12 Seorang Pemburu

Start from the beginning
                                    

"Lukanya cukup parah tapi dia bisa di obati." Gumam Azel membawa burung kakaktua itu ke dalam rumah, Baby yang melihat itu memberhentikan langkah Azel sambil terkekeh pelan.

"Dia sudah mati, jadi untuk apa di obati." Baby tidak memiliki perasaan ataupun kasian sama seperti Renjun.

"Lo sebenernya manusia atau bukan sih? Gak punya rasa bersalah sama sekali." Azel yang sudah merasa kesal dengan ulah Baby dan akhirnya dia memutuskan untuk pergi tidak mau banyak bicara dengan Baby. Sedangkan Baby hanya diam, menatap kepergian Azel.

"Nona mau kemana?" Tanya pelayan dengan nada lemah lembut padahal dia sebenarnya takut bekerja di rumah besar ini.

"Nyari obat, ada gak?"

"Ada, tapi untuk apa nona?"

"Untuk burung ini, tadi Baby memanah dan terkena sayapnya." Pelayan itu sudah tau kalau Baby memang suka memburu tidak pernah ada rasa bersalah ataupun kasihan dan dia bilang itu adalah hal yang menyenangkan dibandingkan membunuh sesama manusia.

"Baiklah, saya ambilkan dulu. Nona bisa duduk di ruang perapian."

Azel mengangguk dan pergi ke ruang perapian dimana ruangan itu sangat hangat.

"Ini nona obatnya." Azel menerimanya dan mengoleskannya di bagian sayap burung kakaktua itu.

Pelayan itu sempat memperhatikan Azel, dia memang sudah lama berkerja di rumah besar ini dan dia tau siapa Renjun apalagi melihat gadis bernama Azel ini.

Flashback

2 tahun yang lalu...

Gadis berpakaian dress berwarna biru muda sedang duduk di ayunan sembari melihat-lihat bunga mawar yang memang sangat indah dimatanya.

"Azelia!!" Suara lelaki itu membuat Azel menoleh dan berlari ke arahnya, merasa senang dengan kedatangannya. Lelaki itu memeluk Azel erat tak lupa dia memberikan sapu tangan dan membekap di hidung, sampai akhirnya Azel kehilangan nafas dan saat itu juga lelaki itu membawanya masuk ke dalam mobil.

"Maaf, saya melakukan ini untuk menyelamatkanmu." Lelaki itu mengelus rambut Azel, mobil itu melaju dengan kecepatan tinggi sampai akhirnya mereka berdua tiba di rumah besar yang sangat megah bernuansa Eropa di atas bukit yang memang di Kelinigi hutan belantara, siapa sih yang mau tinggal di tempat sepi seperti ini tapi bagi lelaki ini beda. Dia sangat suka kesunyian.

Azel bangun, memegang kepalanya yang sakit. Melihat ruangan ini sangat asing baginya, Dia tidak tau siapa yang membawanya. "Dimana Renjun?aku bersama dengannya apa dia juga sama sepertiku?" Gumam Azel, tanpa berpikir panjang Azel melangkah ke arah pintu dan membukanya pelan dan Azel melihat lelaki berjas navy datang membawa makanan favorit Azel, siapa lagi kalau bukan Renjun. "Aku tidak salah melihat kan?" Gumam Azel dan menutup pintu. Lalu berpura-pura tertidur. "Aku ingat, Renjun yang membawaku ke sini karena dia yang terakhir yang aku temui. Tapi untuk apa?" Batin Azel.

"Saya pikir dia sudah bangun, ternyata bius itu masih melekat ditubuhmu dan saya tidak akan pernah mengembalikanmu ke keluargamu." Renjun pun keluar dari kamar, Azel merasa kesal, dia pikir Renjun baik tapi ternyata dia adalah lelaki jahat.

"I don't like you, because I hate you." Azel tak akan pernah memaafkan Renjun ataupun mencintainya itu adalah hal terburuk bagi dirinya.

Azel melarikan diri dari rumah megah itu, dia tidak tau jalan tapi dia menemukan jalan menuju hutan. Azel berlari sekuat tenaga sampai akhirnya dia kelelahan tapi di hutan ini dia mencium bau amis ya itu adalah darah manusia.

"Jangan lari atau kamu yang menjadi korban selanjutnya."

Azel bergidik ngeri, dia tau siapa pemilik suara ini. Azel melihat dengan matanya sendiri kalau Renjun membunuh lelaki paruh baya itu dengan pisau lipatnya. Azel menganga melihat Renjun sekejam itu, dia berlari secepat mungkin agar Renjun tidak mengejarnya tapi Renjun sadar siapa yang baru saja berlari. Apa yang sudah jadi miliknya tidak boleh di ambil. Renjun mengejarnya, dia tau Azel cepat lelah maka dari itu dia harus tetap menjaganya.

Beberapa menit kemudian

Azel melihat pohon-pohon menjulang tinggi entah mengapa kepalanya terasa berat, penglihatannya buram. Sungguh perangkap yang kejam, walaupun di lawan perangkap itu akan tetap kokoh. Itulah Mr. Huang.

•••

Ini yang jadi Baby Grenza

Ini yang jadi Baby Grenza

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Psychopath Teacher [Huang Renjun] Where stories live. Discover now