tuhan...," Mutia mengelus dada setelah menyebut. Mutia itu aneh, gampang marah gampang memaafkan. Jadi mau bagaimanapun Heaven, dia bisa sabar menghadapinya.

"Modus cuma sama lo Ya," kata Heaven sambil menyugar rambutnya.

"Sama yang lain nggak modus gitu? Serius? iya?" sahut Mutia, entah kenapa Heaven ini gampang di suuzoni.

"Gue nggak punya yang lain, gue cuma punya lo," balas Heaven.

"Bulshit!" Mutia langsung mencebikan bibirnya, "Scarlett heboh banget tuh, abis kamu apain dia sampek segitunya," sinis nya sambil mengambil bantal sofa yang berada disamping cowok itu.

"Awas tete lo kesenggol sama gue," peringat Heaven dengan frotal.

SIAL

Heaven ini memang ya, selain pandai dalam belajar, modus, dia juga pandai mencari alibi.

"Kak!"

"Hmm," balas Heaven datar.

"Aku lagi bahas cewek nggak jelas itu kamu ngelak terus, jangan jangan emang bener ya kelakuan kamu--" ucapnya terpotong, masih melototi Heaven yang hanya cengar cengir nggak jelas.

Sumpah Heaven. Kalau sedang bersama Mutia, seperti penderita DID. Kepribadiannya ganda.

"Percaya sama gue Ya," tekannya dengan raut serius. Mau menjelaskan panjang lebar lagi, ah sudah lah. Fetty sahabat kesayanganya itu membantu sepenuhnya untuk meyakinkan Mutia.

Mutia menggeleng lagi. " Mutia sampai detik ini nggak percaya sama kamu, kayanya kedepannya juga nggak bakal percaya,"

Heaven menghela napas kasar, "Keras banget, harus bener gue lemesin," ujarnya menahan emosi. Maksudnya Mutia kenapa sangat keras kepala.

"Tuh..." Mutia kembali melotot.

"Gue gantuk By," Heaven melihat layar ponselnya, melihat angka sudah menunjukan pukul 02.00 AM. Malam semakin larut.

Lah, baby lagi. Kadang yang, kadang baby. Mutia memakin tidak percaya Heaven punya satu wanita.

"Tidur, Mutia juga mau tidur," mata Mutia semakin sayu, tapi enggan beranjak dari sofa. Terlalu nyaman bersama si cowok meresahkan itu, padahal bisa saja memangsanya sewaktu waktu.

Heaven berdiri, membuat Mutia tersentak pelan. " Kenapa?"

Tak menjawab ucapan Mutia, Heaven langsung membopong tubuh ringkih itu keatas ranjang, perlahan cowok itu menarik selimut untuk menutupi tubuh gadis yang masih kaget dan kaku.

"Lo tidur," ujarnya setelah mengecup pelan kening Mutia.

"Gue balik kamar, kalo lo pengin, tinggal chat,"

Mutia seketika melotot saat Heaven kembali memggodanya.

Heaven emang sialan.

"Ya udah sana balik ke kamar, kamu!?" suruh Mutia lalu berbalik membelakangi Heaven.

HEAVENWhere stories live. Discover now