14. kapan kembali?

24 6 2
                                    

"Aku baik-baik saja, jadi tidak perlu terlalu khawatir."

Hahaha...dia sangat pandai menutupi segala kebohongannya, padahal sudah jelas ku lihat bekas luka yang menganga sangat lebarnya, namun ia tetap tertawa dengan entengnya, sembari berkata "aku baik-baik saja."

"Kapan kembali?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Kapan kembali?"

"Terus saja tunggu diriku sampai kau tau kapan aku kembali."

"Aku sudah mulai lelah berdiri di atas tumpuan kaki,"

"Maka duduklah."

"Kenapa kamu lama sekali hanya sekedar kembali? Aku tidak ingin duduk!"

"Kalau begitu berdirilah, aku kembali jika aku tau isi hatimu."

"Tapi--hey! Cepat kembali maka kau akan tau isi hatiku!"

"Tidak semudah itu."

~●~●~●~●~

Setelah beberapa hari lamanya Suga dirawat dirumah sakit, kehidupanku tetap saja sama. Bully, hinaan, cacian, bahkan kekerasan masih terus berlanjut. Hari ini memang Suga sekolah, namun masih menggunakan kursi rodanya.

"Seharusnya kamu tidak berangkat dulu, Suga!"

"Ah...kamu terlalu lebay, aku baik-baik saja, jadi jangan terlalu mengkhawatirkanku."

Tanggapan yang terus kudapat selalu sama. Aku ingin membentaknya, namun aku tidak bisa. Jadi aku hanya bisa mengumpat dalam hati, bahkan kini ia sudah sama sepertiku. Sama sama memakai kursi roda. Hanya saja, ia akan bisa kembali berjalan sedangkan aku tidak.

"Apakah Bunga mendapat balasan atas semua hal yang ia lakukan?"pertanyaan dari Suga membuatku mentapnya, "dia sudah jahat kepadamu."

"Aku tidak tahu..."

Kekehan ringan terdengar jelas di indra pendengaran, "jangan berharap kepadaku," sambungnya yang membuatku kembali menatapnya.

"you are not for me and I'm not for you. So...don't put any hopes on me. Sayonara my princess." Ucapnya.

Aku diam.

Aku membisu.

Dari mana ia tahu kalau aku berharap kepadanya? Aku berusaha menanyakan hal yang mengganjal isi hatiku, namun lidahku terasa keluh hanya sekedar ingin mengucapan kata.

Seperti tahu keheninganku ia menjawab "Kai yang memberi tahuku." Kini aku baru memahami sesuatu.

Saat dirumah sakit, ia selalu tahu isi hatiku dan ucapan yang kubatin. Indigo. Ya...dia indigo.

"Maaf.."lirihku

"Kita se-amin tapi tidak se-iman, Dar. Walaupun kamu mendapatkanku, kamu tidak akan bisa mengambilku dari tuhan ku."

"Aku tahu!"

"Maka berhenti berharap. Aku tidak baik untukmu, dan aku tidak akan bisa bersamamu. Jikalaupun kamu menggenggam tanganku se-erat mungkin, jika iman kita berbeda, semua akan tetap sia-sia saja."

"Selayaknya tergores duri mawar. Bisa sembuh, namun bekasnya akan masih tersisa. Jangan sakiti hati kecilmu, berhenti berharap padaku, aku bukan untukmu dan kamu bukan untukku. Berhenti sampai disini!"

Bolehkah aku menjerit? Hatiku sakit. Mana mungkin aku bisa melupakan dirinya, seorang lelaki tangguh yang ku damba, mengucapkan kata.

"Iya....ak-aku akan berhenti." Lirihku

Dia berlalu meninggalkanku di lapangan, sendiri. Mataku terasa panas, bahkan lebih panas dari teriknya sinar matahari. "Berhenti? Mana bisa! Aku sudah terlalu dalam menyukaimu, akan perlu banyak tahun untuk melupakanmu!"

Ketakutanku kini terjadi, dia benar-benar pergi setelah tahu isi hatiku. Ah, rasanya aku ingin menghilang detik itu juga karna malu.

~●~●~●~●

"Darma?" Panggilan dari depan wajahku membuyarkan lamunanku, tatapanku berhenti pada manik mata hitam yang tengah menatapku. "Hm?"jawabku seadanya.

"Suga belajar berjalan di taman belakang sekolah, kamu tidak ingin menemuinya?"tanyanya yang ku balas gelengan kepala. Kenapa harus menemuinya? Aku tengah terluka hari ini, tidak bisakah dia tahu?.

"Padahal dia berharap kamu menemuinya,"

Aku menolehkan kepalaku kearah cendela, berusaha tidak mendengar ucapan Kai walaupun aku bisa mendengarnya dengan jelas.

"Kamu marah?"

"Tentang kecomblanganku?"

"Syukurlah kalau kamu sadar akan itu, karna kamu? Aku seperti wanita tanpa harga diri!"dengusku, dia terkekeh lalu mengacak rambutku.

"Dengar. Semua proses kehidupan itu berputar, ada yang dibawah dan ada yang diatas, semua tergantung perjuangannya saja. Nah! Aku disini membantumu agar si manusia kulkas itu tahu isi hati-"

"Masalahnya Suga menjauhiku, Kai! Bahkan dia seperti bodo amad sekarang kepadaku! Tidak bisakah kamu mengerti!"

Dia diam namun tatapannya terus menatapku, "oh ya? Kata siapa? Jika Suga memang menjauhimu tidak mungkin ia akan menyuruhku untuk menemuimu agar kamu mau menemuinya."

"Fikiranmu terlalu negatif, makanya tidak pernah bisa berfikir positif untuk orang lain!"
















Halooo.....!

Aku back bersama Suga dan darma lagi..
Akhirnya setelah sekian lama berperang dengan komputer dan soal-soal yang memusingkan, aku bisa kembali ke dunia orange lagi.

Selamat berjumpa di chapter selanjutnya💜❤

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 30, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

DEAR SWhere stories live. Discover now