PART 3.1.

14.6K 904 5
                                    

"Pagi tante Aresha. " Sapa Sya, saat melihat Aresha sepagi ini sudah berkutat dengan alat perang. Eh nggak deng, alat masak maksudnya.

"Pagi juga Sya. " Senyum Aresha ramah. Sya hanya memperhatikan bagaimana jari-jari lentik Aresha yang terlihat sangat lihai memotong-motong wortel, setelah itu langsung mengiris bawang merah. Sudah seperti seorang Chef ahli saja.

"Tante, ngapain repot-repot masak, sini biar Sya aja. " Sya yang melihat tamu nya mengerjakan soal dapur, tentu saja merasa tak enak hati.

Meskipun Sya tahu, kalau perempuan itu sudah menganggap Sya layak seperti ponakan kandung. Bahkan lebih dari itu, bagi Aresha istri ponakan nya itu sudah seperti sahabat nya sendiri.

"Elah, santai aja Sya. Kamu anggap aku tamu? " Canda Aresha yang membuat Sya menyunggingkan senyuman hangat nya.

"Ya, nggak gitu juga sih tan. Tante Aresha bangun jam berapa sih, ini baru jam 5 pagi lho. " Jelas saja Sya penasaran.

Pasal nya, ketika Sya dan Arnand melaksanakan sholat malam sekitar jam 4 dini hari, tadi Aresha juga sudah rapi dengan stelan ala rumahan nya.

"Hehee, aku bangun jam tiga. " Sya hanya manggut-manggut saja.

"Tante, ngapain masak sebanyak ini dirumah kan cuma kita bertiga. " Aresha tersenyum simpul mendengar pertanyaan Sya.

"Mbak Dena sama Mas Zidan mau kesini. "

Gadis itu masih terlihat bingung apa yang dimaksud oleh Aresha. Lah? Ngapain juga Aresha harus masak sebanyak ini, kalau tamu nya hanya mertua saja. Palingan mereka juga bakal bawa makanan.

"Owh iya, kamu sama Arnand nggak usah masuk sekolah ya hari ini. Bilang aja acara keluarga. " Lagi dan lagi Sya menyernyitkan kening nya heran. Kanapa hidup perempuan ini harus penuh dengan teka-teki.

"Ya, nggak bisa dong tan. Nanti daddy nyariin kita gimana? Nggak mungkin kan kalau izin nya acara keluarga daddy nya aja nggak ikut. " Aresha berfikir sejenak.

"Daddy kamu pasti ngizinin. Nanti biar tante yang bilangin. " Sya hanya mengangguk setuju.

"Aneh." Fikir Sya. Andai saja Sya masih tinggal bareng orang tua nya, mungkin dia bakal bisa bebas setiap hari mengeluarkan kata-kata konyol nya. Namun, sekarang berbeda Sya harus belajar dewasa apa lagi setelah kejadian semalam.

Iya, tentang kedua orang itu yang telah mengakui perasaannya satu sama lain, yang sudah berjanji untuk berubah. Dan layak nya seperti pasutri lain nya.

Bahagia? Tentu saja Sya sangat bahagia, karena bisa mengetahui rasa cinta Arnand terhadap nya. Otomatis Sya juga sudah bebas melarang Arnand ini dan itu, tanpa harus lagi mengedepankan ego demi menjaga image lagi.

Sya jadi senyum-senyum sendiri mengingat nya, apakah ini awal pertanda kebahagiaan rumah tangga mereka? Bahkan dengan mudah Sya bisa melupakan semua kesedihan termasuk semua orang yang telah pernah mengusik hidup nya.

" Ya kan Sya? " Aresha menyipitkan mata nya, berusaha menerobos netra hitam milik Sya.

"Woi Sya, etdah malah ngelamun. Kalau kepikiran doi, langsung kekamar aja Sya. Nggak perlu menghayal-menghayal gitu. " Aresha memutar mata nya jenuh. Bisa-bisa Sya tidak mendengar semua omongan nya tadi.

"Eh, maaf tan. Tadi tante ngomong apa? " Cengir nya dengan senyuman yang belum luntur dari wajah cantik nya. Seketika ide jail melintasi otak cerdas Aresha.

"Nggak. Itu, tadi Arnand manggil kamu lho." Ujar Aresha, ya tentu saja berbohong.

"Serius tan? " Tanya Sya dengan mata berbinar. Seperti Sya seperti anak remaja yang baru saja mengalami masa pubertas nya. Lah, emang benar kan Sya masih remaja, umur nya saja belum menginjak 17 tahun.

ARNANSYA [Completed]Where stories live. Discover now