11. Titik temu

28 13 14
                                    

"SUGA!!!"

"SIALAN YA KAMU! DASAR CEWE NGGAK TAHU DIRI!"

"MAIN EMBAT! NGGAK ADA RASA MALU YA LO, HAH?!"

Suara dengan intonasi yang sangat tinggi itu mengagetkanku dan juga Suga. Kami saling tatap sampai suara gebrakan pintu dari luar kamar membuat kami menoleh.

Disana, berdiri Bunga dan juga Kai, menatap kami dengan tatapan benci....ah mungkin hanya Bunga, karna Kai malah terlihat biasa saja.

"Kenapa ada disini? Pulang!"suara lirih namun terkesan tidak suka keluar dari mulut Suga. Dia mendekap erat tangan ku dengan tatapan elang yang terus menghunus Bunga. "Aku nggak mau lihat wajah sialan kamu lagi!"

"Kamu masih pacar aku ya! Jadi hidup kamu masih aku yang atur+"

"KITA CUMA SEKEDAR PACARAN! BUKAN MENIKAH! SO...KAMU ENGGAK ADA HAK BUAT NGATUR NGATUR KEHIDUPAN YANG TUHAN BERI KE AKU!"

"TAPI KAMU MILIK AKU!"

"OKE. MULAI DETIK INI DAN HARI INI JUGA, KITA PUTUS!"

Semudah itu? Aku hanya menunduk mendengar pertengkaran itu. Bukannya aku tidak berani melerai, namun sebelum Suga marah, ia berpesan kepadaku "cukup diam, aku tidak mau kamu kena imbas dari setiap perkataan."

"Kamu?.......pu-putus? Enggak enggak,"Suara Bunga mulai memelan, bahkan bisa kudengar suara kecil isakan dari arah belakang mendekat kesampingku. "Enggak mau! Aku enggak mau!"

"Tapi aku mau."

"Aku enggak mau Suga! AKU GAMAU KEHILANGAN KAMU! JANGAN BIKIN AKU NEKAT!"

"bodo amat. Bukan urusanku."

Secepat itukah jika seorang Suga benci dengan seseorang? Bahkan kata katanya yang terbilang pendek itu, mampu membuat lawan bicaranya marah tanpa henti. Tak terkecuali aku sih.

Langkah kaki lari menjauh kembali kudengar, dibarengi suara gebrakan pintu yang membuatku terlonjak kaget. "Jaga Darma, untuk urusan Bunga biar aku yang urusin." Suara Kai membuatku kembali menoleh, Kai juga menatapku dengan senyumannya.

"Jaga dirimu baik baik, my princess."

"Balik!"geram Suga, detik itu juga Kai terkekeh dan keluar.

~●~●~●~●~

Awal kisah yang begitu menakjubkan bagi diriku, menatap hamparan rumput hijau ditepi sungai bersama seseorang yang telah aku sukai sejak lama, namun sayangnya dia tidak pernah mengetahui isi hati yang tengah aku pendam.

Senyuman manisnya begitu tulus, tatapan matanya begitu tajam, perhatian serta kelakuannya begitu menggemaskan. Ah...rasanya aku ingin mengungkapkan segalanya, namun sayangnya wanita diciptakan untuk dikejar bukan mengejar.

"Darma, kalau tiba tiba aku menikah tanpa sepengetahuanmu...dan saat aku bertemu denganmu aku sudah membawa anak kecil dan istri, bagaimana reaksimu?"satu pertanyaan yang tadi Suga berikan padaku bahkan belum ku jawab. Lidahku terlalu kaku hanya sekedar menjawab "aku akan menunjukan ekspresi biasa saja, toh kamu memang siapa ku?".

Dan aku hanya bisa memilih untuk diam.

Tap
Tap
Tap

Suara ketukan bangku di sampingku membuatku menoleh, dua buah es krim rasa vanilla dan coklat berada pada genggamannya. "Ambil, keburu mencair." Ucapnya yang ku angguki.

"Kapan belinya? Kok tiba tiba ada?"

"Makanya jangan kebanyakan melamun!"

Aku hanya terkekeh geli, hembusan angin sepoi sepoi mendominasi isi hati yang ngilu akan perkataannya.

Ah, rasanya aku belum rela jika harus berpisah dengannya. Berhari hari saja aku tidak bisa apa lagi berbulan dan bertahun tahun lamanya.

"Tidak bisakah kamu tidak ikut? Ke korea?"

Suga yang tadinya menatap sungai kini menatapku, tatapan sayu dan mulut yang penuh dengan coklat itu tersenyum, "kayaknya enggak. Aku janji akan terus ngasih kabar ke kamu, jangan khawatir."

"Hm....Suga?"

"Ya?"

"Bi-bisakah sebelum kamu pergi, ungkapkan sesuatu yang kamu pendam?"rasa dingin dan panas menghampiri diriku saat mengatakannya, bahkan seperti tersengat aliran listrik yang dasyat, mataku berotasi tak tentu arah.

"Aku suka sama kamu,"aku diam. Terbelalak kaget akan jawaban yang real keluar dari bibirnya. "Lalu?"

"Tapi aku suka ke kamu hanya sebagai teman terbaikku. Kamu baik, dan fikiranmu sangat sejuk, i like you Darma."

Aku menghela nafas berat, "emang benar ya, rasanya sakit banget."

Suga mendekat, "apanya? Karna apa? Dimana?"pertanyaan beruntun yang ku dengar membuatku menunjuk dadaku.

"Sakitnya disini. Dan yang lebih sakit itu menyukai seseorang yang menganggap kita teman,"aku tersenyum kecut, "sakit. Sakit. Sakittttt banget!"

"Kamu suka padaku?"

"Dih, kepedean. Nggak. Aku suka ke orang lain, tadi cuma perumpamaan kalau aku tanya ke dia. Ternyata tidak sesuai keinginan." Alibiku

Suga tertawa, "semangat, kamu pasti dapatin apa yang kamu mau."

"Terlalu berharap sakit!"tukasku yang kemudian mendapat tonyoran, "kok kasar sih!"

"Berharap dengan perjuangan itu gapapa, yang gak boleh itu....berharap tapi cuma diem aja!" Aku mendengus, "memang aku bisa berjuang? Lihat kakiku!"entah ia itu memberi nasehat atau mengejekku.

"Dasar keong. Otaknya selambat siput."

"Lah?"

"Berjuang gak harus makek kaki, coba buktiin kalau kamu bisa setia dan siap nunggu dia, sampai dia tau isi hati kamu." Cerocosan yang Suga ungkapkan kembali membuatku mendengus, dikira menunggu itu tidak capek apa. Seenak jidat bicara seperti itu.

Mencintai dalam diam itu sama saja menyakiti diri sendiri juga dalam diam.

Dan dengan entengnya Suga berkata, "setia dan siap nunggu dia sampai dia tau isi hati kamu."

"Iyain aja kali ya...biar pangeran Suga bahagia."









Author mau spoiler ah.....
Di chapter selanjutnya bakal ada konflik gede gedean, dan.....Dichapter selanjutnya juga Kehidupan Darma dan juga Suga akan berubah 90°.

So...tunggu kelanjutannya, dan jangan lupa votmen. Gue enggak suka tukang sinder! Sangat sangat tidak suka!.

TERTANDA:
(💜신타 프라 서ㅣ 티아 닝뤂💜)

BABAY END SEE YOU NEXT TIME!......

DEAR SWhere stories live. Discover now