Ku buka koper itu untuk mencari pembersih riasanku namun aku malah di kejutkan dengan pakaian kekurangan bahan yang tersimpan di sana.

"Apa apaan ini?." Gumamku tak percaya dan untungnya Jimin sudah masuk ke kamar mandi jadi ia tak tahu apa yang ku lihat sekarang

Di koperku, ada lingerie dengan beberapa gaya dan warna berbeda, merah, hitam, gold, dan Navy. Warnanya membuat mataku sakit hingga dengan kesal, aku mengeluarkan pembersih riasanku lalu menutup koperku serapat mungkin.

"Siapa yang memasukkan pakaian kekurangan bahan itu di dalam koperku?. Apa nenek atau ibu Jimin?. Haaa, mereka membuatku tertekan juga." Gumamku sembari duduk di depan meja rias dan membersihkan wajahku dengan kapan yang sudah ku basahi micellar water

Drrrrr... Handphone yang aku letakkan di atas meja rias bergetar dan di layarnya tertera nama ibu Jimin atau yang sekarang sudah menjadi ibu mertuaku. Tak ingin membuatnya menunggu lama, aku langsung mengangkatnya dan mendekatkan handphoneku di telingaku.

"Halo..."

"Apa kabarmu baik baik saja?."

"Tentu saja bu, aku baik baik saja..."

"Jadi, apa yang sekarang kau lakukan?."

"Aku-- aku sedang membersihkan riasanku."

"Kalau begitu, apa kau sudah melihat lingerie yang ibu masukkan ke dalam kopermu."

"Y-ya, sudah."

"Bagus. Kalau begitu, setelah kau mandi pakai lingerie itu dan lakukanlah bersama Jimin. Sungguh, ibu sudah tak sabar ingin memiliki cucu dari kalian berdua, jadi lakukan sesegera mungkin ya."

"Ya, bu."

"Kalau begitu sudah dulu. Kau bersiap siaplah untuk Jimin."

"Ya."

Setelahnya, sambungan telepon antara aku dan ibu mertua sudah terputus. Dengan berat hati, ku letakkan handphoneku kembali di atas meja lalu menoleh ke arah koperku berada.

****

Di dalam kamar mandi, aku memandangi lingerie hitam yang tergeletak di atas meja wastafel. Sebelumnya, aku memang menyelipkan lingerie itu di pakaianku saat masuk tadi.

Setelah berpikir lama, aku pun memakai lingerie itu dengan yakin. Bukankah cepat atau lambat aku juga akan melakukan itu bersama Jimin?, jadi dari pada menunggu lama, aku akan melakukannya sebentar.

Tok, tok tok...

"Kenapa lama sekali?, kau tak ketiduran di dalam kan?." Tanya Jimin dari luar

"Y-ya, tunggu sebentar." Sahutku sembari memandangi tubuhku yang sudah terbalut lingerie

Perlahan, aku membuka pintu kamar mandi sedikit demi sedikit. Sebelum keluar, aku menjulurkan kepalaku dan melihat Jimin tengah berbaring di kasur.

Jimin menoleh ke arahku dan tersenyum manis. "Kenapa diam saja di sana?, tak ingin kemari dan tidur di sampingku?."

Aku menunduk malu sembari merapatkan diriku di daun pintu. "Bisa tidak, lampunya di matikan?" Tanyaku malu

"Untuk apa?. Bukannya terang lebih baik?."

"Aku lebih suka gelap."

"Oh, ya sudah. Ku matikan ya." Sahut Jimin dan bangun dari tidurnya, berjalan ke saklar lampu lalu mematikannya

Sekarang, keadaan kamar kami sudah sangat gelap dan dengan itu, ku beranikan diriku keluar dari kamar mandi lalu berlari ke arah kasur kami.

"Aaaaa." Teriakku kaget saat sesuatu memelukku dari belakang

"Kenapa berteriak?." Tanya Jimin dengan berbisik di telingaku

"Itu--, aku-- aku--"

"Kau memakainya?."

"Memakai apa?."

"Lingerie yang di beli ibu."

"Aku hanya--"

"Kau cantik dengan pakaian apapun jadi tak usah malu."

"Jim--" Ucapanku terhenti saat Jimin menjentikkan jarinya dan lampu kamar kami tiba tiba menyala

Dengan cepat, aku menutupi dadaku dan area privasiku. "Jangan melihat." Seruku sembari memejamkan mata, malu

"Kau cantik, sangat cantik hingga aku tak bisa berpaling darimu" Sahut Jimin dan membalikkan tubuhku untuk menghadap kepadanya

Perlahan, mataku terbuka dan menatap mata Jimin dengan gugup.

Cup... Jimin mencium bibirku dan menuntunku berjalan ke kasur. Setelah, aku terbaring di kasur, ku rasakan Jimin tengah menindih tubuhku sembari masih menciumku dan melumat bibirku.

Aku pun tak mau kalah, ku lumat bibirnya dan membalas lilitan lidahnya pada lidahku. Cukup lama kami berciuman hingga ia menghentikan ciumannya untuk kami mengambil napas kembali.

"Aku mencintaimu, Park Yn." Bisiknya lalu kembali mencium bibirku dengan lembut

Setelah mencium bibirku, Jimin beralih menciumi leherku dan memberikan tanda di sana. Tangannya pun tak tinggal diam, ia menyentuhku dengan perlahan dan lembut hingga membuatku mabuk karenanya.

"Jim--inhhh." Desahku memanggilnya namanya

"Mmmmm." Sahutnya sembari masih memberi tanda di leher dan sekitar dadaku yang entah kapan sudah terbuka

"Aku mencintaimu, Park Jimin." Ucapku saat Jimin menghentikan aksinya kepadaku

Jimin menatapku sembari tersenyum manis. "Aku juga." Sahutnya dan menjentikkan jarinya hingga lampu di kamar kami kembali mati












End

Adegan anunya author sensor ya 😌. Kalau mau tau kelanjutan malam pertamanya, kalian bayangin aja sendiri, soalnya author belum pernah ngelakuin makanya gak tau 😁

Oh iya. Ini chapter terakhir ya jadi jangan minta next next aja. Dan berhubung ceritanya udah end, kalian bisa baca cerita author yang masih on going lainnya, listnya ada RESCUER, THE DEVIL OF HELL, BACK TO YOU, WARNING DIARY, WHITE, NEW RULES, THIS IS MY LOVE STORY, BROTHER IN LAW dan BTS WITH ME.

Sebelumnya, author juga mau bilang terima kasih ke kalian karena udah baca cerita author yang acak kadul ini. Maaf banget jika cerita ini kurang memuaskan kalian. Author manusia biasa yang gak luput dari kesalahan itu.

Seperti biasa nih. Like dan komen ya di chapter terakhir ini. Komennya terserah, mau kalian ngetik unek unek kalian selama baca cerita ini dari awal sampai akhir atau unek unek kalian ke author karena selalu buat cerita yang beda dari ekspetasi kalian.

Bye and see you next story 😗

My Boyfriend From Magic ShopWhere stories live. Discover now