Selesai dengan kegiatannya, Wendy memasangkan sabuk pengaman untuk Yeri. Putri bungsu Kim itu bahkan lupa untuk memasangnya.

"Kau harus memakainya." ucap Wendy setelah memasang sabuk pengaman Yeri. Ia kembali tersenyum seraya mengusap puncak kepala Yeri.

......

Joy menguap lebar seraya merenggangkan otot-otot tubuhnya. Gadis itu baru saja bangun. Ia meraih ponselnya di atas meja. Kedua matanya melebar saat tau waktu sudah hampir sore. Gadis itu baru tiba di Jakarta pukul 04:30 pagi. Ia berpesan pada Ibunya untuk tidak di bangunkan. Tubuhnya begitu lelah dan ia memutuskan untuk tidur sepanjang hari ini.

Joy berjalan menuruni anak tangga. Wajahnya begitu khas seseorang bangun tidur. Ia berjalan menuju dapur karna tenggorokannya terasa kering. Gelas di kamarnya kosong, ia pun menuju dapur dengan gelas ditangannya.

"Sudah bangun?" suara Ibunya terdengar saat ia duduk di meja dapur. Tatapannya berubah heran ketika mendapati meja dapur yang penuh dengan kantong belanjaan. Joy kira Ibunya baru saja belanja.

"Mommy belanja sebanyak ini?" Rasa hausnya seolah hilang berganti dengan rasa penasarannya.

Irene yang terlihat sibuk mencuci sayuran segera menghentikan kegiatannya. Ia mengelap kedua tangannya lalu bergegas menghampiri Joy.

"Mommy mengundang keluarga Hwang untuk makan malam di rumah kita." jelas Irene. Wanita itu kembali sibuk membuka kantong belanjaannya. Di bantu dua orang asisten rumah tangganya.

Joy mengangguk paham, sepertinya sudah lama mereka tidak makan bersama. Hubungan kedua keluarga itu sangat baik sekarang. Bahkan setiap akhir pekan, anak-anak sering kali menghabiskan waktu bersama. Meski terkadang Joy dan Jisoo tidak ikut karna mereka sedang di Seoul.

"Apa Kak Wendy dan Yeri belum pulang?" tanya Joy seraya menatap orang-orang sibuk di hadapannya. Ia bahkan tidak berniat untuk sekedar membantu. Bahkan ia mengurungkan niat untuk mengisi gelasnya yang kotong. Joy yang malas.

"Mereka sedang di jalan." jawab Irene. Wanita itu juga tau perihal Wendy yang lupa menjemput Yeri. Putri bungsunya itu mengadukan perbuatan Wendy padanya. Irene sedikit gemas pada si bungsu karna memintanya untuk memarahi Wendy.

Tak lama dua orang gadis terlihat memasuki dapur. Keduanya tentu terheran melihat kesibukan yang terjadi di dapur.

Yeri bergegas menghampiri sang Ibu lalu memeluknya dari belakang. Membuat Irene mau tak mau memutar tubuhnya menghadap Yeri. Sebuah kecupan langsung Yeri daratkan di pipi kanan Ibunya.

"Mom lihatlah, Kak Wendy membuat badanku pegal karna menunggunya."

Irene dan Joy langsung beralih menatap Wendy. Yang di tatap hanya mengedikkan bahu lalu duduk di sebelah Joy.

Irene mengusap puncak kepala Yeri gemas. Putrinya begitu manja sekarang. Namun ia tak mempermasalahkannya. Justru ia bahagia karna Yeri begitu terbuka dengannya.

"Tenanglah, akan Mommy beri hukuman untuk kakakmu." ucap Irene. Tentu ia tidak serius mengatakannya. Tapi sepertinya Yeri mempercayai itu.

"Benar yang di katakan bocah itu?" tanya Joy pada Wendy. Dan di balas anggukkan oleh Wendy.

"Aku tak sengaja, aku lupa menjemputnya." jelasnya.

Keduanya menatap malas pada si bungsu yang masih betah bercerita perihal sekolah pada Ibunya. Adiknya itu sangat bawel dan cerewet. Juga sering mengadu. Tak jarang Wendy dan Joy akan mendapat ocehan dari sang Ibu jika membuat Yeri kesal.

Si bungsu kesayangan Mommy Irene.

"Sebentar lagi kau akan kena omelan Mommy." ucap Joy seraya terkekeh. Wendy tak menggubrisnya.

PROMISE 2Where stories live. Discover now