14. Mimpi buruk

2.9K 768 59
                                    

"Mas," panggilku pada Mas Emilio, dia mendekatiku yang tengah berbaring kemudian mencium keningku cukup lama, sampai kurasakan air matanya jatuh di pipiku.

"Mas, kenapa?"

"Mas bahagia."

Hatiku menghangat mendengar itu. Pria ini selalu memiliki kata-kata yang membuatku merasa menjadi wanita paling berharga di dunia. Membuatku tak menyangka benarkah dia dulu sesadis itu? Apakah benar Mas Emilio sejahat itu? Aku sulit mempercayainya karena sekarang saja Mas Emilio menangis di hadapanku. Benarkah pria sekejam itu bisa menangis seperti saat ini?

Aku terduduk dan memeluknya, ikut menumpahkan kebahagiaanku padanya. Meski begitu, jujur saja aku tak bisa mengenyahkan rasa khawatirku. Bukankah, bila aku hamil, resikonya untuk Mas Emilio semakin besar? Aku bisa menjadi kelemahan terbesarnya. Aku bisa menjadi sosok yang membuatnya berada di bawah ancaman.

Kebahagaiaan ini, bisa berubah menjadi malapetaka.

"Mas, bisa gak kita pergi ke tempat lain?"

Kurasakan pelukannya semakin erat. Tubuhku tenggelam dalam dadanya yang bidang, tanganku berada di balik punggung lebarnya yang kokoh, yang membuatku selalu merasa aman ketika berada di dekapannya.

"Kamu gak perlu khawatirin apapun. Just trust me! Mas pasti akan lindungin kamu dan calon anak kita. Semuanya pasti baik-baik aja. Mas akan pikirin jalan keluarnya."

"Hm, aku percaya sama Mas."

Aku percaya padanya. Lagipula, hanya itu yang bisa kulakukan. Kita pasti akan baik-baik saja.

***

Sepulangnya kami dari rumah sakit pada pukul tujuh pagi, kulihat para pria bersetelan jas hitam nampak di sekitaran villa. Saat kutanya pada Mas Emil mereka siapa, katanya mereka adalah pengawal. Badannya besar-besar dan tinggi. Wajah mereka oriental dan tak berekspresi. Kudengar dari Mas Emil, mereka adalah orang-orangnya Javier.

Aku keluar dari mobil dengan cara yang agak memalukan. Bagaimana tidak, Mas Emil tidak mengizinkan aku berjalan padahal di sini banyak orang. Namun meski begitu, mereka nampaknya tidak berani memperhatikan kami. Aku pun sedikit merasa tenang dalam gendongannya.

"Mas?"

"Hm?"

"Aku boleh telfon bunda?"

Mas Emilio menunduk menatapku. Dari ekspresinya yang nampak sedih, sepertinya aku tidak bisa melakukan itu.

"Jangan dulu, yah."

Aku menghela napas, namun mengangguk mengerti karena keadaan kami.

"Kyra sama Bunda gak dalem bahaya kan, Mas?"

"Kamu gak usah khawatir, Mas udah kirim orang ke sana. Lagipula di sana juga banyak tetangga, mereka udah seperti keluarga. Mas jamin gak akan terjadi apa-apa."

Aku tersenyum merasa lega mendengar jawabannya.

"Tuan."

Mas Emilio menoleh, melihat Javier yang memanggilnya dengan raut wajah tak biasa. Sepertinya ada yang ingin ia sampaikan.

"Kau bisa bicara nanti, Javier. Aku harus memastikan istriku beristirahat."

"Tapi... Carlos, dia datang."

Kulihat rahang suamiku mengeras meski sesaat. Aku kembali minta turun dari gendongannya dan kali ini dia menurunkan aku.

"Aku bisa ke kamar sendiri."

Ex-Mafia Husband [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang