"Didi, masuk kamar nak..ibu tidak apa-apa.. Masuk kamar dulu ya.." wajah ibu yang penuh luka menatapnya nanar. Didi kecil berlari masuk kamar dan menutup pintu kemudian menundukkan kepalanya di sela-sela lengannya.

"Itu masalahnya. Lo selalu merasa satu-satunya korban disini... perasaan seperti itu yang membuat lo berubah jadi monster tanpa lo sadari. Lo kehilangan diri lo sendiri.."
Kata-kata Devi kembali menusuk telinganya. Dika berteriak keras...Tiba-tiba merasa sangat kesakitan.. Saat dia mulai menyadari kalau kata-kata Devi benar. Dia hampir tidak mengenali dirinya lagi. Dirinya yang sejatinya memuja ibu, juga gadis bernama Devi itu... berubah buruk bahkan tega menyakiti mereka. Kenangan baik dan buruk tumpang tindih memenuhi kepalanya..

Kenangan itu saling bertabrakan.
"Ayah kamu bunuh diri karena ibumu itu punya pacar di luar sana..kamu dengarkan oma, jangan sebut dia ibu. Mulai sekarang, kamu belajar yang tekun. Suatu hari kamu akan menggantikan oma dan kamu bisa mengusir perempuan jahat itu.. Mengerti? Berhenti menangis!! Kamu sudah besar, kamu bukan anak kecil lagi.. Berhenti menangis!"

"Lo gila Vi? Lo mau cabut tuntutan lo ke Dika? Gak-gak.. Cowok itu pantas membusuk di penjara!" (Icha)
"Vi.. Pertimbangkan baik-baik. Dika bisa saja datang dan melukai lo lagi.. " (Faisa)
"Cowok macam dia kasih gue aja, mau gue umpanin ke buaya! " (Disna)
"Vi... Alasannya apa? Lo suka sama Dika? Emang ganteng sih dia.. " (Clara)
"Ra!!! " (all)
"Emang ganteng kog si Dika, gue ngomong jujur apa adanya. Dia ganteng banget sekilas seperti yang main di drakor K2. Ji Chang Wook atau Lee Dong Wook ya..pokoknya itu lah!" (Clara)
"Inget laki di rumah, Ra. Eh tapi emang darah ningrat gak bo'ong sih, auranya aura Sultan!" (Faisa)
"Ini kog malah ngebahas buaya itu sih! Fokus girls!" (Disna)
"Buaya kog lo mau umpanin ke buaya sih, Na!! Eh buaya musuhnya apaan ya,  Na?" (Icha)
"Cha, kog malah ngebahas buaya sih? Lo bikin kita gak fokus!! Buaya apa nih, buaya muara apa buaya siam?" (Disna)
"Lo juga gak fokus!!" (Icha)

Dan seperti biasa mereka berantem di grup wa, Devi mencoba menenangkan.
"Tenang girlss, gue bakalan baik-baik saja kog. Gue udah pertimbangkan ini baik-baik.."
"Eh ini buset gosip lo di ig udah berderet.. Lambe emezz nih..Buka gaess" (Icha)
Foto kedatangan Devi di kantor polisi terpampang di akun lambe emezz.
"Haisshh.. Ini mah settingan biar filmnya laku..gimick doang ini mah!" komen sinenggeulis.
"Gue demi Tuhan gak percaya kalau babang pebasket nan ganteng itu ngapa-ngapain vampir betina itu" komen gembelelit.
"Iya..kegajenan sih. Kemarin sok sokan nolak babang vokalis. Tau rasa deh! Wajar dong si babang pebasket marah, abisnya jadi perempuan kog gak bisa jaga diri bener.. Untung lo gak mampus!" lanjut seblakmercon.
"Mozarellanya kakak... Dijamin endeus serendeus.. " senggol kejumanisjaksel.
"Beneran gimmick ini mah, kan produser filmnya si Wisnu yang pacaran sama Bianca yang ternyata dia ibunya babang pebasket dong..aduh duh ada rahasia apaan ya mereka, jangan-jangan ada cinta segi empat nih.." sinenggeulis kembali memberikan komentar.
"Kalian tuh ya..gak ada simpatinya sesama cewek, walau cewek salah, gak sepatutnya laki-laki mukulin cewek!" komen positif dari powerpufgirl yang kemudian dapat bullyan haters Devi. Btw akun powerpuf girls adalah akun milik Icha.

"Hehhh gedek gue sama mereka. Beneran pengen gue karungin buat umpan buaya!" (Disna)
"Mulutnya pada gak disekolahin!" (Faisa)
"Mereka kog pada jahat amat sih, dosa apa Devi sama mereka? Bikin rugi juga nggak loh.. " (Clara)
"Lo jangan cabut gugatan loh Vi, please.." (Icha)
"Setuju!!" (all)
"Gue sama sekali gak perduli dengan komenan hatters atau siapapun.
Gue akan lakukan apa yang gue anggap benar. Maaf gaes.."
"Lo lakuin ini semua buat Om Wisnu kan, Icha dan Ardian udah cerita banyak" (Clara)
"Cha?" Devi mengirimkan stiker panda marah.
"Semua udah gue ceritain Vi.. Maaf" (Icha)
"Ada alasan yang selamanya kalian tak akan paham.. "
"Tapi lo berhak bahagia juga, Vi..." (Clara)
"Gue cukup bahagia"
"Lo selalu coba menjauh dari kami" (Faisa)
"Gue.. Gue cuma butuh ruang.. "
"Apa karena lo gak merasa sama dengan kita, Vi?" (Disna)
"Diss... " (Icha)
"Maksud lo?"
"Kita semua tahu Vi, lo selalu insecure dengan kita kan.. Karena.. " (Disna)
"Karena gue sebenarnya yatim piatu dan kalian dari keluarga bahagia. Jadi itupun kalian sudah tahu?"
"Disnaaaa!!!" (all)
"Girls... Gue tahu lo semua tahu banyak soal gue tapi bukan untuk bicarain gue di belakang ya! Kalian sama saja dengan lambe emezz ya"
"Jangan salah paham, Vi!" (Icha)
"Sekarang kalian tahu kan, selamanya kalian gak akan paham apa itu kesepian.."
Devi menghela nafas panjang seraya mematikan daya ponselnya dan menyerahkannya pada Rexy yang sedari tadi memijat bahu Devi.
"Kenapa Nek? Lo keliatan sedih gitu.. berantem sama geng lo?"
"Gak usah kepo atau gaji lo gue sunat!! Udah pijetin aja bahu gue, nih lengan gue juga sakit semua.."
"Abis nguli ya nek..." dan seperti biasa Rexy ketawa keras macam radio rusak.

Sekarang Devi di lokasi pemotretan iklan minuman kaleng. Meski belum sembuh total, gadis itu tetap melanjutkan syuting. "Untung ye.. Syutingnya ala-ala pantai. Lo bisa sembunyiin mata lebam lo pake kacamata gelap.. Kenapa sih lo nek, istirahat aja napa? Gue yakin badan lo pasti masih ngilu.."
"Gue gak mau berlama-lama bertingkah seperti orang sekarat!"
"Lo cinta mati sama Dika apa gimana sih, Devi Darling.. Kenapa lo cabut tuntutan lo? Sudah sewajarnya tuh laki dapat hukuman walau sebenarnya dese hot juga kalau diliat-liat. Lo emang ya, ngabisin cowok-cowok ganteng, sisain buat gue napa!"
Devi menghela nafas berat.
"Ambilin gue kopi!"

Rexy bergegas mencarikan kopi untuk nona besarnya. Saat kembali, dia tidak datang sendirian. Di sampingnya, Bianca berjalan cepat menghampiri Devi. Nampak dia sedang menahan emosi terpendam.
"Kamu ini kenapa? Kenapa cabut tuntutan kamu haaa?"

Devi bergeming, tidak memperdulikan Bianca.

"Berhenti merasa kasihan sama saya, jika itu alasanmu. Saya tidak keberatan kalau kasus kamu dibawa sampai pengadilan.. Karena Didi memang salah dan saya mau dia belajar bertanggung jawab atas perbuatannya. Saya tidak mau dia tumbuh menjadi monster kalau saya biarkan dia berbuat sesuka hatinya!"

"Gue malas ribut.." jawab Devi singkat.

"Kamu tahu soal perjanjian nikah saya kan? Saya tahu, kamu tahu soal itu. Kamu diam-diam menyelidiki saya dan pernikahan saya kan.. Jadi apa mungkin kamu, sedang berusaha membantu saya supaya Didi menyetujui pembatalan perjanjian itu sehingga saya bisa menikah dengan Wisnu? Alasan itu juga yang membuat kamu menemui Didi kemarin?"

Devi tertawa sinis dan memandang Bianca dengan wajah angkuh.
"Sudah selesai bicaranya? Gue gak sebaik yang lo kira.. Gue malas ribut saja dan gue malas terbawa-bawa dalam permasalahan keluarga kalian.. Jadi lebih baik kalau Dika keluar sehingga kalian bisa membicarakan permasalahan kalian dengan baik-baik"

Bianca berdiri dengan ekspresi tak terbaca. Devi berdiri di depannya seraya menyilangkan lengannya di depan dada, di balik kacamata hitamnya dia memandang kosong pada Bianca. Perempuan itu berbeda dari awal pertemuan mereka. Dia tidak terlihat lagi berpenampilan seperti menantu orang kaya. Dia hanya terlihat seperti seorang ibu kebanyakan yang kebingungan menentukan sikap saat anak kesayangannya berbuat kesalahan fatal. Devi mendesah berat, mengingat ibunya yang memilih menyerah dan tidak menganggapnya ada setelah kehilangan cinta suaminya....

"Lo memang benar, kita 11 12.. Satu-satunya kesamaan kita bukan karena kita sama-sama perempuan sengsara tapi kita berdua di mata dunia adalah perempuan tidak punya ahklak.." gumam Devi sembari tertawa kecil.

Sebuah dering ponsel membuyarkan lamunan keduanya. Bianca tergagap meraih ponselnya. Sebuah panggilan dari nomer tidak dikenal. Bianca ragu sesaat namun kemudian dia memutuskan untuk menjawabnya.
"Halo?"
Tidak ada suara terdengar. Bianca mengulang sapaannya dan hanya helaan nafas terdengar.
"Halo?"
"Halo.. Ibu.. "
Bianca membeku di tempatnya. Sebuah suara yang begitu lama tak didengarnya tiba-tiba mengisi keheningan telinganya.
"Didii.. Didiii... "
"Ya.. Ini aku, Bu"

Red LipsWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu