*06. Pengalaman Belanja*

30.1K 1.4K 415
                                    

"Kehadiranmu ke dalam hidupku bagaikan cahaya- menerangiku." Ella Susanti, bukan temannya Upin-Ipin.

" Ella Susanti, bukan temannya Upin-Ipin

Rất tiếc! Hình ảnh này không tuân theo hướng dẫn nội dung. Để tiếp tục đăng tải, vui lòng xóa hoặc tải lên một hình ảnh khác.

Mall. Kalian pernah ke berbelanja di sana? Ini pengalaman pertama Ella. Tatapan matanya saat ini tidak bisa menyembunyikan betapa Ella sangat kagum dengan gedung bertingkat nan mewah ini.

Ella bolak-balik mendongakkan kepalanya, ia menatap ke atas terus-menerus. Otaknya tidak bisa menalar bagaimana kuli-kuli bangunan dulu membangun gedung ini.

"La, jangan malu-maluin gue," baru beberapa menit menginjakkan kaki di mall, penyesalan di hati Ravel langsung hadir. Laki-laki itu merutuki kebodohannya karena tidak berpikir dua kali dulu. Bisa-bisanya Ravel dengan berani mengajak Ella ke mall.

Jika kalian pernah menonton film Tarzan. Kira-kira seperti itulah ekspresi Ella saat pertama kali diperkenalkan pada kehidupan kota millenial.

"La!" sentak Ravel lebih keras lagi. Ia akhirnya memegangi leher Ella agar berhenti mendongak dan menatap keisi mall dengan tatapan mata yang jelalatan. Memalukan sekali! "Tolong bersikap normal. Jangan kayak orang kampungan!"

Kentara sekali kalau Ella baru pertama kali ada di mall. Tatapan mata dan gerak-gerik perempuan itu mampu menjelaskan semuanya secara natural. Baru kali ini Ravel ke mall, bukan untuk refreshing- cuci mata untuk melihat barang-barang branded atau cecan-cecan yang lagi hangout. Ravel ke mall untuk mempermalukan dirinya sendiri.

Beberapa pasang mata semakin mengawasi Ravel dan Ella saat keduanya berdiri pada eskalator atau yang biasa disebut tangga berjalan.

"Ikutin gue," bisik Ravel lalu merangkul pinggang langsing Ella. "Lihat kaki gue. Ikutin apa yang gue lakuin."

Ravel berjalan pelan menaiki eskalator tersebut. Sangat pelan agar Ella bisa mencontoh dirinya. Perempuan itu mengangguk dengan patuh.

"Good girl," ucap Ravel begitu bangga karena Ella bisa menaiki eskalator itu tanpa ada kendala apa pun.

"Hah? Gugel?" Ella mengulangi ucapan Ravel dengan bahasanya sendiri.

"Udah lah. Lupain aja," Ravel tidak mau menjelaskan lebih lanjut pada Ella karena ia tidak dalam mood yang baik.

Tangga berjalan itu hampir sampai pada lantai dua. Di sinilah Ella kembali berulah dan membuat Ravel meringis menahan malu dalam hatinya.

"Wah! Uapik," ucapnya dalam bahasa Jawa. "Semuanya serba berkilau ya, Kak."

"Ssstt, diem. Nggak usah bilang kalimat apa pun," Ravel menoleh ke kanan dan kiri, takut ada yang mendengar ucapan Ella yang dinilainya norak. "Diem!"

"Huh, ck." Ella berdecak, menahan semua ekspresi kagumnya.

Lalu Ravel menyuruh Ella untuk memperhatikan kedua kakinya lagi. Ella memperhatikan dengan saksama dan mengikuti sesuai apa yang ia lihat. Lagi-lagi Ravel kembali tersenyum saat Ella berhasil menaiki eskalator tersebut. Ravel pikir tadinya akan ada adegan kakinya Ella nyangkut atau hal-hal semacam itu. Namun ternyata, Ella tidak senorak itu.

Bạn đã đọc hết các phần đã được đăng tải.

⏰ Cập nhật Lần cuối: Feb 22, 2021 ⏰

Thêm truyện này vào Thư viện của bạn để nhận thông báo chương mới!

Little GirlNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ