07

866 93 0
                                        

Tadi pagi, sebuah amplop putih sampai di tangan Alesha melalui perantara bibi koki rumah.

Amplop itu disisihkan pada bahan makanan yang baru diantar pagi hari. Alesha tak habis pikir, apa menurut si pengirim tukang pos sudah habis tak tersisa di dunia ini?

Si pengirim tak dapat disangkal memang orang aneh, siapa lagi kalau bukan Azfar. Tapi apa memang harus seaneh itu? Setelah berpikir sebentar, Alesha mengerti. Hal apa di dunia ini yang tak aneh? Maksud Alesha seperti, dunia novel dan sistem sudah cukup aneh, jadi bisa dibilang pastilah masih banyak hal aneh di alam semesta ini.

Oke mari hentikan pembicaran tentang hal aneh, sebelum Alesha yang menjadi aneh.

Di dalam amplop putih itu, terdapat beberapa lembar foto dirinya dan Faris, juga selembar kertas dengan banyak tulisan yang dilengkapi dengan materai bertanda tangan. Terasa sangat formal.

Karena bingung Alesha menanyakannya pada Azvina via telepon. Lalu Azvina menjawab kurang lebih seperti berikut;

"Ya wajarlah, ini transaksi penting, tanda tangan ketua lambe sekolah itu berguna untuk menjamin gak ada kebocoran informasi apa lagi salinan. Azfar gak sebodoh itu, oke? Lu kenapa dah Sha? Aneh banget, kek baru tahu perkembangan dunia yang telah super berkembang setelah tidur lima ratus tahun."

Alesha cukup tak terima, dia hanya berpindah dunia, bukan mengalami tidur super panjang. Tapi disimpan sendiri, Alesha tak ingin dicap sebagai 'cewek aneh dengan segala keanehan'.

Satu pikiran yang terbesit dalam pikiran Alesha, "apa dunia anak SMA memang seformal ini ya?". Seingat Alesha sih tidak, bahkan di dunianya saja tidak seperti ini.

Ding!!!

[Misi selasai.]

Astaga!!! Apa sistem jelangkung ini bisa muncul dengan cara yang lebih sopan dan beradab??!!

Tunggu, apa benar hanya itu? Tidak ada bonus, hadiah, atau apalah itu? Wow!! Dugaan Alesha semakin diperkuat, sistem ini pastilah sistem magang. Dimana pusat bantuan? Alesha harus mengirimkan ulasan!!!

.

.

.

.

.

Setelah hampir memecahkan vas bunga, tapi gagal karena Alesha sadar akan harganya yang tak murah. Alesha kini berada di pusat perbelanjaan terbesar di kota ini. Tentunya tak sendiri, Alesha bersama Fiorella dan teman Fiorella, Davidya.

Sebenarnya Alesa tadi sudah mengajak Azvina, tapi mana mungkin Azvina ingin meninggalkan kasurnya di hari libur yang berharga ini.

Ah iya libur! Hari ini sekolah terpaksa diliburkan, dikarenakan salah seorang staff sekolah yang secara tak sengaja melihat seeokor tikus sedang lari-lari kecil di koridor kelas sepuluh. Dengan pertimbangan, bagaimana jika tikus itu menyusup ke area dapur tempat segala makan lezat dibuat, kemudian mencemari makanan, dan bisa membuat keracunan yang parah, luar biasa, dan segala kemungkinan buruk lainnya.

Kepala sekolah akhirnya memutuskan untuk meliburkan semua siswa/i, dan melakukan penangkapan tikus, juga pembersihan seluruh gedung di hari kedua semester baru ini. Terdengar agak berlebihan, tapi lebih baik dari pada sekolah harus ditutup karena dituntut oleh orang tua para siswa/i, iya kan?

Davidya menyeruput jus apelnya, "eh kalian mau liburan kemana buat libur semester ini?" Kemudian bertanya dengan super antusias.

Alesha mengerjap, lalu dengan tatapan dungu mentap Davidya seakan berkata, -semester-ini-baru-hari-ke-dua-kalau-boleh-bilang.

Fiorella memutar bola matanya. "Hell, gue tahu hidup lo kurang kerjaan. Tapi bisa gak lebih sering pake otak lo? Kasian dijadiin pajangan doang." Kata Foirella dengan wajah super jengkel.

Davidya menggaruk kepalanya, yang menurut Alesha sama sekali tak gatal.

"Hehehehe......" Kekehan polos lolos keluar dari bibir Davidya, si gadis dengan kuncir kuda andalanya itu.

Fiorella memutar matanya lagi. Kemudian menatap ponselnya yang menerima pesan.

"Sha, lo kalau pengen keliling cari daftar barang kebutuhan sekolah bareng si Davidya aja, otaknya emang agak sebleng tapi dia cukup berguna kok." Ungkap Fiorella, kemudian pamit karena memiliki urusan penting.

Sementara Alesha harus pasrah, dan dengan ikhlas merelakan ketenangan telinganya. Berjalan beriringan dengan Davidya, yang sibuk berceloteh tentang berbagai tempat wisata yang sekiranya patut untuk Alesha kunjungi.

Sampai mereka mereka melihat salah satu pemeran utama, si sadboy Faris.

Davidya menjerit tepat di samping Alesha, dengan wajah super histeris bagai fangirl yang bertemu idolanya.

"OMG!!! Itu Faris!!!" Jerit Davidya.

Alesha patut bersyukur karena Faris masih cukup jauh dari area mereka berdiri, untuk tidak memerhatikan mereka, juga Alesha yang dengan canggung meminta maaf pada orang-orang di sekitar mereka.

"Sha, Sha, cepet cubit gue dan bilang ini bukan mimpi!" Perintah Davidya yang kini berdiri tepat di depan Alesha.

Tanpa aba-aba Alesha menampar wajah Davidya dengan kekuataan yang disesuaikan agar tidak begitu menyakitkan.

Tapi Davidya sama sekali tak memprotes, malah dengan semangat 45 lari menuju ke arah Faris, dan meninggakan Alesha sendiri yang terpaku.

Padahal tanpa disadari, sedari tadi Faris telah menatap Alesha sejak sang gadis dengan sabar mendegarkan setiap celotehan gadis lain di sampingnya.

.

.

.

.

.

Pesan Azvina_ : Maaf karena ceritanya yang agak boring diakibatkan saya yang kehabisan ide.

Savior of The PlotWhere stories live. Discover now