Y

1.3K 232 21
                                    

Jam telah menunjukkan pukul 01.00 am. Yn duduk termenung di kasurnya sembari menekuk lutunya dan menumpukan dagunya di sana.

Setelah mempersiapkan pernikahannya dengan Jimin, besok adalah harinya, hari dimana lelaki itu akan meminang Yn menjadi istrinya.

Yn meluruskan punggungnya, menyentuh dadanya dan merasakan detak jantungnya yang bergemurung.

"Besok, apa yang harus aku lakukan?. Apakah aku bisa melakukannya?."

Yn kembali menumpukan dagunya di atas lututnya sembari menerawang apa yang akan terjadi setelah hari esok. Setelahnya, ia menggelengkan kepalanya dengan cepat saat pikirannya melayang ke malam pertamanya dengan Jimin.

Pipi Yn bersemu merah. "Astaga. Apa yang aku pikirkan?. Kenapa aku mesum sekali." Rutuknya lalu menutup wajahnya menggunakan kedua tangannya

Yn kembali menerawang di malam pertamanya dengan Jimin. Lelaki itu mendekatkan wajahnya ke wajah Yn, mengecup bibirnya dengan lembuh hingga mereka berdua sudah berbaring di kasur dengan Jimin yang berada di atas tubuh Yn.

"Dasar mesum..."

Lagi lagi Yn merutuki dirinya sendiri setelah membayangkan yang tidak tidak dengan Jimin. Lelah, akhirnya ia memilih tertidur dengan perasaan dan pikiran kacau yang menyerangnya.

Waktu berlalu dengan cepat, dan tanpa sadar Yn masih terlelap di kasurnya padahal jam telah menunjukkan pukul 9 pagi.

Di sisi lain, Jimin tengah bersiap di kamarnya untuk segera berangkat menyusul Yn di rumah kost gadis itu. Setelah memakai parfume, ia pun berlalu dari kamarnya.

"Ibu, sampai ketemu di hotel nanti." Ucap Jimin pada sang ibu yang tengah duduk di sofa

Ibu Jimin mengangguk sembari tersenyum simpul. Sedangkan Jimin sudah berlalu dari hadapan sang ibu, keluar rumah lalu menyalakan mesin mobilnya yang sudah terparkir di depannya.

"Kira kira, apa yang sedang di lakukan gadis itu?. Apa dia sudah bersiap untuk nanti?." Gumam Jimin sembari tersenyum lebar

Kembali ke kamar Yn, gadis itu masih tertidur pulas hingga sang nenek yang baru saja datang dari kampung langsung memukul pantatnya hingga membuat Yn terlonjak dari tidur pulasnya.

"Dasar anak ini, kau bilang akan menikah tapi masih tidur seperti ini. Segeralah bersiap..." Perintah sang nenek pada Yn

Yn mengangguk dan mengerjapkan matanya. Dalam hati ia membatin. "Nenek tidak tau saja apa yang ku alami semalam. Aku memang sudah siap untuk menikah tapi ada satu hal yang belum aku persiapkan..."

Setelahnya, Yn berlalu ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Saat ia hendak membuka bajunya, ia teringat dengan khayalannya semalam. Takut, Yn menggeleng sembari menyilangkan kedua tangannya di depan dada.

"Apa nanti malam aku akan melakukannya dengan Jimin???." Gumamnya khawatir

****

Selama perjalanan ke hotel bersama Jimin yang menyetir di sampingnya, Yn hanya diam sembari menerawang keluar jendela mobil.

Jimin yang sadar akan itu, hanya menghela napas lalu melajukan mobilnya secepat mungkin.

Sesampainya Jimin dan Yn di hotel, mereka berdua sudah di sambut oleh beberapa orang yang akan merias mereka berdua.

Yn masuk ke dalam ruangan berbeda dari Jimin, duduk di depan meja rias sembari menunggu sang Mua meriasnya.

"Hari ini kau pasti bahagia, karena sebentar lagi akan menikah dengan orang yang amat kau cintai."

Yn menggeleng sebagai balasan dari ucapan mua yang hendak meriasnya.

"Kenapa?."

Yn menghela napas sembari menunduk sedih. "Aku memang bahagia tapi aku juga takut. Aku takut, aku tak sesuai yang dia harapkan."

"Tak sesuai yang dia harapkan?. Maksud anda?."

"Menurutmu aku pasti kekanak-kanakan atau penakut tapi aku belum siap dengan itu." Jawab Yn sembari meremas kedua tangannya

Sang mua yang paham dengan maksud Yn lalu mengangguk dan tersenyum simpul. "Aku juga dulu seperti itu. Saat hendak menikah dengan suamiku, aku takut melakukan itu bersamanya. Aku berpikir, aku juga akan mengecewakannya jika aku tak sebanding yang ia pikirkan kepadaku. Tapi, semua itu salah. Semakin hari, ia tambah mencintai ku, bahkan setelah kami memiliki anak anak yang lucu."

Yn mendongak dan menatap sang mua dengan mata yang berbinar. "Benarkah?."

"Tentu, tapi jika kau takut, kau bisa memintanya untuk menahan dirinya demi menghormati privasimu."

"Tidak bisa. Jika aku seperti itu, aku akan membuatnya kecewa. Bukankah menikah memang harus melakukan itu..."

"Jika dia memang mencintaimu dengan tulus, dia pasti akan mendengarkanmu."

****

Di ruangan lain, Jimin mengenakan tuxedonya dengan ekspresi muram hingga membuat lelaki yang tak kalah tampan darinya menghela napas di belakangnya.

"Tak usah khawatir kawan, aku yakin dia pasti tak akan menuntut lebih. Lagi pula kau kan sudah terlatih..." Ucapnya sembari menaik turunkan alisnya

Jimin sontak berbalik dan memukul lengan temannya itu dengan keras. "Jangan katakan itu Jung Hoseok, jika dia dengar, tamat riwayatku."

Jimin akui, dirinya memang tak suci dan sepolos itu. Jauh sebelum mengenal Yn, ia banyak mengenal wanita wanita cantik dan sexy. Dirinya bahkan kerap kali bergonta-ganti wanita untuk di ajak bermain dan bersenang senang. Maka tak heran, Lini dulu sangat marah kepadanya dan berakhir menyelingkuhinya.

Hoseok menepuk bahu Jimin dan tersenyum kecil kepadanya. "Jika dia memang mencintaimu dengan tulus, dia pasti akan menerima kekuranganmu dan kepribadianmu... Lagi pula, kau sudah berubah kan. Kau bukan lagi si brengsek Park Jimin, jadi tak ada alasan bagimu untuk kehilangannya."

Hoseok benar, Yn tak akan mempermasalahkan hal itu. Selama Jimin bukan lagi Park Jimin si brengsek, Yn tak meninggalnya.

"Kau benar. Yn tak akan seperti itu... Dia gadis yang baik. Selama mengenalnya dan bersamanya, dia tak pernah menuntut ku untuk seperti ini atau seperti itu, dia sabar di sisiku bahkan menungguku saat aku tak ada di sisinya."

Saat Jimin dan Hoseok asik berbicara satu sama lain, pintu di ruangan itu tiba tiba saja terbuka dan menampilkan sosok Kim Taehyung yang berjalan ke arahnya.

"Tenang saja, aku datang kemari untuk memberimu selamat." Ucap Taehyung saat melihat reaksi terkejut Jimin

Jimin menghela napas lega lalu menerima sambutan tangan Taehyung yang hendak menyalaminya.

"Apa dia temanmu?" Tanya Hoseok pada Jimin dan dibalas anggukan olehnya

Hoseok memicingkan matanya ke arah Taehyung lalu membatin. "Aku seperti pernah melihatnya, tapi dimana?, wajahnya benar benar tak asing... Apa karena dia tampan?."

****

Waktu yang di antisipasi oleh semua orang kini telah tiba. Yn dan Jimin masuk ke ruangan akad sembari berpegangan tangan. Dengan degup jantung yang tak seirama, keduanya lalu saling berhadapan dan tersenyum untuk satu sama lain.

"Aku mencintaimu, Jung Yn."

"Aku juga mencintaimu, Park Jimin."

Keduanya saling melontarkan ucapan cinta satu sama lain. Setelahnya, Jimin mendekatkan wajahnya ke wajah Yn, mencium bibir gadis itu dengan lembut hingga membuat para undangan yang duduk menyaksikan mereka, sontak tersenyum dan bertepuk tangan dengan meriah.














Tbc



Cieeee yang udah nikah. 😗

Btw author gak buat sesi nikahannya secara lengkap ya gais soalnya author bingung mau buat nikahannya kek gimana soalnya author belum nikah dan jarang ke nikahan, jadi gak tau. Jadi kalian bayangin aja ya acara nikahannya kaya gimana.

Btw chapter terakhir bagusnya kek gimana ya?. Komen gais... Author bingung mau ngetik apaan. Author belum nikah jadi gak tau mau buat gimana.

Bagusnya author buat adegan malam pertamanya atau gak nih??? ☺

Dan seperti biasa, like dan komen ya readers... 😗

My Boyfriend From Magic ShopTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang