Sang Pangeran

Mulai dari awal
                                    

Gadis itu mengerang kecil, saat Dika mulai mulai memimpin permainan dengan lembut. Dering ponsel Devi sempat mengalihkan perhatian mereka, Devi tertawa kecil. "Itu pasti Rexy...aku benar-benar terlambat, Dika!" bisik Devi seraya memejamkan mata, merasakan dorongan dalam tubuhnya saat merespon rasa indah yang dialirkan Dika dalam tubuhnya. "Dika!!" pekiknya seraya meremas rambut Dika. Dika tersenyum melihat gadis itu menggeliat di bawah pelukannya. Dika memompa lebih kuat mencari pelepasannya sendiri.

"Aku antar kamu.." ujar Dika saat melihat gadis itu selesai mandi dan mengenakan kembali pakaiannya semalam. "Gak usah, aku pesan taxi online saja." sahut gadis itu, gadis itu selalu menolak ajakan Dika. Gadis itu selalu datang dan pergi sesuka hatinya tanpa bisa Dika menolaknya. "Kamu akan kesini lagi kan? Jangan ke bar itu lagi, aku gak mau kamu jatuh ke laki-laki lain.." Devi membalikkan badan dan menatap pria itu dengan tatapan penuh arti.

"Mulai posesif ya? Kamu kan tahu, aku perempuan bebas.. Jangan bilang aku belum mengingatkan kamu untuk tidak jatuh cinta padaku.."
"Aku tahu, tapi aku sudah terjebak.." sahut Dika seraya menarik tubuh gadis itu mendekat.
"Dika, aku sudah terlambat!" jawab gadis itu saat Dika menciumnya kembali. Sejujurnya dalam hati, diam-diam Devi menyukai cara pria itu memujanya...namun hati kecilnya melarangnya untuk melewati batas. Memberi hati kepada pria sama saja dia menyerahkan hidupnya pada kesia-siaan, dia tidak mau berakhir menyedihkan seperti ibunya. Devi menarik paksa tubuhnya dari pelukan Dika.

"Dika, aku terlambat..aku hubungi kamu nanti.."
"Aku tahu...aku yakin kamu kembali.." bisik pria itu.
"Aku tidak janji.."
"Aku tidak memintamu berjanji. Aku sedang menghibur diriku sendiri.." gadis itu tertawa mendengar kalimat Dika.
"Aku suka kamu, Vi.." entah keberapa kali pria itu mengucapkan kalimat manis itu. Gadis itu masih sama, hanya diam menganggukkan kepalanya.
"Bye, Dika...makanlah. Aku tahu kamu lapar, perutmu bunyi tuh" goda Devi.
"Aku sudah makan. Makan kamu..." lagi-lagi gadis itu tertawa memamerkan deretan giginya.
"Dika, please..aku benar-benar terlambat walau aku sejujurnya masih suka disini.." sahut gadis itu.
"Karena kamu mulai menyukaiku?"
"Nope.. Jangan GR... Aku hanya malas menjalani interview dengan acara gosip gak mutu itu..."
"Kalau gitu, kenapa kamu gak disini saja, aku bisa masakin kamu apapun yang kamu minta..." bisik Dika, salah satu hal istimewa yang bisa dilakukan untuk gadis itu adalah memanjakan gadis itu dengan masakannya.

Karena kencan mereka tidak seperti orang normal lainnya, gadis itu benci publisitas tidak penting. Dika tahu itu dan dia tidak berharap gadis itu terang-terangan mengungkap hubungan mereka ke publik. Hubungan macam apa antara mereka saja, Dika tidak tahu harus menyebutnya apa..
"Bisa masakin aku makanan korea?" bisik gadis itu, yang enggan beranjak, malah duduk di pangkuan Dika.
"Tentu!"
"Yakin bisa?"
"Kan ada tutorial youtube?" gadis itu terkekeh lagi. Sungguh tawa gadis itu membuat Dika jatuh hati.
"Kalau gitu masakin sekarang..." bisik gadis itu, seraya tangannya turun membelai dada Dika.
Dika cepat-cepat menangkap tangan gadis itu. "Aku gak bisa masak, kalau posisi kita seperti ini..." sahut Dika mengerlingkan matanya pada Devi. Devi tidak perduli, dikecupnya sudut bibir pria itu. Pria itu menarik tubuh gadis itu supaya menjauh dari pangkuannya.
"Devi.. duduk manis sana, aku akan masak buat kamu.."

Devi tertawa dan beranjak duduk di kursi sementara Dika bergegas ke dapur.
"Tunggu disitu!"
"Yakin bisa? Kita pesan online saja ya.." teriak gadis itu. Dering ponsel membuyarkan perbincangan mereka. Devi berbicara dengan seseorang sebelum akhirnya berlari memeluk Dika kemudian mengecup pipi pria itu cepat.
"Maaf, ternyata aku harus pergi. Salah satu narasumber acaranya Wisnu Dewantara. Siapa tahu aku bisa main di filmnya, ini kesempatan emas. Dah...lain kali aja ya!" Dika menatap punggung gadis itu yang beranjak buru-buru. Baru kali ini, hatinya tersengat cemburu. Saat gadis itu menyebut nama pria lain yang membuat gadis itu lebih memilih meninggalkannya sendiri.

Lamunan Dika berhenti saat Rizal menghampiri mejanya.
"Mana laporan gue? Gue mau keluar, kirimin via email aja.." ujar Rizal tanpa tahu malu. Dika menahan amarah seraya mengepalkan tangannya.
"Ngapain lo? Masih gak terima? Mewek aja sana sama ibu kamu yang tukang selingkuh!" bentak Rizal. Dika makin geram, seketika dipukulnya rahang Rizal hingga terhuyung ke belakang. Suasana sunyi kantor pun langsung berubah ramai, Dika menoleh ke samping dan melihat Juana sudah ada disana mengawasi mereka berdua.

Sialnya, selepas insiden itu Juana justru memutasi Dika jauh dari Jakarta. Ditempatkannya Dika ke Sumatra, bekerja sebagai pengawas perkebunan kopi. Rizal merasa di atas angin, seakan berhasil menyingkirkan sang pangeran dari istana.

Sementara itu, jauh di tempat lain.
Devi sedang menjalani syuting video klip bareng penyanyi baru. Beberapa kru produksi asyik melihat ke TV dimana berita utama yang sedang rame dibicarakan. Kembalinya pangeran ke istana. Ya, tentang kembalinya Dika Rivaldi Pangestu ke perusahaan Juana.
"Dia mangkir dari pertandingan, rupanya balik kesana.." ujar seorang kru wardrobe seraya memilihkan baju untuk Devi.
"Ya kali..warisan perusahaan segede itu sayang kalau dilewatkan, cin.. kalau gak mau, mending sumbangin ke eike buat operasi kelamin!" celetuk Rexy.
"Isshhh.. Dosa lo! Enak ya lahir jadi anak orang kaya, tau-tau disuruh pegang perusahaan. Duit ngalir aja, gak kayak nasib kita, kaki jadi kepala, kepala jadi kaki.." sahut kembali kru tadi.

Devi menguping pembicaraan mereka dengan enggan, dia sedang sibuk mematut diri dengan pakaian yang dipilihkan untuknya.
"Udah jangan bahas dia di depan Devi!" celetuk Rexy.
"Haiii, Devi darling eike.. Mau gue rapiin riasan lo lagi?" sambung Rexy mendekati Devi.
"Ada berita hangat apa di TV?" tanya Devi.
"Alah..gak penting! Berita banjir.."
"Berita tentang Dika kan?"
Rexy terdiam, Devi membalikkan badan memandangi managernya itu yang biasanya bawel.
"Gue udah denger kog soal itu, gue sama sekali gak terganggu kog kalau lo bicarain dia. Gue udah sembuh.."
"Gue gak mau lo inget-inget dulu, Vi. Gue tahu lo berusaha melupakan peristiwa itu.." gumam Rexy.

"Kan udah gue bilang, gue udah sembuh"
"Gue gak nyangka aja, Dika bakalan balik ke keluarga Pangestu. Bukannya dulu dia memutuskan semua hubungan dan melepas warisannya demi tante Bianca. Sekarang tiba-tiba dia berubah pikiran.. Gak bisa dipercaya! Duit emang bisa merubah orang.." ujar Rexy.
"Kita gak tahu cerita sesungguhnya. Gak usah ikutan komentar.." timpal Devi.
"Gue cuman gedek lihat dia, darling. Bisanya dia bikin orang susah trus enak-enakan nikmatin warisan.."
"Tante Bianca kan udah nikah sama pak Wisnu, biarin aja kalau dia mau balik ke keluarganya..ayo, benerin rambut gue!" Devi mematut dirinya di cermin sembari menerawang jauh. Apa gerangan yang membuat Dika berubah pikiran? Pria itu tidak pernah suka nama Pangestu di belakang namanya juga tidak pernah tertarik dengan warisan ayahnya.
Apa pria itu baik-baik saja, cemas Devi. Apa Omanya yang otoriter itu menekannya? Banyak kekhawatiran di benak gadis itu. Dia tidak menyadari kalau
sesungguhnya dalam hati gadis itu ada sebuah rasa yang tertinggal. Gadis itu diam-diam merindukan sang pangeran.

Red LipsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang