Heaven yang menjabat sebagai ketua harus hati hati memilih anggotanya, salah sekali Tracker dan persahabatanya bisa hancur karena ulah penghianat.

"Kalian resmi menjadi bagian dari Tracker," ujar Heaven tegas. Cowok itu terlihat begitu berwibawa saat menjalankan perannya sebagai ketua.

"Pentingkan keloyalan. Gue nggak butuh penghianat," ucapnya lalu dianggakui serempak oleh semua anggota.

"Siap bos?!" ucap anggota baru dengan mantap. Diketahui cowok yang bernama Riko sangat mengindolakan sosok Heaven. Makanya dia berjuang keras agar masuk kedalam geng itu.

Yang lainnya menatap Riko cengo, berani beraninya saat sedang serius begini cowok itu menjawab sambil cengar cengir kesenangan.

"Tolol," kekeh Shaka yang sedang bermain rubik.

Heaven mengubah posisi duduknya. " Nama lo siapa?"

"Gu-gue Riko Bang," jawabnya gugup menunjuk diri sendiri.

Heaven mulai tertarik, "Kelas berapa lo,"

Riko sudah ketakutan kalau nanti dikeluarkan, baru sadar dia melakukan kesalahan cowok itu menelan ludahnya susah payah sambil ragu menjawab "XII c, Bang,"

Heaven tersenyum simpul, " Oke, bagus. Gue demen junior modelan lo,"

Shaka, Arnold dan Ciko pun heran. Biasanya kalau ada yang tidak serius sang ketua trakers akan ngamuk.

"Kenapa si Jannah?" bisik Arnold pada Ciko.

Ciko mengedikkan bahunya tanda tak tahu, "Nggak jauh jauh dari bucin mungkin,"

Kelas XIIc ialah kelasnya Mutia, makanya Heaven mengampuni Riko. Apapun yang berhubungan dengan Mutia intinya bisa dibicarakan baik baik.

Shaka tersenyum lebar, kemudian menuding nuding Riko sambil menggoyakan jarinya. " Lo se kelas sama Mutia jelas, makanya diampuni,"

"Iya Bang se kelas," jawabnya meringis.

"Siapa lagi yang se kelas sama Mutia?" tanya sang ketua menatap satu persatu kembali.

"Gue Bang," jawab cowok bergaya ala boy bod korea. Kayanya cowok itu k-popers.

"Nama?"

"Dandi, Bang." jawabnya gugup seperti sidang sindikat narkoba yang bisa hukuman mati.

"Oke, tugas lo ada mulai besok."

Tak banyak tanya keduanya hanya mengangguk patuh.

Setelah itu anggota baru diperbolehkan pesta pora di bar sepuasnya, semuanya akan ditanggung oleh sultan Arnold. Pantas saja mereka berlomba lomba masuk geng anak konglomerat ini, selain bisa menjadi pelindung juga bisa numpang bersenang senang.

"Gue denger Kriss pesta narkoba malem ini," ujar Shaka yang mau merebut kembali rubik yang diambil paksa Heaven.

"Tiap harinya gitu," jawab Ciko yang duduk manis disamping Heaven.

"Apa perlu kita habisin, gue nggak tahan sama ulahnya yang nggak berhenti fitnah dan ganggu kita," kini giliran Arnold yang berbicara. Dendam kusumat dia dengan musuhnya, untung saja yang ditusuk tangannya. Coba kalau jantungnya, mana bisa dia menjadi pewaris tunggal keluarga Dominic.

"Polisi nggak cukup buat menghukum Kriss, Ar. Darah tetap harus dibalas darah," sahut Heaven tenang. Tenang tapi tangannya jail.

"Kembaliin, Bangsat!" geram Shaka yang kesal rubiknya diacak acak Heaven, padahal satu langkah lagi sempurna.

Heaven mengembalikan rubiknya setelah acak acakan. "Gue yakin nggak sampe 5 menit rapih lagi sama lo," ujarnya meletakkan benda itu ke tangan Shaka.

HEAVENजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें