33. Valdo's statement

51 21 3
                                    

Happy reading🤗
Jangan lupa vote dan comment ya
Kalau kalian melakukannya sama aja kalian ngasih aku semangat.

❤❤❤

Terhitung sudah beberapa hari ini mereka melakukan ujian kenaikan kelas dan hari ini tepat hari terakhir ujian, Davin tentu saja si pintar itu berhasil melewati tahap ujian dengan lancar tidak seperti Yuna yang kadang menjawabnya asal mana mungkin orang malas sepertinya bisa lancar menjawab soal, sungguh ia merasa tertipu Davin memang berjanji untuk membantu Yuna tapi saat ujian beberapa kali berlangsung ketika ia akan bertanya bukan jawaban instan yang ia dapat melainkan teka teki seperti Davin menjelaskan sedikit lalu membiarkan Yuna menentukan sendiri jawaban.

Menurutnya Davin menginkari janji namun tidak dengan lelaki tersebut ia malah berkata bukannya sudah membantu memang benar membantu menjelaskan tapi Yuna ingin jawaban instan tanpa perlu melalui proses pemikiran panjang percuma juga Davin menjelaskan tapi dirinya yang berotak tumpul tidak bisa memahami, Yuna merasa kesal setengah mati dengan Davin.

"Yang nomor enam tadi kalian jawab apa sih?" Tanya Anjas penasaran.

"Ohhh gue sihh jawabnya B," jawab Helly.

"Lo Yun?" Tanya Helly pada Yuna.

"Aku sih D, soalnya aku punya firasat kalau jawaban itu yang bener," jawab Yuna kurang tertarik, susahnya soal membuat kepalanya ingin meledak saja sebenarnya jawaban bukan dari firasatnya melainkan dari hasil penghitungan kancing.

"Kok pada beda sih, jadi yang bener mana," desah Anjas frustasi.

"Lah mana saiya tau," celutuk seseorang di belakang.

Tepat di belakang Anjas datang empat orang siapa lagi kalau bukan Davin, Rangga Daren dan Vino mereka tanpa diajak tiba - tiba saja ada di sini.

Setelah tadi siang melalui ujian kenaikan kelas mereka para gadis melakukan refreshing tentu tempat yang di pilih tidak jauh dari tempat bernama mall, dan disinilah mereka sekarang.

setidaknya menghabiskan waktu disana bisa melepaskan segala penat tentu mereka tidak memberitahu ke empat lelaki yang kini mendadak ada di sini, duduk di antara para gadis.

Mereka merasakan aura yang mencengkram, dari bisingnya setiap penghuni meja di restoran tersebut hanya di meja inilah terasa hening, tidak ada yang berani memulai percakapan, mereka cukup sadar situasi.

Tatapan Davin menghunus tajam, memfokuskan ekstensinya pada seorang gadis yang menunduk dalam,"Pantesan, aku tunggu di Apartemen orangnya enggak muncul, ternyata disini," desis Davin tajam membuat Yuna kian menundukan kepala.

"Lain kali kalau kamu mau pulang bareng mereka enggak bakalan aku izinin lagi, dan kalian," jari telunjuk Davin mengarah pada Anjas dan Helly, "gue udah enggak percaya nitipin Yuna sama kalian," belum sempat kalimat terdebut mendapatkan balasan kembali ia berkata "Oh bagus makan junk food," sinisnya. Semua mahluk penghuni meja kecuali Yuna dibuat melonggo mendengar celotehan panjang Davin seperti seorang Ibu yang memarahi anak nakalnya pasalnya mereka pertama kali mendengar omelan panjang Davin.

"Dav, gue enggak mimpi kan? Ini seriusan lo, kok beda sih apa ada roh orang lain dalam tubuh lo!" Heboh Vino sambil menggoyangkan badan Davin.

"Diam!" Ketusnya.

Seketika Vino diam tidak berkutik lalu kembali duduk ke tempat semula.
Ditariknya tangan Yuna keluar restoran mall dengan langkah cepat tanpa peduli bagaimana Yuna yang kesusahan berusaha menyamakan langkah Davin.

Setelah kedua sejoli itu hilang di depan pintu restoran Rangga berkata, "gila, itu beneran Davin?" Mololognya.

Daren menyahuti, "Sejak kapan mata lo katarak."

"Anjrott Davin kayak emak gua buset dah," ujar Helly lalu mencomot kentang goreng.

❤❤❤

Semenjak kemarin Davin marah dengan Yuna, lelaki itu tetap mengantar Yuna ke sekolah meski ketika Yuna mencoba mengajaknya berbicara atau meminta maaf Davin sama sakali tidak menggubris bahkan sekedar melirik, begitulah Davin ketika marah.

Langkah mereka berdua beriringan memasuki area sekolah, melewati sebuah lapangan outdoor basket yang tumbennya terlihat ramai, sebenarnya Yuna ingin tahu ada apa dikerumunan tersebut namun ia memilih mengikuti langkah Davin menuju kelas, sampai terdengar suara yang memanggil namanya lantang.

"YUNA MAHARAHI AKU MOHON DATANG KE SINI!" Suara yang Yuna tentu kenali, suara tersebut terdengar keras karena menggunakan toa jelas suara itu berasal dari kerumunan orang di lapangan sana, ia melirik Davin yang ikut menghentikan langkahnya menatapnya datar tanpa ekspresi.

"AKU MOHON YUN, ADA SUATU HAL YANG PENGAN AKU OMONGIN!" Kembali suara tersebut memanggilnya penuh permohonan, berlahan langkahnya mendekati sumber suara mengabaikan Davin yang hanya menatapnya penuh sorot datar.

Sesampainya di tengah lapangan, kerumunan membelah memberikan jalan untuknya, Yuna hanya menuruti terus melangkah maju sampi pada tengah kerumunan disana berdiri Valdo, sebelah tangannya membawa sebuah toa sebelahnya lagi membawa sebuket  bunga mawar. Yuna hanya bingung meliat ini semua, ia belum paham akan keadaan.

Valdo mengambil langkah mendekat sebelumnya ia menitipkan toa ke temannya, digenggamnya kedua tangan halus Yuna, ekspresinya menunjukkan keseriusan.

"Aku tau ini mendadak buat kamu, secara kita belum kenal lama tapi kamu harus tau," ia yang sering memanggil dirinya kakak sekarang menggantinya dengan kata aku, "kita bahkan belum terlalu dekat tapi aku bisa apa kalau perasaan ini sudah ada disini saat pertama kali aku ngeliat kamu dilapangan outdoor basket waktu itu." Lanjutnya.

Yuna diam di tempatnya, bibirnya masih terkatup  rapat bingung bagaimana ia harus merespon, untuk pertama kalinya ada lelaki yang menyatakan perasaan padanya walau dulu banyak lelaki yang mendekatinya tidak ada satu pun yang berani sampai tahap menyatakan perasaan, siapa juga yang ingin berurusan dengan sosok Davin.

"Aku sayang bahkan udah jatuh cinta sama kamu, Yuna maharani, will you be my grilfriend?" Valdo berlutut di depan Yuna sambil tetap menggenggam tangan Yuna lembut dan sebelahnya lagi menyodorkan sebuket bunga mawar merah.

"Terima."

"Ya elahh gass aja neng."

"Ciee...cie...."

"Fix terima aja vaild no debat."

Begitulah rentetan kalimat dalam ramainya kerumunan siswa/i, ia menatap sekelilingnya sampai matanya bertubrukan dengan sorot tajam Davin, disana tidak jauh lelaki itu berdiri menatapnya dengan ekspresi dingin nan datar.

Ekstensinya kembali ke objek sebelumnya, "Kak jadi aku...."

❤❤❤

Hey heyyy thank you yang sudah mampir, aku harap semoga suka ya.
Meski cerita ini kurang diminati, tapi tenang aku bakalan buat cerita ini sampai ending nantinya hehe🤪

FriendzoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang