Chapter 03 - Sadness

202 32 9
                                    

'Kalau cinta itu takdir, bolehkah meminta takdir kita sendiri tanpa di  di tentukan alam?'

-EFLove



Seperti ucapannya tadi pagi, malam ini band sekolah akan tampil di sebuah cafe. Mau tak mau Hazela harus datang, ia tak ingin Vanka atau Aura berpikiran yang tidak-tidak tentangnya.

Ya, meski hatinya masih sakit dan Hazela juga masih belum tahu ia mampu melihat apa yang akan terjadi nanti atau tidak. Tapi Hazela benar-benar tak ingin terpuruk sendirian, tak ingin orang-orang melihat kehancuran hatinya hanya karena cinta. Jadi kini Hazela sudah siap dengan pakaian santainya dan berjalan menyusuri trotoar.

Jarak cafe dan rumahnya sedikit jauh memang, tapi ia juga tak buru-buru. Jadi Hazela memilih berjalan di bawah temaram lampu dan cahaya bulan yang entah kebetulan apa malam itu cukup terang.

Sedang asik berjalan, tiba-tiba terdengar suara motor yang perlahan memelan. Dan tak lama suara panggilan terdengar membuat Hazela menghentikan langkahnya.

"Zel!"

Hazela berbalik, menghela napas saat melihat siapa yang kini menuruni motor dan berjalan mendekat kearahnya.

"Apa?" Tanya Hazela saat orang itu berdiri didepannya.

Kafi, lelaki itu menghela napas. "Zel, soal tadi pagi gue minta maaf." Ucapnya kemudian.

"Lupain," jawab Hazela ringan membuat kafi menatap Hazela tak menyangka.

"Zel-"

"Gue duluan!"

Hazela berbalik dan hendak pergi, hingga tiba-tiba tangannya di tangan membuat Hazela kembali berbalik menatap Kafi.

"Mau ke cafe kan? Bareng gue,"

Hazela menarik tangannya dari genggaman Kafi, membuatnya lepas dan kemudian menggelengkan kepalanya.

"Gak usah, gue bisa sendiri."

Hazela berbalik dan berjalan meninggalkan Kafi, tak menyerah begitu saja. Kafi segera berjalan kearah motornya dan segera mendorong motor itu berjalan mengikuti Hazela dari belakang.

"Gue juga ikut jalan kalo begitu."

Hazela yang mendengar suara Kafi menarik napas dalam-dalam, tak peduli Hazela meneruskan langkahnya.

Merasa terus di ikuti dan kurang nyaman, Hazela menghentikan langkahnya lagi dan berbalik menatap Kafi yang terlihat sudah berkeringat dengan napas yang tersengal.

Hazela berdecak malas, sebenarnya apa yang Kafi mau darinya sih? Lagi pula lelaki itu kan akan tampil, kenapa malah membuang waktu di sini dan malah menyusahkan diri sendiri?

"Kenapa berhenti?"

Hazela menatap galak Kafi, kemudian berjalan mendekati lelaki itu.

"Buruan!"

Kafi menaikan sebelah alisnya, kemudian menatap motornya.

"Buruan, Lo mau tampilkan? Kenapa masih di sini sih!"

Mendengar ucapan Hazela, Kafi buru-buru menaiki motornya.

"Ayo naik!"

Memutar bola napasnya malas, dengan ogah-ogahan Hazela segera menaiki motor Kafi. Menyalakan mesin motor, tapi kotor itu tak kunjung berjalan membuat Hazela mengerutkan keningnya bingung.

"Kenapa belum jalan?"

"Pegangan!"

Berdecak, Hazela kemudian berpegangan pada jaket yang Kafi pegang.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 13, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Everything For LoveWhere stories live. Discover now