Prolog

822 187 72
                                    

Happy reading:-)


Ketika takdir sudah mempertemukan kita.

___

Seorang anak kecil berkulit coklat, berambut ikal dan bertubuh kurus ia memakai seragam putih yang dilapisi rompi merah bergaris biru lengkap dengan dasi dan roknya. jangan lupa lambang taman kanak-kanak sebelah kanan pojok atas dirompinya, dia Yuna Maharani,
Hari pertama masuk sekolah.

"Ihhh kamu gimana sih jangan disini duduknya, Yuna sama Anjas duluan disini!" Yuna mendorong anak laki laki tersebut serta seorang temannya.

Dia Davin Aldero, tidak terima didorong oleh anak perempuan itu, Davin pun mendorong kembali "Davin maunya Disini sama Aldo!" Balas Davin sengit dengan tatapan tajam ala anak kecil dan dibalas tak kalah sengit oleh Yuna.

Salah satu guru mendengar murid yang bertengkar langsung menghampiri mereka, setelah melihat situasi guru itu mengerti masalahnya, "Davin, Aldo kalian duduk di belakang ya, ngalah sama Yuna." Kata guru tersebut sambari tersenyum dan tangannya membelai kepala Davin serta Aldo.

Davin malas berdebat lagi ia pun pergi ke belakang, tempat yang di tunjuk oleh guru barunya.

❤❤❤

Teeet...teeet...
Bel istrirahat berbunyi para siswa/i berlarian ke orangtua mereka kecuali Davin dia bukannya kekantin malah duduk sendiri di taman sambil melihat gadis kecil yang sedang disuapi Ibunya.

Davin iri, kenapa Ibunya tidak mau seperti Ibu lainnya yang mau menyuapinya ketika makan?, apakah sesibuk itu Ibunya sampai mengabaikan Davin.

"Haii maafin Yuna ya," tanpa disadari Davin, gadis yang tadi dilihatinya menghampiri dengan membawa roti lapis stoberi.

Tidak ada sahutan dari mulut Davin, ia malah memandang lurus tanpa ada tanda mau melihat gadis disebelahnya.

Tangan gadis kecil itu terulur menyentuh bahu Davin berharap mau menoleh, berhasil anak laki laki itu mau menoleh memperlihatkan raut wajah datar, dengan tersenyum Yuna berkata, "maafin Yuna ya, gara-gara Yuna kamu duduknya di belakang, sebagai permintaan maaf Yuna kasi roti ini, adanya selai stoberi gak papa kan?"

"Hemm," gumam Davin, kembali menatap kedepan.

'Tadi aja ngomel sekarang kok cuman hemm doang sariawan kalik yaa'. Yuna membatin.

"Gini aja deh, kamu jadi sahabat Yuna ya? pleasee Yuna juga pengen punya sahabat cowok." Yuna mengeluarkan jurus andalannya yaitu puppy eye, biasanya sama orang tua sihh ampuh kan jurus andalan Yuna bukan sembarangan jurus.

Entah merasa kasihan atau bagaimana Davin menganggukan kepalanya tanda sebagai jawaban atas pertanyaan Yuna.

"Nahh...gitu dong Yuna kan jadi seneng," dengan binar - binar bahagia Yuna mengulurkan tangan yang ditanggapi dengan satu alis terangkat artinya Davin kurang paham apa maksud Yuna.

"Ihh jabat tangan Yuna, masa Yuna gak tau nama sahabat sendiri sihh," setelah mengerti Davin membalas uluran tangan Yuna "Davin Aldero," singkat, jelas tanpa ada tambahan jangan lupakan wajah flat khas Davin yang menyertai.

"Aku Yuna maharani anak yang paling imut di area komplek perumahanku,  dan mungkin sekota ini hehehe," dengan pedenya menyebut dirinya imut.

Davin hanya tersenyum tipis sambari melihat senyuman Yuna, senyuman yang mampu menular ke dirinya meski hanya sedikit.

"Sekarang Yuna itu sahabatnya Davin, dan Davin Sahabat Yuna."

.
.
.
.
.
.
.

Ini cerita pertamaku .
Karena bosan dirumah gara2 vurus corona yang lagi marak2nya jadi aku iseng buat ceritanya, jadi nikmatin aja😊

FriendzoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang